Armahedi
Mahzar (c) 2000
FORMAT PEMAHAMAN ISLAM
dalam Perspektif Perkembangan
Teknologi Informasi
dalam Perspektif Perkembangan
Teknologi Informasi
Perkembangan
Teknologi:
dari Materi ke Informasi
Teknologi pada dasarnya adalah alat manusia untuk
beradaptasi terhadap alam. Berbeda dengan hewan lainnya. manusia dianugerahi
bahasa simbolik terartikulasi yang memungkinkan manusia mempunyai pengetahuan
kolektif yang diwariskan dan disempurnakan oleh generasi penerusnya. Penerapan
pengetahuan kolektif untuk memanfaatkan alam demi kesejahteraan manusia inilah
yang disebut sebagai teknologi. Karena pengetahuan kolektif manusia terus
bertambah, maka teknologi selalu berkembang bertambah maju dan bertambah
kompleks.
Dilihat secara biologis, teknologi adalah organ-organ
luar bagi tubuh organisme spesies manusia. Organ-organ ekso-somatik ini
berkembang secara evolusioner dengan kecepatan yang jauh lebih tinggi dari
kecepatan evolusi biologis tubuh suatu organisme. Informasi bagi pembentukan,
pemanfaatan organ-organ luar itu tidak terletak pada molekul-molekul DNA dalam
semua sel yang tersebar di tubuh manusia, akan tetapi terletak pada otak-otak
manusia dan sejumlah benda-benda
perekam yang tersebar dalam tubuh sosial kolektif manusia yang bernama
peradaban.
Peradaban itu, sebagai tubuh luar manusia, juga tumbuh
dan berkembang seperti tumbuh kembangnya manusia sebagai organisme. Oleh karena
itu, peradaban manusia pada dasarnya dapat dilihat sebagai makhluk hidup
raksasa di mana manusia adalah sel-selnya. Dalam pandangan ini, teknologi dapat
kita pandang sebagai organ endo-somatik
super-organisme peradaban. Jadi,
teknologi terletak persis di antara manusia sebagai organisme biologis dan
peradaban sebagai super-organisme pasca-biologis. Sebagai organ ekso-somatik
manusia dan organ endo-somatik peradaban teknologi itupun mengalami
perkembangan evolusioner.
Sebagai organ ekso-somatik manusia, tampaknya dia
mengikuti tahap-tahap perkembangan endo-somatik organisme biologis. Semula,
teknologi didominasi oleh alat-alat untuk mencari dan mengolah materi makanan
pada peradaban agrikultur. Kemudian, teknologi didominasi oleh alat-alat
pencari dan pengolah energi berupa mesin-mesin termo-dinamik dan
elektro-mekanik dalam peradaban industrial. Kini, teknologi didominasi oleh
alat-alat pencari, pengolah dan pemanfaatan informasi dalam peradaban telematik
masa ini. Peradaban agrikultur analog dengan fase mikroorganisme satu sel, dan
peradaban industrial analog dengan fase tanaman yang memanfaatkan energi
matahari sedangkan peradaban telematik analog dengan fase hewan yang mengembangkan indra, sistem saraf dan otot-ototnya. Secara
tabular perkembangan itu dapat dilihat dalam tabel berikut ini.
Tabel 1
Kesejajaran Evolusi Biologi dan Peradaban Teknologi
Kesejajaran Evolusi Biologi dan Peradaban Teknologi
Tahap Evolusi
|
Biologi
|
Teknologi
|
Peradaban |
Materi
|
Mikroorganisme
|
Perkakas, bangunan
|
Agrikultur
|
Energi
|
Tanaman
|
Pesawat,
mesin
|
Industrial
|
Informasi
|
Hewan
|
Bahasa, media,
|
Informasi
|
Dilihat dari perkembangan evolusionernya, secara
posisional dan fungsional, teknologi bergerak dari sekedar perkakas yang
merupakan perpanjangan organ manusia menjadi suatu wahana yang mengantarai
manusia dengan lingkungannya dan berakhir menjadi buana baru yang menjadi
bagian integral dari lingkungan hidupnya.
Kini, teknologi bukanlah sekedar perkakas yang bisa
ditangani oleh satu orang manusia saja ataupun sekedar mesin-mesin yang bisa
ditangani oleh sekelompok orang-orang belaka tetapi telah menjadi lingkungan
hidup baru yang hanya bisa ditangani oleh seluruh manusia dalam bentuk
kerja-sama peradaban antar institusi-institusi sosial sebagai organ-organ
sosial peradaban manusia.
Perkembangan
Teknologi Informasi:
Menuju Lingkungan Cerdas
Kalau kita memfokuskan pengamatan
kita pada teknologi informasi, maka kita juga akan melihat kesejajaran
perkembangannya dengan perkembangan sistem saraf organisme. Pada mulanya,
teknologi informasi merupakan perpanjangan memori manusia berupa
catatan-catatan pada lempung dan dinding gua yang tersebar dan lepas satu sama
lainnya. Kemudian informasi lepas-lepas itu disatukan dalam bentuk kitab-kitab
yang terkumpul pada kuil-kuil para pendeta-raja masyarakat peradaban kuno.
Ketika ditemukannya mesin cetak oleh Gutenberg di abad
XVI maka kitab-kitab sebagai paket informasi bertambah banyak dan tersebar di
perpustakaan-perpustakaan umum yang dapat diakses oleh masyarakat banyak. Media
elektronik memungkinkan informasi menjadi lebih meluas tidak hanya dalam dengan
bentuk yang skriptural tetapi juga audiovisual yang membutuhkan kerjasama
organistorik ketat antar manusia. Kini, kita di abad baru di mana informasi
tersebar di komputer-komputer yang terpencar di seluruh dunia akan tetapi
terjalin satu sama lain oleh jaringan telekomunikasi satelit global yang kini
kita kenal sebagai internet.
Jadi, seperti halnya organ informasi biologis, teknologi
berkembang mulai dari yang sederhana, tersebar dan lepas-lepas menjadi
kompleks, menyatu dan terjalin satu sama lainnya. Walaupun demikian, dalam
evolusi biologis, sistem saraf sebagai organ-organ informatik itu tidak
berkembang lepas dari perkembangan sistem otot organ-organ energetik.
Begitulah, kalau diperhatikan dengan seksama, tampak bahwa perkembangan
teknologi informasi dalam konteks perkembangan teknologi energi itu mengikuti
pola yang sama dengan perkembangan sistem saraf hewan.
Tabel 2
Kesejajaran Internal Evolusioner Biologi/Neurologi/Teknologi
Kesejajaran Internal Evolusioner Biologi/Neurologi/Teknologi
Evolusi
Biologi
|
Evolusi
Neurologi |
Evolusi
Teknologi |
Uni-selular
|
Otak ikan
|
Tablet/Perkakas
|
Multi-selular
|
Otak ampibi
|
Kitab/Pesawat
|
Uni-organ
|
Otak
reptil
|
Buku/Mesin
|
Multi-organ
| Otak burung |
Rekaman/Otomata
|
Multi-segmen
|
Otak mamalia
|
Chip/Robot
|
Sistem-organ
|
Otak manusia
|
Internet/Telerobotik
|
Pada mulanya, tampak hanya neuron-neuron sebagai unit penyimpan informasi yang diperpanjang dengan teknologi informasi rekaman mulai dari tulisan di dinding-dinding gua hingga buku-buku cetakan. Teknologi media elektronik memperluas hal itu hingga rekaman-rekaman audiovisual dan juga menyebarkannya melalui sistem pemancaran siaran dan sistem jaringan titik-ke-titik, sehingga perpanjangan sistem jaringan saraf otonomi manusia terkembang. Dengan teknologi mikroprosesor terkembang pula perpanjangan sistem jaringan saraf pusat manusia dalam bentuk jaringan komputer global alias internet.
Dengan demikian, internet dapat kita pandang sebagai
suatu meta-komputer sebagai otak bagi super-organisme peradaban manusia. Namun,
secara evolusioner, tahap informasi bukanlah tahap terakhir dari evolusi
biologis. Manusia berbeda hewan yang mendominasi bumi sebelumnya, tidak hanya
mempunyai sistem informasi berbentuk sistem sarafya, akan tetapi juga memiliki tubuh
sosial besar bernama peradaban yang mengembangkan nilai-nilai sebagai
penyaring, pengatur dan pengarah informasi yang diperolehnya. Oleh karena itu,
sebenarnya tabel 1 harus diperluas dengan tabel 3 berikut ini.
Tabel 3.
Perkembangan Evolusioner Biologi
dan Teknologi
Tahap Evolusi
|
Biologi
|
Teknologi
|
Materi
|
Mikroorganisme
|
Perkakas, bangunan
|
Energi
|
Tanaman
|
Pesawat,
mesin
|
Informasi
|
Hewan
|
Bahasa, media,
|
Nilai-nilai
|
Manusia
|
Organisasi, sivilisasi
|
Sebagai sistem saraf
peradaban manusia, teknologi kini telah dikembangkan kedua arah. Pertama
di arahkan ke teknologi yang lebih lebih cerdas sehingga menyamai bahkan
melebihi manusia. Berhasilnya sebuah komputer mengalahkan juara dunia catur
dalam suatu pertandingan dramatis menunjukkan adanya akselerasi pencerdasan
komputer. Dengan menggunakan ekstrapolasi futuristik melalui hukum Moore
terhadap peningkatan kepadatan memori dan kecepatan prosesor elektronik, para
ahli, seperti misalnya Hans Moravec, meramalkan bahwa dalam paruh pertama abad
ini juga dapat dibuat sebuah chip yang menyamai otak seorang manusia sehingga
memungkinkan dibuatnya robot-robot dengan kecerdasan super-human yang melayani
manusia.
Di lain pihak basis datanya super-otak peradaban manusia
ini kini telah diperluas sehingga juga meliputi sistem informasi biologi
genetika molekuler dalam tingkat sel-sel manusia. Human Genome Project yang
tahun ini telah berhasil memetakan seluruh DNA dalam gen manusia telah
memanfaatkan kemampuan mikroprosesor yang terdistribusi. Dengan demikian, rekayasa
genetika yang terpadu dengan basis data genomik itu merupakan salah satu
konvergensi antara evolusi biologi dan evolusi teknologi yang dampaknya
dipastikan merupakan titik kritis baru bagi evolusi kehidupan di muka bumi.
Untuk pertama kalinya manusia akan dapat mengarahkan dan mempercepat evolusi
biologis yang selama ini berlaku sangat lambat.
Kombinasi dari kedua kecendrungan
ini dapat diduga akan menimbulkan problematika baru yang mungkin belum pernah
terbayangkan dalam sejarah kehidupan manusia selama ini. Goncangan-goncangan
sosial-budaya dan individual-psikologis, tak terelakkan lagi, akan merupakan
bagian dari agenda besar di abad pertama milenium ketiga ini. Semua displin
keilmuan sosial akan mendapatkan tantangan besar. Begitu juga para agamawan ditantang
untuk memperbarui pemahaman keagamaannya agar menyesuaikannya dengan
persoalan-persoalan raksasa yang menganga di hadapan kita. Krisis ekonomi Asia,
yang menimbulkan krisis multidimensional Indonesia di akhir milenium kedua yang
baru lalu ini, hanyalah satu dari rangkaian krisis besar yang bakal muncul di
masa-masa dekat mendatang ini.
Format Pemahaman Islam:
Din sebagai Sistem Operasi Super-Cerdas Ilahiah
Salah satu dampak dari
perkembangan teknologi informasi adalah pergeseran paradigma sains dari
pandangan materialistik menuju pandangan yang lebih holistik atau menyeluruh.
Kesejajaran struktural antara komputer dan sistem biologi merupakan bagian yang
mengubah pandangan manusia tentang alam semesta. Struktur DNA yang mengandung
data dan program genetik menyadarkan manusia bahwa informasi adalah sesuatu
aspek nonfisik independen bagi struktur-proses materi-energi biologis. Sel-sel
hidup kini dapat diibaratkan sebagai pabrik molekuler terkomputer skala nano.
Dengan demikian, dalam tubuh setiap organisme terdapat jaringan nano-komputer
bak internet bagi tubuh luar manusia yaitu peradaban.
Ekstrapolasi dari gambaran
bio-informatik itu adalah pandangan holistik mengenai alam yang menganggap alam
semesta sebagai sistem bio-informatik raksasa, di mana hukum-hukum alam dilihat
sebagai program-progam bagi sistem-sistem material. Sebuah slogan seorang
fisikawan terkenal, John Wheeler, bahkan membuat pepatah baru: it
from bit. Tentu saja, muncul
sebuah pertanyaan besar. Kalau alam semesta adalah sebuah komputer, siapakah
pembuatnya dan siapakah pemrogramnya. Bagi seorang atheis jawabnya telah jelas
yaitu alam itu sendiri. Bagi seorang religius jawabnya juga telah jelas pula
yaitu Tuhan Yang Maha Pencipta dan Maha Kuasa.
Dengan metafor baru “alam sebagai
komputer” itu kita dapat memahami kembali tentang keterciptaan, keterbatasan
dan kebebasan manusia. Otak manusia, sebagai komputer biologis bagi organisme
manusia, telah diberi sedikit inteligensi oleh Sang maha pencipta seperti
halnya intelligent information agents
di Internet yang telah diberi sedikit kecerdasan oleh manusia sang pembuatnya.
Begitu juga peradaban manusia, sebagai produk kreasi evolusioner Yang Maha
Pencipta, diberi sedikit “kecerdasan langit” sebagai pelengkap “kecerdasan
bumi.”
Program atau lebih tepatnya
super-program “kecerdasan langit” itu tak lain dari Kitab-kitab suci yang
diwahyukanNya kepada manusia. Al-Quran al-Karim adalah sejenis super-program
bagi peradaban manusia hingga akhir zaman yang diberikan-Nya kepada manusia.
Tugas manusia adalah menuai “kecerdasan langit” itu dengan menggunakan
“kecerdasan bumi”, yang ditumbuhkan secara evolusioner dipermukaan bumi, untuk
memenuhi misinya sebagai khalifah-Nya di sini.
Seorang pakar informatika
terkenal, Nicolas Wirth, mengatakan bahwa program=struktur-data + algoritma.
Tak mengherankan jika dalam bagi setiap peradaban religius, credo dan ritus
merupakan komponen dasar bagi agamanya yang analog dengan struktur-data dan
algoritma bagi program komputer. Dalam agama Islam, struktur data itu adalah
Aqidah dan algoritma itu adalah Syari’ah. Dalam paradigma pemrograman mutakhir
yaitu “object-oriented programming”
data dan algoritma terpadu dalam modul-modul kecil yang terpadu dalam
program “Sistem Operasi”. Program “Sistem Operasi” peradaban Islam adalah ad-Dinul-Islam yang merupakan
kombinasi terpadu “Aqidah-Syari’ah”.
Dalam pengembangan sistem operasi bagi meta-komputer
internet dibuat orang objek-objek yang intelligent yang dpat memahami
kehendak-pemakai sehingga sistem operasinya juga menjadi intelligent.
Dinul-Islam adalah “Super-Intelligent Operating System” karena dia adalah kesatuan integral
“Aqidah-Syari’ah-Thariqah” , di mana Thariqah adalah sistem nilai individual
yang harus ditumbuhkan oleh seorang muslim yang kaafah. Seorang pribadi muslim
melengkapi tubuhnya, sebagai makro-prosesor bagi meta-komputer peradaban
manusia, dengan dinul-Islam. Qalbu adalah komponen berkaitan dengan thariqah
yang menangkap “kecerdasan langit” sedangkan Aql-Nafs manusia adalah komponen
objek “kecerdasan bumi” yang tumbuh secara evolusioner melalui evolusi
kecerdasan biologis (nafs) dan evolusi kecerdasan teknologis (‘aql).
Tri-komponen “qalb-‘aql-nafs” itu
adalah jembatan antara “ruh” individual yang ditiupkan Allah swt, sebagai
pencipta dan pemrogram, dengan makro-prosesor “jism” atau tubuh manusia dengan
segala sistem saraf pusatnya. Jadi seorang pribadi muslim yang integral terdiri
dari kesatuan “ruh-qalb-‘aql-nafs-jism”
yang tersusun secara hirarkis terpadu di mana ruh merupakan pemrogram, qalb
sebagai meta-program, ‘aql sebagai program dan nafs sebagai
proses implementasi program dan jism sebagai prosesor. Individu adalah
komponen terkecil peradaban. Oleh karena itu, seperti halnya individu manusia,
peradaban manusia juga mempunyai lima komponen yang terstratifikasi secara
vertikal juga.
Analogi dengan ruh pada individu,
Quran pada peradaban merupakan sumber nilai-nilai yang tercantum dalam Din.
Dinul Islam itu sendiri merupakan sebuah analog pada peradaban bagi Qalb
pada individu. Sedangkan ‘aql individu mempunyai padanan dalam “hikmah
dan ‘ilm dalam peradaban Islam. Nafs individu mempunyai analog peradaban
berupa “tamaddun” atau proses pembudayaan yang berwujud
organisasi-organisasi dan institusi-institusi sosial yang merupakan dinamika atau
gerakan peradaban. Sedangkan analogi peradaban bagi jism pada individu adalah
ummah atau populasi beserta madinah atau pemukimannnya dan sistem pralatan atau
teknologinya.
Secara ringkas kesepaduan
individu manusia dan peradabannya itu dapat dicantumkan dalam tabel seperti
berikut ini:
Tabel 4
Analogi komputer untuk peradaban Islam
Kategori
Integral |
Analogi
|
Pribadi
|
Peradaban
Islam |
Esensi
|
Pemrogram
|
Ruh
|
Quran al-Karim
|
Nilai-nilai |
Metaprogram
|
Qalb
|
Din al-Islam
|
Informasi
|
Program
|
‘Aql
|
Hikmah & ‘Ilm
|
Energi
|
Proses
|
Nafs
|
Tamaddun
|
Materi
|
Prosesor
|
Jism
|
Ummah & Madinah
|
Format Pengamalan Islam:
Tazkiyah sebagai Program Transformasi Peradaban
Dinul Islam sebagai meta-program harus
diimplementasikan dalam sebuah proses pengamalan Islam. Dalam tataran individu
hal itu dilakukan dengan melaksanakan Arkanul Islam. Rukun Islam yang
lima itu tidak hanya mempunyai dimensi vertikal sebagai kegiatan ibadah dalam
rangka membina pribadi muslim yang kaafah, tetapi juga dimensi horisontal
sebagai kerangka dasar bagi kegiatan mu’amalah membangun peradaban Islam.
Tasyahud, yaitu rukun pertama, tak lain dari
komitmen individu untuk mengabdi pada Allah Yang Maha Esa, yaitu Tauhid,
dan komitmen individu untuk melaksanakan Dinul Islam yang disampaikan
oleh Rsulullah Muhammad dengan cara meneladaninya sehingga dapat melakukan
transformasi religio-kultural lingkungannya sebagai rahmatan lil alamiin.
Sebagai penebar rahmat bagi seluruh bangsa, pribadi muslim menyampaikan pesan salam (kedamaian) melalui aslama (penyerahan diri total) pada
Allah yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang. Esensi tasyahud ini adalah Tazkiyatun-Nafsi,
penyucian diri adalah pasrah pada Kasih Sayang Ilahi menyalurkan
Kasih-SayangNya pada segala CiptaanNya.
Shalat lima waktu, sebagai rukun kedua, tak lain dari
komitmen individu untuk melaksanakan pengabdian secara berkelompok. Pembentukan
jama’ah shalat di keluarga dan di masjid secara tertib waktu adalah sarana dari pembentukan molekul-molekul
peradaban jika kita menggunakan metafor ilmu kimia. Jika kita menggunakan
metafor komputer. Pembentukan jama’ah
yang harmonis adalah sinkronisasi banyak prosesor sehingga dapat
berfungsi secara kooperatif dalam bentuk modul-modul multi-prosesor
meta-komputer peradaban. Jadi esensi
shalat secara mu’amalah adalah Tazkiyatul Jama’ati
Shaum, sebagai rukun Islam ketiga, tak lain dari
pembentukan solidaritas sosial berbagai kelompok itu sehingga muncul kerjasma
tolong menolong antara kelompok yang lebih mampu pada yang kurang mampu. Dalam
metafor kimia ini berarti memanfaatkan kelebihan dan kekurangan masing-masing
molekul untuk membentuk reaksi kimia kompleks jalin-menjalin yang menata-diri
(self-organized) menjadi sel-sel biokimia.
Dalam metafor komputer, modul-modul multi-prosesor itu bekerja-sama dengan memanfaatkan memori kosong modul
multi-prosesor lain membentuk suatu sub-sistem yang dalam hal peradaban berupa
berbagai masyarakat atau institusi sosial dengan dungsi berbeda-beda. Jadi
shaum pada dasarnya adalah Tazkiyatuul Ijtima’i atau penyucian
masyarakat.
Zakat, sebagai rukun Islam keempat, tak lain dari
pembersihan harta seorang muslim dari apa yang bukan haknya. Untuk pelaksanaan
zakat ini diperlukan lembaga sentral yang bisa menangani ketidakseimbangan
pendapatan dari berbagai masyarakat dan kelembagaannya sehingga terjadi
keseimbangan. Dalam meta-komputer peradaban ini berarti diperlukan satu
sub-sistem yang memonitor dan
mengoptimalkan kinerja sub-sistem-sub-sistem lainnya. Sistem operasi suatu
komputer adalah piranti-lunak yang mengajukan fungsi ini. Dalam hal peradaban
Islam, pemerintah merupakan subsistem yang diperlukan untuk itu. Penggabungan
berbagai sub-sistem sosial dalam suatu sistem negara merupakan proses Tazkiyatul-Ummati.
Hajj adalah rukun kelima
yang tak lain dari pelepaskan kotak-kotak kenegaraan, kebangsaan dan
stratifikasi sosial melebur dalam suatu upacara suji mengelilingi Ka’bah dan
lain sebagainya bersatu dengan jama’ah dari berbagai negara dan bangsa. Dalam
metafor komputer, ini setara dengan peleburan satu sistem dengan sistem-sistem
lainnya dalam suatu meta-sistem jaringan komputer yang tidak tergantung pada
sistem operasi masing-masing komputer melalui satu protokol komunikasi
antar-sistem yang sama. Peleburan komputer-komputer dalam satu meta-komputer
bernama internet adalah analog bagi
peleburan negara-negara melalui warganya dalam suatu peradaban global. Jika
hajj adalah puncak ibadah individual yang melambangkan pembangkitan peradaban
Islam atau Tazkiyatul Manadiyati.
Penutup
Dengan demikian, kesimpulannya, arkanul Islam
dapat dipandang sebagai kerangka program untuk Tazkiyatul Madaniyati
atau penyucian peradaban yang bersifat mu’amalah sebagai pelengkap fungsi
ubudiahnya. Dalam hal ini tazkiyatul madaniyati dapat dilihat sebagai perluasan
tazkiyatul nafsi yang biasa dilakukan oleh kaum sufi. Hal ini perlu dilakukan
oleh karena tubuh-luar manusia kini, dalam tahap perkembangan teknologi
informasi, telah terintegrasi sangat ketat membentuk sebuah super-organism
dengan organ-organ sosial dan teknologis. Jika Tazkiyatul Nafsi dalah
perjuangan melawan logika organ-organ endo-somatik manusia alias naluri
biologis, maka Tazkiyatul Madaniyati adalah perjuangan melawan logika
organ ekso-somatik manusia alias dorongan/tarikan tekno-ekonomis dalam bentuk
berbagai pesona konsumtivisme materialistik yang dibujukkan lewat media
telekomunikasi massa global.
Menjadikan tempat kerja kita sebagai medan Tazkiyatul
Madaniyati adalah bentuk perjuangan yang sangat berat. Perjuangan itu
menjadi bertambah berat jika lingkungan teknologis itu telah menjadi lebih
cerdas bahkan melebihi kecerdasan manusia. Akan tetapi, dengan mengasah qalbu
kita untuk dapat menjalankan Dinul Islam sebagai sistem operasi
super-cerdas ilahiah, maka, insya Allah, perjuangan itu dapat dimenangkan oleh
kaum muslimin. Dengan demikian sebuah peradaban teknologi yang islami dan damai
akan dapat menjadi teladan bagi peradaban-peradaban lainnya.
Pembangunan peradaban teknologi yang islami adalah misi
kita dunia sebagai kelanjutan implementasi program evolusiner kosmik yang
terstruktur secara hirarki fraktal. Proses evolusi semesta adalah implementasi
dari program Kun Fayakun Sang Maha Pencipta. Proses evolusi semesta ini
berlangsung secara bertahap dari evolusi kosmologis, evolusi geologis, evolusi
biologis, evolusi psikologis, evolusi sosiologis dan evolusi teknologis. Kini
kita tiba pada satu fase di mana ke empat tahap terakhir evolusi semesta itu
bergulung menjadi satu sebagai ujian bagi manusia untuk mengatasi problematika
yang ditimbulkannya. Kaum muslimin dengan modal Dinul Islam tertantang
untuk berjuang membuktikan keunggulan al-Islam sebagai alternatif
pemecahan masalah. Semoga perjuangan kita mendapat ridha Allah subhana wa
ta’ala. Amin ya Rabbal alamin.
Pesantren Eksekutif Telkom 2000
Ciwidey, 6 Agustus 2000
No comments :
Post a Comment