Thursday, August 21, 2014

Tokoh Negarawan Minangkabau:
Mohammad Yamin




Nama Mohammad Yamin terkenal sejak masa mudanya. la seoarang tokoh Pergerakan Pemuda, seprang Sarjana Hukum yang menaruh minat kepada beberapa cabang ilmu, berhasil diakui masyarakat sebagai seorang pujangga, filsuf, ahli bahasa , ahli sejarah dan negarawan.
Mohammad Yamin dilahirkan di desa kecil Talawi, di dekat Sawahlunto, Sumatera Barat. Tanggal kelahirannya ialah 23 Agustus 1903. Mohammad Yamin adalah anak ketiga dari lima orang bersaudara.
Ayah Yamin bernama Usman gelar Bagindo Sutan Khatib, bekerja sebagai pegawai yang mengawasi dan mengurusi bidang kopi sebuah perusahaan Belanda.
Mula-mula Yamin bersekolah di Sekolah Dasar kelas II Bumi Putera, dimana ia belajar membaca menulis serta berhitung. Pelajarannya diberikan dalam bahasa Melayu. yang kemudian menjadi bahasa Indonesia. Untuk memperoleh kemajuan dibidang pengetahuan, Yamin merasakan perlunya paham bahasa Belanda. Oleh karenanya ia belajar bahasa Belanda dengan sungguh-sungguh dengan berpindah sekolah ke HIS, yaitu SD dengan bahasa Belanda. Kemudian ia meneruskan pelajarannya ke sekolah guru di Bukittinggi.
Di dorong oleh kemauannya yang keras untuk lebih maju, ia lalu pindah ke Pulau Jawa dan mernasuki Sekolah Dokter Hewan di Bogor. Karena merasa tidak berbakat menjadi dokter Hewan lalu pindah ke Sekolah Menengah Pertanian di Bogor. Di sekolah inipun Yamin tidak merasa betah. walaupun ia pecinta alam gunung-gunung, sawah ladang dan tumbuh-tumbuhan yang indah, tetapi pelajaran tentang ilmu tumbuh-tumbuhan dan ilmu bercocok tanam tidak menarik hatinya. Karena itu ia segera meninggalkan Sekolah Menengah Pertanian dan menuju kota Yogyakarta dan menjadi murid pada AMS (Algemeene Middelbare School = Sekolah Menengah Atas Bagian Sastra Timur) Di sekolah AMS ini barulah Yamin merasa cocok dengan bakat dan seleranya. Ia memang tertarik pada ilmu-ilmu budaya dan bahasa. Ia senang mempelajari sejarah, Antropologi, Ilmu Tata Negara dan bahasa-bahasa Timur seperti bahasa Melayu, Bahasa Jawa dan Sansekerta. Juga bahasa-bahasa Asing dipelajarinya dengan tekun. Karena itu Yamin lulus dari AMS dengan cepat dan lancar.
Kemudian Yamin melanjutkan pelajarannya ke RHS Hoge School Perguruan Tinggi Hukum. Ia lulus pada tahun 1932 dengan mendapat gelar Mr. (Meester in de rechten = Sarjana Hukum). Dimasa mudanya Mohammad Yamin giat dan bersemangat dalam pergerakan Kebangsaan.
Mula-mula, pada waktu masih bersekolah di Sumatera Barat, Muhammad Yamin sudah menjadi pemimpin perkumpulan Jong Soematranen Bond, suatu perkumpulan pemuda dariSumatera. Yamin duduk di dalam Pengurus Jong Soematranen Bond bersama dengan Mohammad Hatta, Bahder Johan dan Amir, kesemuanya kemudian menjadi pemimpin pergerakan partai yang menuntut Kemerdekaan Indonesia.
Pada perayaan ulang tahun ke-5 dari Perkumpulan Jong Soematranen Bond, pada tahun 1923 di Jakarta, Mohammad Yamin sudah mengemukakan gagasannya yang mulia dalam ceramahnya yang berjudul “Bahasa Melayu pada masa lampau, masa sekarang dan masa depan”. la sudah melihat akan datangnya bahasa kebangsaan Indonesia yang berasal dari bahasa Melayu. Diwaktu itu ia menggubah sajak berjudul “Indonesia, Tanah Tumpah Darah” sebagai berikut:
Indonesia Tanah Tumpah Darah Duduk di pantai tanah yang permai Tempat gelombang pecah berderai Berbuih putih di pasir terderai Tampaklah pulau di lautan hijau Gunung-gunug indah rupanya. Tumpah darahku Indonesia namanya.
Lihatlah nyiur melambai-lambai Berdesir bunyinya sesayup sampai Tumbuh di pantai bercerai berai Memagar daratan aman kelihatan Dengarlah ombak datang berlagu Mengajar bumi ayah ibu Indonesia namanya “TANAH AIRKU” Sejak berusia 18 tahun ia sudah sering menulis sajak. Bilamana kalbunya tersentuh nilai-nilai keindahan, keadilan, kebesaran Illahi, kebahagiaan kesyahduan dan nilai-nilai lain yang mempesonakan ataupun mengharukan, niscaya bergeraklah penanya menggubah sajak.
Pengetahuan Mohammad Yamin yang luas ditopang kegemarannya membaca. Koleksi bukunya melebihi 20.000 buah. Sungguh tidak banyak orang Indonesia yang mempunyai buku sebanyak itu. Yamin sering tertidur dengan buku masih ditangan dan kacamata masih dipakainya. Tanpa bosan- bosannya ia membaca buku mengenai Indonesia, baik sejarah, budaya maupun bahasa. Ilmu yang diperoleh dari buku-buku itu tidakdisimpannya untuk dirinya sendiri, tetapi ditulisnya sehingga masyarakat dapat manfaatnya. Ia memberi semangat kepada bangsa Indonesia untuk maju untuk mencintai kebudayaannya dan mencapai kemerdekaannya.
Kekuatannya membaca dan menulis dapat dikatakan luar biasa. Konon ia pernah menulis sebuah buku selama tiga malam tanpa berhenti istirahat. Ia hanya berhenti sebentar untuk mandi dan makan. Kemudian Yamin menulis lagi dan menulis lagi hingga naskahnya selesai.
Berbagai karangannya telah terbit bukunya, antara lain Ken Arok dan Ken Dedes (1934) Gajahmada (1948), Diponegoro (1945), Tan Malaka (1946), Sapta Darma (1950), Tatanegara Majapahit.
Yamin juga seorang ahli pidato yang hebat, mahir dan menarik. Dalam pidatonya ia menghamburkan kata-kata pilihan dengan spontan dan amat memukau pendengarnya. Kadang-kadang pidatonya dihiasinya dengan sajak yang indah, terutama di masa mudanya.
Sebenarnya Yamin itu suka bergaul. Tetapi pada orang-orang yang belum dikenalnya benar, ia lebih bersikap diam lebih dahulu. Sebaliknya dengan sahabat-sahabatnya, ia sanggup bercakap-cakap sepanjang hari.
Sebagai seorang Mahasiswa Yamin makin giat berjuang. Namanya tidak dapat dilepaskan dari kegiatan Kepemudaan, terutama dengan Kongres Pemuda I dan khususnya lagi dengan Kongres Pemuda II di Jakarta, yang menghasilkan Sumpah Pemuda pada tanggal 28 Oktober 1928.
Dalam Kongres Pemuda I yang diselenggarakan pada tanggal 30 April – 2 Mei 1926 di Jakarta, pemuda Yamin sudah berperan penting. Dalam pidatonya di Kongres Pemuda I itu ia mengemukakan betapa perlunya bangsa kita ini memiliki bahasa persatuan, yaitu bahasa kebangsaan. Menurut Yamin bahasa Melayu yang sepanjang sejarah telah digunakan sebagai bahasa pergaulan dapat dinobatkan sebagai bahasa kebangsaan. Yamin menutup ceramahnya dengan ucapan ”Sejarah kini ialah, menuju nasionalisme yang dalam dan luas, ke arah kemerdekaan dan tujuan yang lebih luhur, yaitu kebudayaan yang lebih tinggi, agar Indonesia dapat mempersembahkan kepada dunia hadiah yang lebih berharga dan lebih indah selaras dengan kebangsaan kita.”
Di dalam Kongres Pemuda II di Jakarta tanggal 27 – 28 Oktober 1928 yang mencetuskan Sumpah Pemuda. Muhammad Yamin menjabat sebagai Sekretaris sedang ketuanya Sugondo Joyo Puspito dari Perhimpunan Pelajar-Pelajar Indonesia (PPPI). Kongres Pemuda II itu dihadiri oleh berbagai perkumpulan pemuda dan pelajar, PPPI, Jong Java, Jong Soematranen Bond, Jong Celebes, Sekar Rukun (Sunda), Jong Ambon, Jong Minahasa, Jong Islamieten Bond, Jong Bataks Bond, Pemuda Kaum Betawi, Tirtayasa (Banten) dan Iain-lain.
Pada Kongres tersebut Muhammad Yamin juga mengemukakan ceramahnya berjudul ”Dari Hal Persatuan dan Kebangsaan Indonesia” di gedung Katholieke Jongelingen Bond di Jakarta pada hari Minggu malam tanggal 27 Oktober 1928.
Dalam pidatonya itu Yamin mengatakan, bahwa Kongres Pemuda II adalah suatu peristiwa bersejarah yang penting karena merupakan suatu kebangunan atau renaissance dari semangat atau roh Indonesia, Roh Tumpah Darah, dan Ron Bangsa. la mengajak agar para pemuda melihat segi-segi persamaannya di antara bangsa sendiri dan bukannya mempertajam perbedaannya.
Pemuda-pemuda Indonesia harus mendekatkan dirinya dengan tanah air dan bangsanya yang melahirkan. Pemuda harus menggunakan kesempatan sebaik-baiknya untuk menanam segala cita-cita dan tujuan. Di dalam dada pemuda tersimpan kemauan jaman baru, jaman yang akan datang, kemauan pemuda adaiah seperti banjir yang tidak boleh dihambat. Durhakalah barang siapa yang berani menghambatinya. Para pemuda Indonesia janganlah bekerja setengah-setengah, tetapi hendaknya benar-benar mau bekerja untuk keluhuran bangsa dan tanah air dengan sepenuh hati. la juga berkata bahwa cita-cita persatuan Indonesia itu bukan omong kosong tetapi benar-benar didukung oleh kekuatan-kekuatan yang tersembur pada akar sejarah bangsa kita sendiri. Adapun faktor-faktor utama persatuan Indonesia itu terletak pada sejarah, pendidikan, bahasa, hukum adat dan kemauan.
Yamin mengemukakan pandangan sejarah yang sama sekali bertolak belakang dari pandangan sejarawan Belanda. la berkata bahwa semua sejarah suku-suku bangsa di tanah air kita itu merupakan satu kesatuan sejarah Indo­nesia. Bangsa Indonesia dahulu merdeka, kemudian kemerdekaan itu direnggut oleh Belanda. Tetapi roh kedaulatan dan kemerdekaan bangsa kita tidak lenyap, melainkan tetap hidup.
Mengenai bahasa, Yamin kembali menegaskan bahwa bahasa Indonesia sudah berurat dan berakar dalam pergaulan dan peradaban kita. Jaman emas bagi bahasa Indonesia pasti akan datang. Bahasa Indonesia akan menjadi perbendaharaan, tempat tersimpannya suatu peradaban zaman yang akan datang, yaitu peradaban baru yang bernama Peradaban Indonesia Raya.
Perihal hukum, Yamin berpendapat bahwa hukum ada diantara suku-suku bangsa kita terdapat banyak kesamaan. Sedangkan hukum Barat tidak memadai bagi keperluan kita. Tentu saja bagian-bagian yang usang dari hukum adat perlu ditinggalkan, namun hendaknya diadakan penelitian agar hukum adat dapat menjadi hukum kebangsaan.
Pada bidang pendidikan, Yamin menganjurkan agar anak-anak kita diberi pendidikan yang berjiwa persatuan bangsa dan ditanamkan rasa cinta tanah air dan bangsa.
Pada akhirnya Yamin berkata, bahwa yang terutama ialah adanya kemauan hendak bersatu hingga bangsa dan tanah air kita mencapai kedaulatan dan kemerdekaannya.
Kongres Pemuda II di Jakarta ternyata mencapai hasil yang gilang gemilang dengan mencetuskan ”Sumpah Pemuda” yang menjelmakan tekad bulan Pemuda Indonesia beserta seluruh bangsanya. Sumpah Sakti itu berbunyi:
Pertama : Kami putera dan puteri Indonesia mengaku bertumpah darah yang satu, Tanah Indonesia.
Kedua : Kami putera dan puteri Indonesia mengaku berbangsa yang satu, Bangsa Indonesia
Ketiga : Kami putera dan puteri Indonesia menjunjung bahasa persatuan, Bahasa Indonesia.
Sumpah Pemuda, Keputusan Kongres Pemuda II tersebut mula-mula dibacakan oleh Ketua Kongres Sugondo Joyo Puspito, kemudian Muhammad Yamin memberikan penjelasan dengan panjang lebar. Sesudah itu keputusan tersebut disahkan dan menjadi tonggak sejarah bagi bangsa Indonesia yang sakti dan abadi.
Untuk menyalurkan aspirasi politiknya ia memasuki Partai Politik Partindo (1932 – 1938), kemudian Gerindo dan akhirnya mendirikan Parpindo (Partai Persatuan Indonesia, 1939). Sebagai akibat perselisihannya dengan Pengurus besar Gerindo dimana Yamin menjadi anggotanya. Kemudian oleh kelompok Minangkabau diluar kerjasama dengan Gerindo, Ia dicalonkan dan diangkat menjadi anggota Volksraad (Dewan Rakyat buatan Pemerintah Hindia Belanda, 1938-1942)
Pada jaman pendudukan Jepang Muhammad Yamin tetap berjuang bersama para Pemimpin Indonesia lainnya. Ia bahkan diangkat sebagai Penasehat (Sanyo) untuk Departemen Propaganda (Sendenbu). Pada saat menjelang kekalahan Jepang, Pemerintah balatentara Jepang mendirikan sebuah Badan Penyelidik Usaha-Usaha Persiapan Kemerdekaan (Dokuritsu Jumbi Cosakai). Muhammad Yamin juga menjadi anggota badan tersebut, bersama 62 orang pemimpin Indonesia lainnya, Ir. Soekarno, Dr. Moh. Hatta dan Iain-lain. Waktu pidato Bung Karno yang terkenal berjudul ”Lahirnya Pancasila” pada tanggal 1 Juni 1945 dimuka panitia tersebut, Moh. Yamin hadir daiam rapat itu.
Mohammad Yamin juga menjadi anggota Pariitia kecil yang terdiri dari 9 orang anggota yang pada tanggal 22 Juni 1945 menghasilkan Dokumen yang terkenal disebut ”Piagam Jakarta”
Hari-hari menjelang Prokiamasi Kemerdekaan, Yamin sungguh sibuk dengan berbagai kegiatan dalam rapat-rapat untuk menyempurnakan UUD 1945 yang dipimpin oleh Prof. Dr. Soepomo. Dengan demikian Moh Yamin telah ikut meletakkan dasar-dasar bagi Negaranya Republik Indonesia.
Sesudah Prokiamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945 diumumkan, Moh. Yamin tetap berjuang menegakkan kemerdekaan. la menentang Kebijaksanaan Pemerintah Republik Indonesia yang dipimpin oleh Sutan Syahrir karena politik perundingannya dengan Belanda bersama dengan Tan Malaka, ia mendirikan Parta Murba dan Persatuan Perjuangan. Dalam kedudukannya itu ia terlibat dalam peristiwa 3 Juli 1946 yaitu peristiwa kelompok Tan Malaka yang didakwa akan melakukan perebutan kekuasaan Pemerintah Republik Indonesia karenanya ia ditahan selama 2 tahun. Kemudian ia diajukan ke persidangan Mahkamah Agung. Pidato pembelaannya (Pledooi) berjudul ”Sapta Darma” dibukukan. Ia diputus hukuman 4 tahun pada hari Kemerdekaan 17 Agustus 1948 ia memperoleh grasi dan dibebaskan. Sudah itu pada tahun 1949 ia diangkat sebagai Penasehat Delegasi Indonesia ke Konprensi Meja Bunda (KMB) di negeri Belanda.
Pada tahun 1950 ia anggota DPR RI, tahun 1951 diangkat menjadi Menteri Kehakiman kemudian dari Juli 1953 sampai Juli 1955 ia menjadi Menteri Pengajaran Pendidikan dan Kebudayaan sebagai orang yang tak berpartai. Karimya dalam pemerintahan susul menyusul, menjadi Wakil Menteri pertama bidang Khusus, Menteri Penerangan, Ketua Dewan Perancang Nasional (Deppernas) pada 1962.
Setelah Dewan Konstituante dibubarkan dengan Dekrit Presiden 5 Juli 1959, Yamin diangkat menjadi anggota DPRGR dan MPRS. Ia memegang peranan penting dalam Rencana Pembangunan Semesta yang gagal dalam pelaksanaannnya
Sebagai ahli hukum ia diangkat sebagai Penasehat Pembinaan Hukum Nasional. Pada saat yang sama iapun anggota dewan Pertahanan Nasional, Anggota Staff Pembantu Panglima Besar Komando Tertinggi Operasi Ekonomi Seluruh Indonesia, Anggota Panitia Jiwa Revolusi, Ketua Dewan Pengawas Lembaga Kantor Berita ”Antara” selusin jabatan.
Prof. H. Moh. Yamin. S.H. lebih banyak berjasa bagi bangsa dantanah air, ia dianugerahi Bintang Mahaputera. la pun telah Haji, wafat di Jakarta dan dimakamkan di desa kelahirannya, di desa Tallawi, Sawahlunto, Sumatera Barat.
Pemerintah Indonesia memberikan gelar Pahlawan Nasional kepada Prof. Moh Yamin S.H. dengan Sural Keputusan Presiden No. 088/TK/Th. 1973 tanggal 6 November 1973.

sumber