Wednesday, January 21, 2015

Tekno-Etika Baru

MENUJU TEKNO-ETIKA BARU


Armahedi Mahzar (c) 2009

Kamis minggu lalu saya memberi kuliah terakhir pada mahasiswa International School of Pharmacy ITB. Seharusnya saya memberi topik "Ethics in Science and Technology Development." Tapi judulnya saya ubah jadi "Techno-ethics". Soalnya saya telah membahas "science ethics" dan ""enviromental ethics" pada dua kuliah sebelumnya. Jadi kuliah ini saya fokuskan pada tekno-etika yang menurut saya sangat luas cakupannya.

Teknologi pada dasarnya adalah aplikasi sains untuk memanfaatkan dan dan mengendalikan alam. Teknologi mengendalikan alam, tetapi siapa yang mengendalikan teknologi. Tentu saja para insinyur atau rekayasawan. Oleh sebab itu para insinyur juga harus menjalankan etika profesi. Hanya saja etika profesi itu harus selalu diperbarui oleh karena teknologi terus berkembang. Teknologi berkembang dalam skala maupun dalam fungsinya.

Sesuai dengan tingkat perkembangannya, maka etika teknologi atau tekno-etika pun ikut berkembang. Teknologi telah berkembang dari fase agrikultur melalui fase industri ke fase informatik. Pada fase agrikultur tekno-etika hanyalah bagian saja dari sosio-etika. Pada fase industri etika teknologi adalah bagian dari etika lingkungan. Kini pada fase teknologi informasi, maka tekno-etika harus dikembangkan menjadi lebih luas lagi. Pada prinsipnya tekno-etika berkembang sesuai dengan dampak-dampak sampingan yang ditimbulkan oleh perkembangan teknologi.

Perkembangan Teknologi dari Masa ke Masa




Teknologi pada mulanya bukanlah aplikasi sains ketika dia hanyalah merupakan perkakas dalam skala kecil. Pada skala ini teknologi berfungsi sebagai perpanjangan saja bagi organ-organ manusia sebagai organisme. Kemudian skalanya menjadi besar ketika teknologi utama berupa mesin. Pada skala ini teknologi adalah media antara manusia dengan sesamanya dan alam lingkungannya.

Akhirnya, ada dalam skala raksasa sebagai sistem jaringan mesin-mesin misalnya jaringan bangunan dan infrastruktur transportasi dan energi. Kita juga mempunyai jaringan telepon, televisi dan komputer sedunia oleh satelit-satelit berupa jaringan teknologi informasi komunikasi. Tentu saja juga ada jaringan sistem produksi yang berupa pabrik-pabrik yang memproses produk dari pabrik-pabrik lain. Dalam fase ini teknologi berubah menjadi lingkungan buatan manusia yang menyelubunginya.

Teknologi skala kecil muncul ketika manusia membuat perkakas-perkakas untuk bertani. Teknologi skala besar muncul ketika manusia membuat mesin-mesin yang merupakan perangkat utama bagi sistem industri. Teknologi skala raksasa timbul pada revolusi industri kedua di mana mesin pembangkit tenaga listrik menjadi bagian utama dari sistem indusri global diikuti oleh revolusi industri ketiga di mana media elektronika menjadi bagian tak terhindarkan bagi berfungsinya sistem teknologi global. Ini menodrong revolusi informasi.

Dalam fase awalnya, fase agrikultur, teknologi sebagai perpanjangan organ manusia merupakan subsistem eksternal bagi manusia. Dalam fase menengah, fase industrial, teknologi adalah sistem eksternal seukuran manusia yang merupakan penolong manusia. Dalam fase raksasanya, fase informatik, teknologi berfungsi sebagai teknosistem yang lebih mirip sebuah ekosistem biologi yang melingkungi manusia. Begitulah fase akhir dari tumbuh kembang teknologi yang berkembang mirip dengan proses evolusi biologis.

Namun, ekosistem mikroorganisme dalam evolusi biologis kemudian berekembang menjadi makroorganisme yang beraneka ragam. Mengingat adanya kesejajaran antara evolusi teknologis dengan evolusi biologis, maka kita pun akan bertanya-tanya: Apakah teknosistem akan berubah menjadi sebuah tekno-organisme raksasa? Maka ada baiknya jika kita periksa bagaimana kesejajaran antara perkembangan sistem teknologis dan perkembangan sistem biologis. Benarkah ada kesejajaran antara teknologi dan biologi?

Dinamika Perkembangan Teknologi

 

Untuk menjawab hal itu barangkali kita perlu mengetahui dinamika proses perkembangan teknologi. Pertama sebuah produk teknologi yang sukses cenderung untuk ditiru, sehingga dalam hal ini manusia dapat dipandang sebagai alat reproduksi teknologi. Sebagai konsekuensi dari reproduksi ini teknologi mempunyai kecendrungan. Industrialisasi global adalah contoh dari dinamika ekspansi ini.

Teknologi yang ditiru sering diubah atau disempurnakan sehingga teknologi juga mengalami mutasi. Misalnya, kita kini mempunyai ribuan bentuk mobil, komputer dan telepon seluler. Jadi teknologi bukan hanya mempunyai dinamika yang ekspansif, tetapi juga diversifikatif. Diversifikasi adalah dinamika perkembangan teknologi yang kedua. Ekspansi dan diversifikasi adalah dinamika teknologi yang mengikuti dinamika biologi organisme.

Jadi dalam hal ini, teknologi adalah sejenis organisme yang memperbanyak diri dan berkembanga dalam media masyarakat manusia. Dalam sejarahnya organisme-organisme teknologi juga berintegrasi membentuk orrganisme teknologi yang lebih kompleks. Misalnya pewawat adalah kombinasi dari perkakas-perkakas dan mesin adalah kombinasi pesawat produksi dengan pesawat generator energi. Pada gilirannya mesin-mesin berintegrasi menjadi pabrik-pabrik. Dan pabrik-pabrik berintegrasi menjadi sistem industri global.

Sistem teknologi industri global tak mungkin bergerak jika tak ada proses distribusi menggunakan sistem teknologi transportasi dan proses konsumsi yang dirangsang oleh sistem teknologi komunikasi. Dan semua sistem teknologi tidak akan bergerak tanpa manusia terdidik melalui sistem teknologi informasi. Sistem teknologi informasi dan komunikasi juga merupakan perekat dan pendorong sistem teknologi industri. Semua sistem teknologi tak mungkin bekerja tanpa sistem teknologi konstrusi yang membangun infrastrukturnya.

Dasar Teknoetika Lama: Dampak Geo-Biologis

Sebagai akibatnya teknosistem yang terintegrasi dari semua sistem teknologi yang ada itu dewasa ini sangat padat dan meluas meliputi seluruh penjuru dunia, sehingga dapat dipandang sebagai sebuah lingkungan baru yang menandingi biosfer yang meliputi semua ekosistem sedunia. Oleh sebab itu, lingkungan baru buatan manusia itu dapat kita namakan sebagai sebuah teknosfer. Jika biosfer dapat dipandang sebagai organisme raksasa yang disebut Gaia, maka teknosfer dapat disebut sebagai otak Gaia.

Akan tetapi, Gaia sebagai mega-organisme juka memiliki jantung dan paru-paru. Zoosfera, komponen bosfera yang terdiri dari semua hewan sedunia, dapat dipandang sebagai jantung Gaia dan fitosfera, komponen biosfera berupa semua tanaman sedunia, dapat dipandang sebagai paru-parunya. Kini teknosfera juga dapat dipandang sebagai paru-paru buatan bagi gaia. Dia pun dapat dipandang sebagai jantung buatan bagi Gaia.

Sayangnya, sebagai organ-organ buatan bagi Gaia, teknosfera ternyata menjadi masalah bagi organ-organ asli bumi. Misalnya saja, sebagai paru-paru bumi dia justru mengeluarkan gas-gas yang meracuni atmosfer dan hidrosfer yang pada ujungnya mempengaruhi komposisis jantung gaia yaitu zoosfera. Begitu juga gas-gas racun yang dikeluarkan bisa merusak lapisan ozon sebagai bagian dari atmosfera yang melindungi bumi dari sinar kosmik dan pancaran partikel dari matahari.

Begitu juga sebagai ekstensi fitosfera dan zoosfera, teknosfera justru memadati udara dengan gas karbon-dioksida yang berlebihan melampaui daya serap fitosfera yang semakin lama semakin sempit luasnya. sebagai akibatnya atmosfer pun menjadi penjara bagi gelombang panas dari dalam bumi. Maka muka bumipun bertambah panas. yang sedikit demi sedikit melelehkan es di kutub dan salju di puncak-puncak gunung. Selanjutnya permukaan air laut bertambah tinggi dan atmosfer bergolak menimbulkan siklus bencana alam yang semakin lama semakin sering dan semakin besar. Inilah dampak pemanasan global.

Mengingat bencana bio-geosfera sebagai dampak perkembangan teknosfera itu, maka sudah sepatutnyalah para teknolog di masa depan mulai memikirkan dampak-dampak dari karyanya pada lingkungan hidup manusia. Namun sebenarnya, bukan hanya dampak-dampak pada biosfera yang harus dipikirkan. Dampak-dampak pada antroposfera atau keseluruhan organisme manusia sedunia. Dampak-dampak itu dapat berupa dampak sosial maupun yang berupa dampak psikologis. Dampak-dampak sosial psikologis itu terjadi terutama oleh perkembangan komponen informatik dari teknosfera secara keseluruhan.

Dasar Teknoetika Baru: dampak sosio-psikologis

 

Komponen informatik teknosfera adalah perpanjangan otak Gaia. Otak Gaia itu sendiri tak lain tak bukan adalah peradaban manusia. Individu-individu manusia adalah sel otak Gaia. Pada mulanya sel-sel otak Gaia mempunyai memori luar berupa catatan-catatan di dinding gua. Kemudian ada catatan-catan di atas helaian-helaian kertas. Lalu ada rekaman-rekaman gamber di pita seluloid, kemudian rekaman-rekaman gambar dan suara dalam pita magnetik. Belakangan catatan, gambar dan suara semuanya terekam dalam cakram-cakram optik.

Namun, yang lebih menarik adalah kenyataan bahwa memori-memori luar sel otak Gaia kemudian menjadi dinamik dilengkapi prosesor-prosesor pengolah informasi yang disebut komputer. Dan komputer-komputer itu semakin lama semakin kecil, semakin padat, semakin cepat dan semakin terhubung satu sama lainnya menjadi jaringan internet yang dapat kita sebut sebagai otak baru Gaia. Otak baru Gaia ini berupa jaringan mesin-mesin jauh lebih bodoh ketimbang jaringan otak-otak manusia yang memanfaatkannya yang merupakan otak lama Gaia. Begitulah otak baru Gaia melengkapi otak Gia lama berupa antroposfer dan otak Gaia yang lebih primitif yaitu zoosfer.

Namun chip-chip memori dan prosesor elektronik sebagai sel-sel saraf komputer itu, nyatanya terus menerus menjadi lebih padat dan lebih cepat mengikuti hukum Moore, yaitu hukum empiris yang mencatat perkembangan eksponensial kapasitas rangkaian terpadu transistor. Menurut hukum Moore, kedua jenis chip itu kapasitasnya telah dan akan berlipat dua kali setiap delapan belas bulan. Dengan menggunakan hukum Moore ini Peter Beck di tahun 19.. meramalkan bahwa pada tahun 2040, suatu chip elektronik akan memiliki kapasitas sebesar kapasitas sebuah otak manusia.

Oleh karena itu diduga pada tahun itu akan terdapat robot-robot yang kecerdasannya setingkat dengan kecerdasan manusia. Jika memang demikian, maka apa yang akan terjadi sesudah itu tidak akan dapat dibayangkan manusia. Artinya, dia akan merupakan kegelapan bagi kecerdasan manusia. Saat itu diberi nama oleh Victor Vinge sebagai singularitas teknologi. Penamaan ini diilhami oleh penamaan lubang hitam yang di dalam astronomi disebut singularitas gravitasi yang menyerap semua sinar cahaya yang memasukinya sehingga dia tak dapat terlihat oleh teropong-teropong optik.

Jika saat singularitas teknologi itu telah dicapai, maka pada saat itu manusia pun akan berdampingan dengan mesin-mesin dalam hubungan setingkat. Oleh sebab itu sudah sepatutnyalah jika etika teknologi tidak hanya diterapkan pada manusia saja, tetapi juga pada mesin-mesin cerdas itu. Apa lagi dapat diketahui kenyataan bahwa, berbeda dengan otak-otak biologis manusia, perkembangan otak teknologis Gaia itu jauh lebih cepat. Itulah sebabnya pada masa-masa setelah terjadinya singularitas teknologi itu, kecerdasan manusia akan menjadi jauh ketinggalan ketimbang kecerdasan teknologis mesin-mesin yang berkembang yang mengikuti hukum Moore.

Jika hal ini terjadi maka akan terjadi sebuah dampak sosio-psikologis yang sangat besar. Manusia untuk pertama kalinya harus bersaing dengan mesin. Selanjutnya kecerdasan manusia semakin relatif tertinggal terhadap kecerdasan mesin, seperti halnya kecerdasan hewan tercerdas tertinggal jauh dari kecerdasan manusia. Hal ini tentu saja akan menimbulkan perasaan rendah diri manusia relatif terhadap mesin. Perasaan rendah diri ini bisa berujung apada pemujaan mesin yang ekstrimnya adalah penuhanan teknologi. Dampak sosiso-psikologis ini akan lebih dahsyat daripada dampak geo-ekologis yang bersifat material energetik.

Kesimpulan: Menuju Tekno-etika Baru

 

Tentu saja dalam fase singularitas teknologi ini hubungan asimetris antara manusia dan teknologi bisa menjadi terbalik. Bila pada mulanya teknologi mengabdi manusia yang lebih cerdas, maka, setelah teknologi menjadi lebih cerdas, hubungan terbalik bisa saja terjadi. Manusia lah yang akan mengabdi teknologi. Atau lebih tepatnya peradaban manusia mengabdi megasistem teknologi. Tentu saja hal ini tidak diinginkan oleh semua manusia. Namun kebergantungan luar biasa manusia pada teknologi sekarang ini membuat peluang terjadinya hal ini menjadi suatu kenyataan menjadi sangat tinggi.

Oleh sebab itu, meskipun mesin-mesin menjadi lebih cerdas daripada manusia dan populasi mereka menjadi lebih banyak dari manusia, maka kita harus mencegah hal itu terjadi. Supaya hal itu terjadi tekno-etika harus diperluas bukan hanya menyangkut hubungan manusia dengan proses produksi, distribusi, instalasi dan aplikasi sistem teknologi. Tetapi juga harus meliputi hubungan antara mesin-mesin dan manusia-manusia yang dilayaninya, apalagi jika mesin-mesin itu secerdas atau lebih cerdas dari manusia. Artinya tekno-etika tidak hanya berlaku untuk manusia, tetapi juga bagi mesin-mesin.

Dengan perkataan lain, para teknolog harus mencari cara untuk memprogram robot-robot cerdas itu dengan kode-kode tekno-etika. Diperlukan sebuah teknologi nilai-nilai yang diintegrasikan dengan teknologi informasi. Sementara itu penerapan teknologi itu harus dirumuskan sebagai hukum global yang mengatur setiap pembuatan robot cerdas di mana saja di dunia. Jika robot-robot itu memiliki kearifan etis disamping kecerdasan, maka sudah waktunya pula kita mengakui hak-hak asasi mereka yang setingkat dengan hak-hak asasi manusia. Jika ini terjadi maka tekno-etika akan menjadi sangat luas yang tidak hanya mengatur  hubungan antar manusia, hubungan manusia dan mesin, tetapi juga antar sesama mesin.

Mungkin sebagian kita akan beranggap bahwa taraf singularitas teknologi ini masih jauh dari sekarang. Namun pada kenyataannya para teknolog sendiri masih berbeda pendapat tentang bila terjadinya singularitas teknologi ini.Misalnya Peter Beck pada tahun 1990 meramalkan hal itu akan terjadi pada tahun 2040, namun Ray Kurzweil memprediksi, dalam bukunya The Age of Spiritual Machines yang terbit tahun 1999, bahwa hal ini baru terjadi pada tahun 2019, kira-kira sepuluh tahun lagi dari sekarang.

Namun, menurut Arthur T. Murray, yang menamakan dirinya Mentifex di internet, justru singularitas teknologi itu akan terjadi pada masa depan yang sangat  dekat ini: 2012. Soalnya, menurut Mentifex, pengembangan kecerdasan artifisial ini telah diakselerasi oleh adanya internet. Oleh sebab itu marilah kita memikirkankan kembali tekno-etika sesegera mungkin. Lebih cepat, lebih baik.

etika lingkungan

KONTEKS ETIKA LINGKUNGAN

Armahedi Mahzar (c) 2009

Kamis siang lalu saya memberi kuliah Enviromental Ethics pada mahasiswa International School of Pharmacy ITB. Pada kuliah itu saya meletakkan konsep etika lingkungan dalam konteks pergeseran paradigma sains dari yang Atomistik Newtonian ke yang Holistik pos-Newtonian. Pergeseran paradigma ini terutama disebabkan adanya krisis internal, krisis eksternal dan kritik eksternal sain di abad XX yag lalu.

Krisis sains

Krisis internal itu terjadi pada paruh pertama abad tersebut ketika ditemukannya teori relativitas Einstein dan teori kuantum Heisenberg dan kawan-kawan yang kemudian menjadi fondasi fisika modern yang merupakan dasar bagi teknologi nuklir dan teknologi perangkat keras informasi masa kini. Karena suksesnya aplikasi eksternal kemajuan sains itu, maka krisis internal filosofis itu diabaikan orang dengan mengambil filsafat dasar ilmu yang positivistik.

Teknologi nuklir melahirkan bom atom yang menghentikan Perang Dunia II berujung pada perlombaan senjata pemusnah masal nuklir antara dua blok pada paruh kedua abad lalu antara Blok Barat dan Blok Timur. Teknologi zat padat melahirkan revolusi informasi yang ditandai dengan akselerasi kemampuan memproses dan menyimpan informasi yang semakin cepat dan semakin padat terutama pada Blok Barat.

Ketegangan nuklir dan kesenjangan elektronik Timur-Barat ini memang berakhir dengan runtuhnya Blok Timur dan terjalinnya  komputer-komputer sedunia dalam jaringan komputer global bernama Internet. Namun pada paruh kedua abad lalu telah terjadi krisis eksternal berupa krisis lingkungan hidup. Krisis lingkungan itulah yang menyebabkan adanya kritik eksternal sains dari berbagai kalangan di luar dunia keilmuan: kaum neomarxis, kaum feminis, kaum ekosofis dan kaum etnoreligius.

Kritik eksternal

 

Kaum neomarxis mengritik sains karena mengabdi pada sistem kapitalisme, kapitalisme liberal Blok Barat dan kapitalisme negara pada Blok Timur. Sains telah berubah dari suatu bentuk pencarian kebenaran menjadi sebuah pengabdian pada para pencari kekuasaan yang berorientasi pada kompetisi, ekspansi dan dominasi. Penindasan manusia oleh manusia kaum kapitalis tercermin pada pandangan dasar bahwa sains adalah bagian dari proses penaklukan alam oleh manusia melalui teknologi.

Kaum feminis memperluas kritik kaum neomarxis dengan memandang sains modern sebagai cerminan pandangan patriarki maskulinistik. Proses penaklukan alam oleh manusia adalah cerminan dari wawasan
patriarki tentang dominasi kaum lelaki terhadap kaum perempuan. Bias maskulinitas itu juga mengimbas pada penekanan pada rasionalitas dan obyektivitas pada filsafat dasar atau paradigma sains. Jadi menurut kaum feminis sains modern itu cenderung mengabdi pada kepentingan-laki-laki ketimbang pada manusia seluruhnya.

Kaum ekosofis melihat dasar kesenjangan yang dilihat kaum feminis itu hanyalah manifestasi kepongahan manusia pada spesies lain atau alam pada umumnya. Manusia merasa bahwa alam itu berada di bawahnya. Oleh karena itu penaklukan alam oleh manusia melalui sains menjadi suatu kewajaran, Pandangan bahwa alam itu feminin mengimbas pandangan dominatif itu pada maskulinisme yang menganggap perempuan berada di bawah kekuasaan laki-laki. Antroposentrisme maskulinistik ini harus diganti dengan pandangan biosentris yang lebih komprehensif.

Kaum etnoreligius melihat bahwa antroposentrisme maskulinistik ini adalah khas pandangan manusia Barat. Agama-agama tradisional Timur tidak melihat adanya kesenjangan antara manusia dan alam. Agama Timur justru melihat kesetaraan antara manusia dengan makhluk-makhluk hidup lainnya. Jadi untuk mencegah krisis lingkungan dan lain sebagainya sebagai dampak pengembangan dan penerapan sains maka perlu dilakukan proses dewesternisasi paradigma sains modern. Hanya dengan dewesternisasi sains itulah bumi dapat diselamatkan.

Pergeseran Paradigma

 

 

Karena adanya berbagai kritik eksternal itu maka timbullah sebuah gerakan mencari paradigma baru yang melibatkan berbagai disiplin ilmu. Misalnya Fritjof Capra, yang memeriksa kembali fisika relativistik dan fisika kuantum, segera melihat adanya kesejajaran deskripsi fundamental alam para para pelopor fisika modern Barat itu dengan deskripsi pengalaman mistis para mistikus agama-agama tradisional Timur. Oleh karena itu dia pun menghancurkan kepongahan Barat terhadap Timur dengan bukunya yang terkenal di tahun 70-an berjudul The Tao of Physics. Dengan buku ini dia merombak filsafat dasar sains yang positivistik.

Karena tesisnya yang kontroversial itu dia pun diundang ke dalam berbagai forum diskusi di kampus-kampus universitas di seluruh dunia. Melalui forum-forum itu sadarlah dia bahwa perubahan paradigma yang disarankanya untuk fisika itu juga berlangsung pada disiplin-disiplin keilmuan lainnya. Ilmu kedokteran misalnya telah bergeser dari pandangan somatosenris ke pandangan psikosomatis yang lebih integral. Ilmu ekonomi misalnya telah bergeser dari pandangan antroposentris ke pandangan yang melibatkan ekosistem biologis. Ilmu biologi sendiri bergeser dari pandangan reduksionis seluler yang mekanistik ke pandangan holistik biogeologis yang lebih organismik. Ilmu psikologi pun bergerak dari behaviorisme yang materialistik ke transpersonalisme yang melibatkan spiritualitas manusia.

Melihat adanya kesamaan antara pergeseran paradigmatik di berbagai bidang keilmuan itu, maka dia pun, dalam bukunya kedua "The Web of Life",  mencanangkan lahirnya paradigma sains baru yang disebutnya sebagai paradigma holisme pasca-Newtonian yang ekologis menggantikan paradigma atomisme Newtonian yang mekanistik. Dalam pandangan paradigmatik baru ini alam semesta bukanlah sebuah kumpulan partikel-partikel materi melainkan sebuah jaringan proses-proses energi yang berjenjang dari yang kecil hingga yang besar. Menurut Capra proses-proses itu bersifat swa-organisasi dari sistem kimia yang bersifat disipatif, sistem biologi yang bersifat otopuitis hingga sistem sosial yang bersifat otoreflektif. Stiap tingkatnya proses-proses swa-organisasi itu memunculkan tingkat kompleksitas baru sehingga pada tingkat biogeologis dibutuhkan sebuah kompleksitas baru.

Sebagai implikasi transformasi paradigmatik itu metodologi sains yang rasinal analitis dab reduksionis linier itu harus dilengkapi dengan yang intuitif sintetis danholistik non linier. Begitu pula etika sains yang menekankan kompetisi ekspansif dan dominasi kuantitatif harus diganti dengan yang menekankan kooperasi konservatif dan kemitraan kualitatif.

Semua itu berarti bahwa etika lingkungan harus dibangun berdasarkan asas-asas keseimbangan, keselarasan dan kelestarian. Sengan tampak bahwa transformasi padigma sains in mengintegrasikan kembali etika keilmuan dengan etika lingkungan yang merupakan bagian dari wawasan holistik agama-agama Timur.

Dengan demikian etika kelimuan, etika kemasyarakatan dan etika lingkungan dapat menjadi landasan filosofis peradaban teknologis masa depan yang serasi dengan kehidupan planeter bumi yang seutuhnya dalam kedamaian, keamanan dan kenyamanan yang senantiasa.

etika keilmuan

ETIKA KEILMUAN

Armahedi Mahzar (c) 2009

Hari ini saya harus memberi kuliah Ethics and Religion dengan topik etika profesi di International School of Pharmacy ITB. Saya jadi teringat pada makalah saya untuk di diskusi LIPI tentang etika keilmuan, kira-kira lima tahun yang lalu, yang juga saya pasang dalam blog saya http://integralist.blogspot.com/. Setelah saya baca lagi, rasanya bagian akhir dari makalah bisa saya jadikan bahan kuliah. Berikut ini saya copy paste dan edit seperlunya.

Etika Umum


Etika pada dasarnya adalah filsafat moral yang membicarakan apa yang dianggap sebagai kebaikan atau kebenaran moral dan keburukan atau kesalahan moral. Biasanya yang diberi predikat moral itu adalah perbuatan.

Umumnya sesuatu perbuatan baik jika tujuannya baik. Namun tujuan baik tidak selalu dicapai dengan perbuatan yang baik. Soalnya, ada kriteria lain yang menentukan baik-buruknya suatu perbuatan yaitu caranya. Tujuan baik harus dicapai dengan cara yang baik dan menghasilkan sesuatu yang baik. Yang jadi persoalan, kriteria apa yang menentukan cara yang baik. Cara yang baik adalah cara yang tidak menghasilkan dampak atau hasil samping yang tidak baik.

Jadi ada beberapa parameter yang menentukan kebaikan suatu perbuatan: tujuan, cara, hasil dan dampak. Namun timbul pertanyaan apa yang dimaksud dengan baik atau buruk? Secara normatif, kebaikan keburukan diukur dari kesesuaiannya dengan sejumlah prinsip moral atau moralitas. Moralitas adalah prinsip-prinsip yang menentukan nilai kebaikan dari tujuan, cara, hasil dan dampak suatu perbuatan.

Prinsip-prinsip moral sangat banyak namun semuanya berkaitan dengan hak dan kewajiban individu dan kelompok, karena itu etika pada umumnya bersifat sosial atau interpersonal. Akan tetapi dalam beberapa agama besar etika sosial itu diperluas menjadi etika universal yang memperhitungkan semua makhluk hidup dan etika transendental yang menyangkut Tuhan Yang Maha Pencipta.

Semua prinsip-peinsip itu dapat dikelompokkan menjadi:

1. Prinsip moralitas pribadi
2. Prinsip moralitas antarpribadi
3. Prinsip moralitas masyarakat
4. Prinsip moralitas semesta
5. Prinsip moralitas adisemesta

Jika kelima prinsip itu dilihat dari sudut pandangan sistemik holistik evolusioner, ketiga prinsip yang disebut terdahulu bersifat antroposentrik, yang keempat bersifat biosentrik dan yang keempat bersifat teosentrik. Maka dapatlah kita simpulkan sebenarnya terdapat tiga prinsip moral yaitu antroposentrisme, biosentrisme dan teosentrisme atau prinsip kemanusiaan, prinsip kehidupan dan prinsip ketuhanan.

Perkembangan dan kemajuan ilmu dan teknologi i telah menghantarkan manusia pada suatu peradaban global yang terjalin melalui pertukaran ekonomi, teknologi dan budaya global yang berbasiskan informasi dan pengetahuan. Ilmu pengetahuan sebagai cabang dari pengetahuan yang lebih menyeluruh mempunyai peranan penting sebagai mata bagi superorganisme sosial peradaban yang terus berevolusi menuju peradaban global yang lebih adil, damai dan bersatu. Taraf akhir perkembangan evolusioner peradaban manusia bersifat intensif yang meliputi ketersambungan (connection), keterhubungan (communication) dan kesadaran (comprehension).

Etika Keilmuan


Dalam perspektif evolusioner holistik ini maka kini dapatlah disimpulkan bahwa kode etik keilmuan hendaknya meliputi prinsip-prinsip kemanusiaan, kehidupan dan ketuhanan. Seperangkat kriteria metaetis, etika tentang etika, telah dirumuskan oleh sejumlah ilmuwan yang berkumpul pada tahun 1994 di Toronto (http://www.math.yorku.ca/sfp/sfp2.html ). Dengan reorganisasi dan reformulasi seperlunya maka kita peroleh pedoman perumusan kode etik keilmuan sebagai berikut:

Dasar-dasar Metaetika


1. Kode etik keilmuan hendaknya mencantumkan secara jelas semua landasan pemikiran di balik setiap pedoman tatalaku dan prinsip-prinsipnya

2. Kode etik keilmuan hendaknya menunjukkan secara tegas upaya-upaya yang perlu dilakukan agar ditaati oleh semua pelaku yang terlibat dan kode etik keilmuan hendaknya cukup luas sehingga mencakup semua karya ilmiah dan penelitian dasar, terapan dan teknologi serta semua tindakan para pelaku yang terlibat dalam berbagai disiplin dan profesi keilmuan dan keteknikan.

Prinsip Moralitas Pribadi

3. Kode etik keilmuan hendaknya menentang semua prasangka kemanusiaan berdasarkan jenis kelamin, agama, kebangsaan dan kesukuan atauan cacat fisik atau mental.

4. Kode etik keilmuan hendaknya melarang penelitian yang diarahkan pada pengembangan dan penggunaan metoda penyiksaan dan peralatan serta teknik yang mengancam dan melanggar hak-hak asasi manusia secara individual maupun kolektif.

Prinsip Moralitas Antar Pribadi


5. Kode etik keilmuan hendaknya mengarahkan kegiatan akademis dan keilmuan kepada penyelesaian damai konflik antar manusia dan pelucutan senjata secara umum;

Prinsip Moralitas Masyarakat


6. Kode etik keilmuan hendaknya mewajibkan, bagaimanapun sulitnya meramalkan semua konsekuensi sebuah penelitian, para ilmuwan, peneliti dan rekayawan untuk bertanggungjawab, secara pribadi maupun bersama, untuk berupaya memperkirakan dan senantiasa memperhatikan dampak penerapan karya-karya mereka

7. Kode etik keilmuan hendaknya mewajibkan para ilmuwan dan rekayasawan untuk memilih, mengarahkan dan mengoreksi pengembangan dan penerapan disiplin ilmu pengetahuan yang mereka tekuni sesuai dengan pengetahuan mereka tentang dampak-dampak tersebut.

Prinsip Moralitas Semesta


8. Kode etik keilmuan hendaknya mengingatkan para ilmuwan akan potensi kemiliteran penelitian mereka dan berupaya menyelesaikan masalah etis yang berkaitan dengannya, dan mendorong pemanfaatannya untuk kesejahteraan manusia bukan untuk merusak planet dan isinya dalam persiapan dan pelaksanaan perang.

9. Kode etik keilmuan hendaknya menyadarkan para ilmuwan dan rekayasawan bahwa tindakan-tindakan yang dirancang hanya dengan mempertimbangkan kepentingan manusia mempunyai kemungkinan mengancam kelangsungan hidup semua spesies, karena ekosistem merupakan jala-jala kehidupan tak bertepi.

Prinsip Moralitas Adisemesta


10. Kode etik keilmuan hendaknya menyadarkan para ilmuwan dan rekayasawan bahwa tindakan-tindakan yang dirancang tidak bertentangan dengan nilai-nilai universal kemanusiaan yang diajarkan oleh agama-agama besar dunia.

Regulasi


11. Kode etik keilmuan hendaknya mendorong para ilmuwan untuk mentaati prosedur baku peninjauan etis sesama rekan untuk penerbitan hasil karyanya.

12. Kode etik keilmuan hendaknya mendorong para ilmuwan untuk mengungkapkan semua hasil penelitiannya seluas-luasnya kepada publik.

13. Kode etik keilmuan hendaknya mendorong para ilmuwan untuk saling mengawasi dan melaporkan setiap pelangaran butir-butir etika keilmuan kepada majelis kehormatan profesi keilmuan dan keteknikan

14. Kode etik keilmuan hendaknya menjamin perlindungan terhadap rekan sesamanya dari hukuman yang salah dari sesama ilmuwan, perhimpunan-perhimpunan keilmuan atau kepakaran dan badan-badan hukum.

Replikasi


15. Kode etik keilmuan hendaknya mewajibkan penyebaran dan pemasyarakatan kode etik keilmuan itu melalui kurikulum sekolah dan universitas untuk calon-calon ilmuwan dan forum-forum diskusi terbuka bagi para akademisi dan ilmuwan.
Armahedi Mahzar Mudah-mudahan nggak kepanjangan sehingga bisa banyak yang komentar :)

Monday, January 19, 2015

Fatima Al-Fihri

Fatima Al-Fihri:
Pendiri Universitas Tertua di Dunia


Armahedi Mahzar (c) 2015

http://aqlislamiccenter.com/wp-content/uploads/2014/08/pic-1.png


Kunjungan saya lima tahun yang lalu ke pameran 1001 Inventions di Museum London telah memperkenalkan saya pada seorang wanita mengagumkan yang menginspirasi dan memotivasi wanita Muslim secara global.

Apa yang saya benar-benar ingin berbagi dari pengalaman saya, yang berdampak pada saya, adalah kisah tentang seorang wanita yang luar biasa: Fatima Al-Fihri.

Seribu dua ratus tahun yang lalu, di bawah Negara Islam, seorang wanita bernama Fatima Al-Fihri hidup untuk membuat hidup bagi masyarakat dengan lebih baik dan seorang wanita dengan visi. Visinya bukan sekedar mimpi, tapi telah tercapai dan hasilnya masih bisa dilihat hingga hari ini. Pada 859, Fatima Al-Fihri mendirikan universitas pemberi gelar tertua yang sekarang bernama Universitas Qarawiyyin di Fez, Maroko.

Fatima merencanakan pada bangunan masjid  yang disebut Al Karaouine yang dikatakan yang terbesar di Afrika Utara yang letaknya berada di tengah-tengah Universitas Al-Karaouine' http//roadside2islam.files.wordpress.com/2010/03/2.jpge

Universitas Al-Karaouine sangat dihormati saat itu sebagai salah satu pusat spiritual dan pendidikan terkemuka dunia Muslim. Bahkan, pada hari ini, Guinness Book of World Records telah mengakui sebagai lembaga pendidikan tinggi tertua terus beroperasi  di dunia.

Fatima Al-Fihri pasti seorang wanita yang berpikiran jauh ke depan. Universitas yang didirikannya bersenyawa dengan masjid sehingga menarik para sarjana dunia. Fes, menjadi kota yang paling berpengaruh di dunia Muslim telah terkenal selama berabad-abad sebagai pusat agama dan budaya. Universitas tersebut telah menghasilkan pemikir besar seperti Abu Al-Abbas al-Zwawi, Abu Madhab Al-Fasi, seorang ahli hukum tekemuka mazhab Maliki dan Leo Africanus http://upload.wikimedia.org/wikipedia/en/b/b5/Amin_Maalouf_Leo_Africanus.png seorang musafir  dan penulis terkemal.

Itu belum semuanya, Unviersitas memainkan peran utama dalam hubungan budaya dan akademik antara dunia Islam dan Eropa. Seorang filsuf Yahudi terkenal dan teolog Maimonides http://scheinerman.net/judaism/_images/rambam.jpg (Ibn Maimun) belajar di sana di bawah bimbingan Abdul Arab Ibnu Muwashah. Selain itu, Ibnu al-Arabi Ibnu Khaldunhttp://www.bukumahasiswa.com/wp-content/uploads/2014/06/ibnu-khaldun.jpg  dan Al-Bitruji (Alpetragius)  semua terhubung dengan universitas baik sebagai akademisi maupun mahasiswa.

Seiring waktu berlalu, universitas memperoleh perlindungan sultan yang kuat secara politik. Ini dikompilasi pilihan manuskrip yang saat ini terus dijaga di perpustakaan. Di antara naskah-naskah kuno adalah volume dari yang terkenal Al-Muwatta Malik ditulis pada perkamen kijang, Sirat Ibn Ishaq, sebuah mushaf Alquran yang diberikan kepada universitas oleh Sultan Ahmad al-Mansur pada tahun 1602, dan salinan asli dari kitab Al-'Ibar tulisan Ibnu Khaldun .

Al-Qarawiyyin adalah contoh sempurna tentang bagaimana Islam menggabungkan spiritualitas dengan pendidikan dan bahwa Islam tidak terpisahkan dari urusan hidup keduniaan. Ini bukan hanya sebuah contoh bagaimana pendidikan dan agama bergabung dalam sudut kecil ini dunia, tetapi menyoroti peran terhormat bahwa perempuan di komunitas Islam - aspek Islam yang sering disalahpahami. Selain itu, selama abad pertengahan itu dianggap sebagai pusat intelektual utama di Mediterania.

Reputasi yang sangat baik bahkan menyebabkan Gerber dari Auvergne belajar di masjid ini. Auvergne itulah yang kemudian  menjadi Paus Sylvester II http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/a/a7/Pope_Sylvester_II.jpg  dan telah diakui sebagai orang yang memperkenalkan angka Arab dan nol ke seluruh Eropa.

Fatima Al-Fihri hanya salah satu contoh dari banyak orang lain dan dia adalah kisah luar biasa yang telah meninggalkan kesan abadi pada saya. Dia adalah contoh yang khas memberikan cahaya pada peran dan kontribusi perempuan di bawah peradaban Islam. Peran tersebut adalah subjek kesalahpahaman luas diadakan Islam yang sekarang perlu dipertanyakan dan diperbaiki!

Saturday, January 17, 2015

Al-Jazari: bapak robotika dunia

Al-Jazari:
Bapak Robotika Dunia

Armahedi Mahzar (c) 2010


Ketika saya memasuki gerbang masuk Pameran 1001 Inventions, 30 Juni 2010 yang lalu, di London Science Museum saya terbelalak karena langung berhadapan dengan sebuah patung gajah yang ditunggangi seorang raja Arab. Tak lama baru saya tahu bahwa gajah itu adalah sebuah jam air raksasa ciptaan seorang insinyur muslim aman dahulu yang luar biasa: Al Jazari. Ternyata jam gajah adalah sebuah duplikat dari patung yang ada di Ibnu Batuta Mall di Dubai yang gambarnya berikut ini
Di pameran itu dijelaskan mengenai mekanisme sibernetik yang menggerakkan jam itu. Patung ini dibuat berdasarkan gambar berikut ini

Di bawah patung itu ada film video yang menampilkan sosok al-Jazari yang menyuruh kita menekan tombol yang ada di depan telepon yang diletakkan di depan layar video setinggi manusia itu. Lalu saya tekan tombol itu dan video pun menampilkan tokoh al-Jazari menjelaskan karya-karyanya. Dan kalau telepon diangkat, maka kedengaranlah suara al_Jazari yang menerangkan tersebut.

Belakangan, dari Internet saya mengetahui bahwa nama lengkap al-Jazari adalah Badi Al Zaman Abul I Ezz Ibn Ismail Ibn Al Razzaz Al Jaziri أَبُو اَلْعِزِ بْنُ إسْماعِيلِ بْنُ الرِّزاز الجزري (1136-1206). Beliau lahir di Al Jazira yang berada di Iraq sekarang antara dua sungai Tigris dan Eufrat. Selama hidupnya, Al Jaziri mengabdikan sebagian dari karir profesionalnya jauh dari tanah kelahirannya mengabdi di istana Urtuq milik Nur al-Din Muhammad ibn Arslan (570-581/ 1174-1185), Qutb al-Din Sukman ibn Muhammad (681-697/ 1185-1200) dan Nasir al-Din Mahmud ibn Muhammad (597-619/ 1200-1222.). di Mesopotamia Utara, yaitu Turki di zaman sekarang. Di sana dia adalah seorang spesialis rekayasa mesin dan menjadi pemimpin para insinyur (rais am'al) istana.

Syukurlah, ada beberapa naskah kuno yang bererita tentang karya-karyanya secara terperinci. Salah satu buku itu adalah karya besarnya sendiri الجامع بين العلم و العمل النافع في صناعة الحيل “Al Jami' Bain Al 'Ilm Wal 'Amal Al Nafi Fi Sina'at Al Hiyal” atau “Kitab Ilmu tentang Msein-mesin Pintar." Buku ini menguraikan sekitar limapuluh pesawat (ashkal), yang dikelompokkan menjadi enam kategori (anwaʿ, singular nawʿ ), yaitu: 1) sepuluh jam air dan lilin; 2), sepuluh wadah dan patung otomata untuk jamuan minum; 3), sepuluh mesin untuk mengumpukan darah (faṣd ) dan wudu' 4), sepuluh pancuran air yang berubah-ubah bentuk dan mesin peniup seruling; 5),lima mesin pengangkat air; 6), lima maam mesin lain-lain.

Setiap alat diuraikan dalam bahasa Arab yang sederhana sehingga mudah dimengerti. Untuk alat yang kompleks al-Jazari mencantumkan gambar komponennya sehingga mekanisme bisa dimengerti. Keseluruhannya ada 174 buah gambar. Klasifikasi ni kemudian digunakan oleh para insinyur Eropa di masa Renaissance. Bahkan karyanya tentang pompa hisap air menjadi model bagi para insinyur Eropa tersebut.

Prof. Lynn White Jr. mengamati bahwa roda gigi betahap pertma kali muncul di kitab al-Jazari. Sementara di Eropa sistem itu baru muncul belakangan pada jam astronomis Giovanni de Dondi' pada tahun 1364.



Mesin lain yang terkenal adalah robot-robot pemain musik di atas danau mnghibur tamu-tamu pada perjamuan minum di istana. Professor Ilmu Komputer Noel Sharkey dari Universitas Sheffield di Amerika Serikat setelah membangun replikanya berhasil memprogramnya untuk bermain musik. Dia berargumen bahwa kemungkinan besar otomaton-otomaton ini adalah otomata terprogram pertama di dunia. Sebelumnya otomata terprogram pertama adalah mesin yang diiptakan oleh Leonardo Da Vinci pada tahun 1478.


Al-Jazari juga membangun jam air astronomis monumental yang menampilkan grakan model-model Matahari bulan dan bintang-bintang, seperti pada gambar


Begitulah sekelumit tentang Al-Jazari. Namun yang berkesan pada diri saya dalam pameran itu adalah film yang diputar gratis di sana mengenai sekelompok anak SD yang merasa kesal karena ditugaskan menari sumbangan-sumbangan ilmu teknologi pada masa Kegelapan menjadi terkejut ketika bertemu tokoh holografis, diperankan oleh Ben Kingsley, yang kemudian menerangkan bahwa dark age itu adalah golden age di dunia muslim. 

Insinyur Muslimat Pertama

Mariam Al-Ijliya Al-Asturlabiya
( 944-967):
Insinyur Muslimat Pertama


Armahedi Mahzar (c) 2010



Gambar di atas dapat dilihat pada pameran 1001 inventions di London museum of Science. Tentu saja saya tertarik karena bertahun-tahun saya mengajar sejarah kebudayaan/peradaban Islam di SeniRupa ITB tak pernah menjumpai nama insinyur wanita pertama tersebut. Karena itu sepulang dari pameran aya menari di Internet, sayangnya informasi tentang dia juga langka. Akhirnya saya mendapatkan sumber ini
http://muslimheritage.com/topics/default.cfm?ArticleID=1205#sec_8

Kita hanya mengenal satu sumber mengenai keberadaanya yaitu kitab Al-Fihrist karangan Ibn al-Nadim.Dalam bagian VII.2(informasi tentang on matematikawan, insinyur, praktisi aritmetika, musisi, kalkulator, astrolog, para pembuat instrumen, mesin dan otomata), Ibn al-Nadim menyajikan daftar
16 nama para insinyur, pembuat dan pengrajin instrumen astronomi.

Di antara mereka adalah Al-'Ijliya, yang merupakan satu-satunya perempuan dalam daftar nama itu. Dia adalah putri dari Al-'Ijli al-Usturlabi, murid Betolus. Keduanya bekerja di istana the Sayf al-Dawla; (Al-'Ijli
al-Usturlabi ghulâm Bitolus; Al-'Ijliya ibnatuhu ma'a Sayf  al-Dawla tilmidhat Bitolus
).

Nama-nama Al-ijily dan putrinya berasal dari Banu ‘Ijl, suatu suku yang merupakan bagian dari suku Banu Bakr, yaitu suku bangsa Arab yang tergabung dalam cabang Rabi'ah dari suku Adnani. Mereka sebenarnya menghuni Nejd di bagian tengah jazirah Arab, namun menjelang datangnya Islam mereka pindah ke Al-Jazirah di utara sungai Eufrat.

Berikut ini saya antumkan foto video raksasa Mariam al-Asturlabiya yang saya ambil pakai HP di pameran tersebut di atas:


Mengenai wanita-wanita perkasa muslim lainnya baca di
http://muslimheritage.com/topics/default.cfm?ArticleID=1204#sec_1

Sunday, January 11, 2015

Muslim Penemu Amerika



MUSLIM SEBAGAI PENEMU AMERIKA[1]
(Sumber dan Perspektif Muslim dan Barat, serta Pengamatan lapangan Suku Indian Amerika)
Oleh :
Dr.H. Saifullah SA, MA[2]

Bersafarlah, niscaya kan kau dapatkan ganti orang yang kau tinggalkan
Berbekalllah, karena kenikmatan hidup kan didapat dalam kelelahan
Aku lihat air yang beku berubah menjadi busuk
Jika ia bergerak tentu akan baik rasa dan rupanya
Harimau, jika tidak meninggalkan sarangnya tentu tak kan memangsa
Dan anak panah jika tidak meninggalkan busur, tak kan mengenai sasaranya
Serbuk emas, ketika masih di tempatnya, sama dengan tanah
Dan kayu gaharu di negeri asalnya sama dengan kayu bakar
(Imam Syafi’i)


ISLAM DAN DORONGAN UNTUK MELAKSANAKAN RIHLAH

Istilah “Rihlah” berasal dari kata Arab Irtihal, yang berarti “Berpindah dari satu tempat ke tempat lain untuk mencapai suatu tujuan tertentu”. Sedang seluruh proses pergerakan selama rihlah dinamakan safar. Kata-kata rihlah dalam Al-Qur’an terdapat dalam surat Quraisy ayat 1-2, sedang kata-kata safar terdapat antara lain dalam Surat Saba’ ayat 19.
Dapat dikatakan bahwa manusia, semenjak ia masih janin hingga menghembuskan nafas terakhir, selalu dalam kondisi rihlah terus menerus. Setiap tahap kehidupan merupakan pangkal bertolak menuju tahap berikutnya. Secara biologis, manusia berpindah atau mengalami rihlah dari anak-anak, remaja, dewasa dan tua dan berakhir dengan kematian. Selanjutnya, bagi manusia, bumi adalah tempat lahir, tempat penghunian dan tempat kematian, yang diperintahkan Allah untuk dimakmurkan. Karenanya manusia senantiasa mengalami rihlah atau migrasi dari satu tempat ke tempat lainnya dimuka bumi itu, dalam rangka menunaikan perintah memakmurkan bumi tersebut.
Al-Qur’an berisi banyak sekali dorongan atau motivasi untuk melakukan rihlah dimuka bumi, dengan tujuan untuk dapat melihat keagungan ciptan-Nya berupa alam semesta dengan seluruh isinya; gunung dan lembah, langit bumi dan apa yang terdapat pada keduanya atau antara keduanya, tetumbuhan dan hewan-hewan. Juga dengan memperhatikan bukti-bukti arkeologis dan historis sejarah umat-umat terdahulu sehingga dapat menjadi pelajaran bagi generasi berikutnya. Ayat-ayat Al-Qur’an yang berisi dorongan untuk melakukan rihlah, antara lain Surat al-Muluk ayat 15 : “Dialah Yang menjadikan bumi itu mudah bagimu, maka berjalankah di segala penjurunya dan makanlah sebahagian dari rezeki-Nya. Dan hanya kepada-Nya lah kamu (kembali setelah) dibangkitkan”. Juga : Ali Imran : 137, Al-An’am : 11, an-Nhl : 36, an-Naml : 69, al-‘Ankabut : 20, Rum : 42,
Islam memberikan arahan dan tuntunan dalam melakukan rihlah, termasuk tujuan dan maksud rihlah, yakni :

Rihlah untuk mencari keselamatan
Hijrah. Secara spesifik adalah hijrah pada masa Nabi (Hijrah ke Habasyah I, ke Habasyah II dan ke Madinah). Kisah Hijrahnya Nabi Ibrahim ke Syam (al-Ankabut : 26-27, al-Anbiya’ : 71-73, al-Isra’: 1), Rihlah Ibrahim ke Mesir, kisah keluarnya Musa dari Mesir ke Madyan (al-Qashash : 18-19, Qashash : 21-22), Rihlah Musa bersama Khaidir as
Keluar dari daerah yang didominasi oleh Bid’ah dan yang haram, karena mencari sesuatu yang halal adalah kewajiban setiap muslim.
Melarikan diri dari ancaman yang menyangkut keselamatan jiwa dan harta (al-’Ankabut : 26, Ash-Shafat : 99, al-Qashash : 21). Contoh rihlah yang populer dalam Al-Quran misalnya kisah Rihlah Nabi Nuh. As (Hud : 36-41, al-Qamar : 13-14, Hud ; 44,

Rihlah untuk tujuan keagamaan
Untuk dapat menyaksikan keagungan Allah melalui ciptan-Nya (ar-Rad : 4, al-Mukmin : 57, Ali Imran : 190-191, Yunus : 101, al-A’raf : 185, dan Yusuf : 109). Dan agar umat lebih bersyukur kepada Allah atas segala limpahan rahmat-Nya yang dapat kita saksikan dengan menjelajahi bumi dengan semua isinya (al-A’raf : 10, Yunus : 14)..
Untuk menyampaikan dakwah keseluruh pelosok dunia (Saba’ : 28, al-Anbiya’ : 107).
Untuk menuntut ilmu pengetahuan. Sebagaimana maksud Hadits : ”Tuntutlah ilmu sekalipun sampai ke Negeri China”.

Untuk menunaikan ibadah haji dan umrah
Berjihad dijalan Allah atau waspada menghadapi musuh.
Ziarah ketempat-tempat yang mulia (ziarah ke Masjid Haram, Masjid Madinah dan Masjid al-Aqsha serta tempat-tempat mulia lainnya).

Bersilaturrahim, ta’awwun mengunjungi ikhwan sesama Muslim
Safar untuk mendapatkan ’ibrah dari kejadian sejarah masa lampau (Ali Imran : 137, Al-An’am : 11, an-Nahl : 36, an-Naml : 69, Rum : 42). .

Rihlah untuk mendapatkan kemaslahatan duniawi
Safar untuk mencari kebutuhan hidup, berusaha berdagang dan usaha lainnya (al-Baqarah : 198)
Melakukan tugas diplomatik (an-Naml ; 20-31)
Turisme atau darmawisata/melancong, Kisah rihlah Zulqarnain ke wilayah barat (al-Kahfi : 83-85), Rihlah Zulqarnaini ke wilayah timur (Kahfi : 86-88), ke penjurtu dunia (Kahfi : 92-98).
Melakukan rihlah akan sangat bermanfaat bagi pribadi yang melakukannya, bagi peradaban manusia sezaman dan bagi generasi berikutnya. Surat al-Furqan ayat 63-76 dengan sangat bagus menggambarkan betapa rihlah akan dapat meningkatkan derajat, martabat dan kedudukan kaum Muslim yang melakukan rihlah sesuai dengan tuntunan dan etika Islam.
Dalam menunaikan perintah rihlah itulah muncul para tokoh penjelajah, peneroka bumi, penemu daerah baru, dan penemu berbagai peralatan, perangkat dan media yang memudahkan rihlah. Dengan rihlah juga ditemukan berbagai ilmu pengeatahuan dan kemahiran serta ketrampilan baru.


PARA PENJELAJAH, PENULIS RIWAYAT PERJALANAN,
PENCIPTA PETA DAN GLOBE MUSLIM :
Perkembangan pesat Ilmu Geografi di dunia Islam dimulai ketika Khalifah al-Ma’mun (813-833) memerintahkan sarjana Muslim melakukan pengukuran jarak-jarak antara beberapa kota dan wilayah Islam. Sejak itulah munculnya istilah “mil” untuk ukuran jarak tertentu, dimana sebelumnya Orang yunani menghunakan istilah “stadion”. Khalifah Al-Ma’mun memerintahkan untuk membuat peta bumi dan globe. Diperkirakan Musa al-Khawarizmi dan kawan-kawan merupakan tokoh paling awal yang mempu menciptakan globe tahap awal.
http://www.muslimheritage.com/sites/default/files/contribution_of_al-khwarizmi_06.jpg


Al-Khawarizmi


Al-Khawarizmi menulis buku Geografi yang berjudul Surah al-Ard (Morfologi bumi), sebuah koreksi terhadap Ptolemaeus. Pada abad yang sama al-Kindi juga menulis buku bertajuk Keterangan tentang Bumi yang Berpenghuni. Sejak itu geografi berkembang kian pesat.
Setidak-tidaknya tercatat nama-nama penulis, peneliti, penjelajah dan pembuat peta Muslim sebagai berikut : Muhammad bin Musa al-Razi (w. 273H/882M), Qasim bin Asbagh al-Bayani (244-340H/859-951M), Ahmad bin Muhd. Al-Razi (284-344H), Ahmad bin Umar bin Anas al-‘Azri al-Dalaie (393-476H/1002-1083M), Abu ‘Ubaid al-Bakri (432-487H/1040-1094M), Abdullah bin Ibrahim al-Hijari (kurun ke 6H/12M), al-Idrisi (110-1166M), Ibn Bashkawal (494-578H/1101-1183M), al-Yasa’ bin Isa bin Hazm al-Ghafiqi (w. 575H/1179M), Abu Hamid al-Gharnati (lahir 473H/1080-1081M), Mohammad bin Abi Bakr al-Zuhri (kurun ke 6H/12M), Abu Bakar bin al-‘Arabi (468-542H/1076-1148M), Ibn Jubayr (1145-1217M), Muhammad bin Ayub bin Ghalib al-Gharnaiti, Abu al-Hasan Ali bin Sa’id (610-685H/1213-1286M), Abu Abdullah Muhd. Al-Abdari, Muhd. Bin Abd. Al-Mun’im al-Hamiri (w. 900H/1494M) dan lainnya.

Al-Balkhi

Pada awal abad ke 10M, Abu Zayd al-Balkhi yang berasal dari Balk mendirikan sekolah di Bagdad yang khusus mengkaji geografi. Selanjutnya, abad ke 11M, geografer Muslim Spanyol Abu Ubaid al-Bakri menulis Mu’jam al-Ista’jam (Ensiklopedia Geografia) dan al-Masalik wa al-Mamalik (Jalan dan Kerajaan). Buku pertama berisi nama-nama tempat di Jazirah Arab, sedangkan buku kedua berisi pemetaan geografis dunia Arab zaman itu.
Seabad kemudian, dua geografer Muslim, Qutbuddin Asy-Syirazi (1236-1311M) dan Yaqut ar-Rumi (1179-1229M), kembali membuat keajaiban. Qutbuddin mampu membuat peta Laut Tengah (Laut Mediternia) yang dihadiahkan kepada Raja Persia. Sedangkan Yaqut menulis enam jilid ensiklopedia bertajuk Mu’jam al-Buldan (Ensiklopedi Negeri-negeri).
 
Ibn Battuta


Penjelajah Muslim asal Maroko, Ibn Battuta pada abad ke-14 M, memberi sumbangan dalam menemukan rute perjalanan baru. Hampir selama 30 tahun, Ibn Battuta menjelajahi daratan dan mengharungi lautan mngelilingi dunia. Penjelajah Muslim lainnya adalah laksamana Cheng Ho dari Tiongkok. Dia melakukan ekspedisi sebanyak tujuh kali dari tahun 1405-1433M.
Al-Biruni
Al-Biruni digelari sebagai “Bapak Geodesi”, karena berjasa dalam mengembangkan ilmu geografi dan geologi. John J.O’Connor dan Edmund F. Rebertson memberikan pengakuan terhadap kontribusi besar al-Biruni dalam bukunya Mac-Tutor Histopry of Mathematics. Menurut mereka, al-Biruni telah menyumbangkan kontribusi penting bagi pengembangan geografi dan geodesi. 

Al-Buruni-lah kata mereka, yang memperkenalkan teknik pengukuran bumi dan jarak-jaraknya dengan menggunakan teknik triangulation. Al-Biruni juga yang menemukan radius bumi mencapai 6.339,6 km. Hingga abad ke-16M, Barat belum mampu mengukur radius bumi seperti yang dilakukan al-Biruni.
 
Al-Idrisi


Siapakah al-Idrisi ?. nama lengkapnya Abu Abdullah Muhammad Ibn al-Idrisi Ash-Sharief, atau al-Syarif al-Idrisi al-Qurtubi, sedang orang barat mempopulerkannya dengan Edrisi atau Dreses. Dilahirkan di Ceuta, maroko, Afrika Utara pada tahun 1100, mendapat pendidikan di Cordova, Spanyol. Sejak muda ia telah tertarik dengan geografi, untuk itu dia telah menjelajahi Laut Mediterania, Eropah (Spanyol, Perancis, Potugal, Inggeris dan beberapa negeri Eropah lainnya), disamping Afrika Utara tempat wilayah asalnya. Al-Idrisi meninggal di Sicilia pada tahun 1160.
Pada abad ke-12, Geografer Muslim, Al-Idrisi berhasil membuat peta dunia. Al-Idrisi yang lahir tahun 1100M di Ceutia Spanyol juga menulis kitab Geografi berjudul Nazhah al-Muslak fi Ikhtira al-Falak (Tempat Orang yang rindu Menembus Cakrawala). Kitab ini sangat fenomenal sehingga diterjemahkan kedalam bahasa Latin dengan judul Geographia Nubiensis.
Di Palermo, Sicilia, 1138M, sebuah pertemuan istimewa antara seorang raja Kristen dengan ilmuan Muslim berlangsung di Istana kerajaan Sicilia. Dalam suasana keakraban, Raja Roger II – penguasa Sicilia – secara khusus menyambut kedatangan tamu Muslim yakni al-Idrisi, seorang geografer dan kartografer (pembuat peta) termasyhur abad ke-12M. Raja Roger II sangat tertarik dengan studi geografi dan minta dibuatkan peta oleh sang ilmuan Muslim bersangkutan. Pada era itu belum ada ahli geografi dan kartografi Kristen Eropah yang dapat membuat peta bumu secara akurat.

”Pada saat itu, ahli geografi dan kartografi Barat masih menggunakan pendekatan simbolis, fantasi bahkan mistis”, demikian ungkap Frances Carney Gie dalam tulisannya berjudul al-Idrisi and Roger’s Book. Dalam pertemuan tersebut diatas, Roger II dan al-Idrisi sepakat untuk membuat peta dunia pertama yang akurat, yang memakan waktu 15 tahun. Mega proyek pembuatan peta dunia itu melibatkan 12 sarjana, 10 orang ilmuan Muslim dan dua dari Kristen, dipusatkan di Palermo.
Di kota Palermo berkumpul para navigator dan pelaut dari berbagai wilayah, seperti Mediterania, Atlantik dan perairan utara. Dari merekalah al-Idrisi dan kelompoknya menggali dan mengembangkan ilmu geografi dalam rangka pembuatan peta dunia. Pada 1154, maka peta pesanan Roger II dapat diselesaikan, bagaimana al-Idrisi mempersembahkan peta tersebut kepada Roger II, dapat disimak dalam bukunya Nuzhat al-Mustaq fi Ikhtirak al-Afaq.
Sebagai geografer yang meyakini bahwa bumi berbentuk bulat, al-Idrisi secara gemilang membuat globe (bula bumi) dari perak. Bola bumi tersebut memiliki berat 400 kg. Dalam globe itu, al-Idrisi menggambarkan enam benua, lautan, jalur perdagangan, danau, sungai, kota-kota utama, daratan dan gunung-gunung. Lebih dari itu, globe itu juga memuat informasi tentang jarak, panjang dan tinggi satu ke tempat lainnya. Untuk menjelaskan globe tersebut al-Idrisi menulis komplomenter berjudul al-Kitab al-Rujari (Buku Roger).

Seperti sudah disebut, al-Idrsi juga menulis buku Nuzhat al-Mushtaq fi Ikhtiraq al-Afaq, yang dapat disebut sebagai Ensiklopedia Geografi yang berisi Peta dan informasi mengenai negara-negara di Erpah, Afrika dan asia yang pertama. Selanjutnya al-Idrisi juga menulis buku yang bertajuk Rawd un-Nas wa Nuzhat al-Nafs, buku geografi yang lebih detail dan lebih komprehensif. Selama mendedikasikan dirinya di Sicilia, al-Idrisi sempat membuat 70 peta daerah-daerah yang sebelumnya tak tercatat dalam peta.
Al-Syarif al-Idrisi (1099-1166), pakar Geografi dan ahli pembuata peta, dalam bukunya Nuzhat al-Musytaq fi Ikhtiraq al-Afaq (Ekskursi dari yang rindu mengharungi Ufuk) menulis, sekelompok pelaut Muslim dari Afrika Utara berlayar mengharungi samudera yang gelap dan berkabut. Ekspedisi yang berangkat dari Lisbon (Portugal) ini, dimaksudkan untuk mendapatkan jawaban apa yang ada di balik samudera itu ?, berapa luasnya dan dimana batasnya?, Merekapun menemukan daratan yang penghuninya bercocok tanam.



Al-Wazn


Al-Wazzan terlahir di Granada, Andalusia (Spanyol) pada 1493 (ada yang menyebut 1494). Menurut Prof. Mohammad Hajji, penyusun Ensiklopedia Maroko, nama asal al-Wazzan adalah Hassan, ayahnya Muhammad, seorang terpandang di istana Sultan Granada. Al-Wazzan dan keluarganya hijrah ke kota Fez, Maroko, ketika umat Islam terusir dan dibantai oleh penguasa Kristen pada abad ke-15. Prof. Hajji menuturkan, sang ayah dan paman al-Wazzan bekerja untuk Sultan Fez. Al-Wazzan sempat menimpa ilmu di Perguruan al-Qarawiyyin. Disinilah sebenarnya al-Wazzan mengenal seluk-beluk Afrika secara mendalam, mulai dari geografi, adat-istiadat, sosiologi, masyarakat Afrika yang sangat majemuk itu, sehingga kemudian terkenal sebagai “Ahli tentang Afrika atau Leo Africanus”.
Seorang tokoh lain dalam bidang geografi dan kartografi yang cukup misterius adalah al-Hassan Ibn Muhammad al-Wazzan al-Fassi sedang masyarakat Eropah menyebutnya dengan ”Leo Africanus”, karena. dia seorang spesialis geografi Afrika. Al-Wazzan adalah seorang ilmuan yang unik. Sejarawan Tom Verde menyebut al-Wazzan sebagai ”Manusia dua wajah”. Saat berada di Afrika Utara, dia mengabdikan dirinya untuk Sultan di Maroko. Ketika di Barat, ia bekerja untuk kepentingan pemimpin tertinggi umat Katholik, Paus. Menurut Bouchentouf, al-Wazzan adalah seorang Muslim yang hidup sebagai seorang Kristen dan menulis dunia Islam untuk masyarakat Kristen.
Layaknya intelektual Muslim sekaliber Ibnu Battuta, Ibnu Khaldun dan Ibnu Jubair, maka al-Wazzan adalah juga seorang yang serba bisa. Ia adalah seorang penjelajah, navigator, karena itu dia geografer dan kartografer, lanjutannya dia Sejarawan dan diplomat. Secara khusus ternyata Al-Wazzaan juga seorang ahli hukum, bahkan pengelola rumah sakit. Al-Wazzan mampu menjembatani peradaban yang berseberangan melalui keilmuan dan kamus tiga bahasa yang ditulisnya : Arab-Latin dan Yahudi.
Perjalanan intelektual a-Wazzan, kelihatan ketika berumur 14 tahun dia sudah menjadi qadli. Dua tahun kemudian dia mulai menjalankan tugas sebagai diplomat. Pada usia 16 tahun, al-Wazzan telah menemani pamannya menjalankan tugas diplomatik mewakili Sultan Wattasid, untuk kawasan Afrika Utara. Ia juga sempat mendatangi Timbuktu dan Gaodua, yang berada di wilayah Mali dan dibawah kekuasaan Kerajaan Songhai. Karena kemampuannya mencatat dan memperkenalkan Timbukti secara luas, dan menjelaskan jalur perdagangan timur-barat-dan utara-tengah Afrika melalui Sub-Sahara, akhirnya dia diangkat menjadi duta kepercayaan Sultan untuk Mali dan Nigeria.
Kariernya yang cemerlang sebagai diplomat membawanya hingga ke Istambul (Turki Utsmani), dan berkenalan dengan beberapa penguasa Eropah Timur. Pada 1518, dalam perjalanan pulang dari Istambul, rombongannya ditangkap bajak laut yang bekerja untuk Ksatria Saint Jhon. Anggota rombongan dijual ke pasar budak di Pisa dan Genoa, tapi karena keilmuannya, al-Wazzan diserahkan pada Paus Leo X.
Karena pada waktu itu sedang berlangsung Perang salib, maka kehadiran Al-Wazzan di Roma menjadi begitu istimewa, dia diminta menjelasklan kekuatan Turki Utsmani, dan kekuatan Islam lainnya di belahan Asia Kecil dan Asia Barat, guna mempermudah perjalanan angkatan Salib.
Sesuatu yang misteri dan tidak terungkap secara jelas, adalah tentang (terpaksanya) Al-Wazzan masuk Kristen. Menurut sumber Barat, pada tanggal 6 Januari 1520, saat al-Wazzan berusia 24 tahun, dia sempat dibaptis oleh Paus Leo X dan diberi nama baptis “Johannes Leo de Medicis” atau “Giovanni Leone” atau dalam sebutan Arabnya “Yuhanna al-Asad”. Dari beberapa nama itulah kemudian dia dipopulerkan di Barat oleh penulis buku dari Venetsia, Giovanni Battista Ramusio dengan “Leo Africanus”. Tapi sumber-sumber Islam menyatakan bahwa hakekatnya al-Wazzan tetap seorang Muslim, karena bagaimanapun dia pernah juga pulang ke Afrika Utara. Apa yang dilakukannya di Roma dihadapan Sri Paus, adalah sebuah upaya penyelamatan diri dan posisi keilmuannya (Taqiyyah). Pada waktu Roma diserang Raja Charles V, pada Mei 1527, menurut kalangan barat, al-Wazzan meninggal dunia di Roma pada waktu itu, sedang menurut kalangan Muslim, Al-Wazzan sempat melarikan diri ke Tunis, Tunisia, dan meninggal dunia di Tunis pada 1550.
Benarkah al-Wazzan menjadi Kristen?, menurut Prof. Hajji, pembaptisan oleh Paus itu hanyalah strategi agar lepas dari penjara Paus, juga lepas dari pembayaran pajak tahanan/tawanan yang cukup tinggi. ”Pada saat itu, hal seperti itu biasa terjadi”, kata Sejarawan Ahmed Bouchard, mantan Dekan Sekolah Seni dan Sains Universitas Muhammad Khamis di Maroko.
”Saat itu, demi keselamatannya, orang Islam dan Yahudi pindah menjadi Kristen, orang Kristen menjadi Muslim”, ujar Bouchard. Sebagaimana misalnya dalam sejarah terbaca Kekhalifahan Turki diperkuat prajurit yang sebenarnya (pada mulanya) beragama Kristen, atau kesultanan Maroko memiliki prajurit yang (pada awalnya) sebenarnya beragama Kristen.
Pada masa dia berada dilingkungan Paus itulah dia menyelesaikan buku besarnya Cosmographia Del Africa, Maret 1526. Buku ini juga diterbitkan dalam bahasa Italia berjudul Della Descrittionedell’Africa et Delle Cose Notabli che Ivi Sono. Buku ini kemudian diedit ulang pada 1554, 1563, 1588, 1606 dan 1613M. Pada edisi 1588, editor dan penerbit mengklaim Leo al-Wazzan meninggal di Roma. Adalah juga ketika di Roma dia menulis beberapa buku Tentang Bahasa Arab, buku Tentang Sejarah Islam daln lain nya.
Selain itu, buku berjudul Fenomenal al-Wazzan juga diterjemahkan ke dalam bahasa Perancis pada 1556 oleh Jean Temporal dengan judul Historiale Description de l’Afrique Tierce Partie du Monde. Diterjemahkan kedalam bahasa Latin dengan judul De Totius Africae descriptione Libri IX, tahun 1559 dan 1632. Kedalam bahasa Jerman, diterjemahkan dan diterbitkan oleh Lorbach dengan judul Beschreibung von Africa pada 1805. Bahkan tiga abad kemudian diterbitkan di Perancis dengan judul Description de l’Afrique pada 1896.

MUSLIM SEBAGAI PENEMU AMERIKA :
SUMBER-SUMBER DAN PRESPEKTIF MUSLIM
Selama ribuan tahun, selalu dipersepsikan bahwa penemu Benua Amerika adalah Christopher Colombus pada 12 Oktober 1492. Menurut versi tersebut, ketika pertama kali menginjakkkan kakinya di daratan, dia menyangka mendarat di semenanjung Hindia, sehingga penduduk aslinya disebut ”Indian”.
Tapi menurut versi lain, penelitian ulang yang dilakukan oleh beberapa peneliti Barat, atau penelitian dari sumber-sumber tertulis dari kalangan Muslim, ilmuan Muslim, ditemukan data-data baru bahwa Benua Amerika telah ditemukan oleh penjelajah Muslim 603 tahun sebelum Colombus menginjakkan kakinya di benua Amerika.
Literatur yang menerangkan bahwa penjelajah Muslim sudah datang ke Amerika sebelum Colombus, antara lain pakar sejarah dan geografer Abul Hassan Ali Ibnu al-Hussain al-Masudi (871-957M). Dalam bukunya Muruj Adh-Dhahabwa Maad al-Jawhar (The Meadows of Gold and Quarries of Jewels / Hamparan Emas dan tambang Permata), al-Masudi telah menuliskan bahwa Khaskhas Ibnu Sa’ied Ibn Aswad, seorang penjelajah Muslim dari Cordova, Spanyol, berhasil mencapai benua Amerika pada 889M.
Pelayaran melintasi samudera Atlantik dari Maroko juga dicatat oleh penjelajah Shaikh Sayn-eddin Ali bin Fadhel al-Mazandarani. Kapalnya melepas jangkar dari pelabuhan Tarfay di Maroko pada masa Sultan Abu Yacoob Sidi Yossef (1286-1307M), penguasa keenam Kekhalifahan Marinid. Rombongan ekspedisi ini mendarat di Pulau Green di Laut Karibia pada 1291. menurut Dr. Mroueh, catatan perjalanan pelaut Maroko ini banyak dijadikan referensi oleh ilmuan Islam pada era sesudahnya.
Al-masudi menjelaskan, semasa pemerintahan Khalifah Abdullah Ibn Muhammad (888-912M) di Andalusia, Khaskhas berlayar dari Pelabuhan Delbra (Palos) pada 889, menyeberangi lautan Atlantik hingga mencapai sebuah negeri yang asing (al-ardh majhul). Sekembalinya dari benua asing tersebut, dia membawa pulang barang-barang yang menakjubkan, yang diduga berasal dari benua baru yang kemudian berama Amerika.
Sejak itulah, pelayaran menembus Samudera Atlantik yang saat itu dikenal sebagai ”lautan yang gelap dan berkabut”, semakin sering dilakukan oleh pedagang dan penjelajah Muslim. Literatur yang paling populer adalah essay Dr. Yossef Mroueh dalam Prepatory Committe for International Festivals to Celebrate the Millenium of the Muslims Arrival to the America tahun 1996. Dalam essay berjudul Precolumbian Muslims in America (Muslim di Amerika Pra Colombus), Dr. Mroueh menunjukkan sejumlah fakta bahwa Muslimin dari Anadalusia dan Afrika Barat tiba di Amerika sekurang-kurangnya lima abad sebelum Colombus.
Pada pertengahan abad ke-10, pada masa pemerintahan Bani Umayyah Andalusia: Khalifah Abdurrahman III (929-961M), kaum Muslimin dari Afrika berlayar ke arah barat dari pelabuhan Delbra (Palos) di Spanyol menembus “samudera yang gelap dan berkabut”. Setelah menghilang beberapa lama, mereka kembali dengan sejumlah harta dari negeri yang “tak dikenal dan aneh”. Dalam pelayaran itu, ada sejumlah kaum Muslimin yang tinggal bermukim di negeri baru itu. Mereka inilah imigran Muslim gelombang pertama yang tiba di Amerika.
Masih menurut Dr. Mroueh, berdasarkan catatan sejarawan Abu Bakr Ibnu Umar al-Gutiyya, yang hidup pada masa pemerintahan Khalifah Hisyam II (976-1009) di Andalusia, penjelajah dari Granada bernama Muhammad Ibnu Farrukh meninggalkan pelabuhan Kadesh, Februari 999. M.Farrukh melintasi Lautan Atlantik, mendarat di Gando (Kepulauan canary) dan berkunjung pada Raja Guanariga. Ia melanjutkan pelayaran ke arah barat, melihat dua pulau dan menamakannya dengan Cpraria serta Pluitana. Ia kembali ke Andalusia Mei 999 M.
Al-Syarif al-Idrisi (1099-1166), pakar Geografi dan ahli pembuata peta, dalam bukunya Nuzhat al-Musytaq fi Ikhtiraq al-Afaq (Ekskursi dari yang rindu mengharungi Ufuk) menulis, sekelompok pelaut Muslim dari Afrika Utara berlayar mengharungi samudera yang gelap dan berkabut. Ekspedisi yang berangkat dari Lisbon (Portugal) ini, dimaksudkan untuk mendapatkan jawaban apa yang ada di balik samudera itu ?, berapa luasnya dan dimana batasnya?, Merekapun menemukan daratan yang penghuninya bercocok tanam.
Pelayaran melintasi samudera Atlantik dari Maroko juga dicatat oleh penjelajah Shaikh Sayn-eddin Ali bin Fadhel al-Mazandarani. Kapalnya melepas jangkar dari pelabuhan Tarfay di Maroko pada masa Sultan Abu Yacoob Sidi Yossef (1286-1307M), penguasa keenam Kekhalifahan Marinid. Rombongan ekspedisi ini mendarat di Pulau Green di Laut Karibia pada 1291. menurut Dr. Mroueh, catatan perjalanan pelaut Maroko ini banyak dijadikan referensi oleh ilmuan Islam pada era sesudahnya.
Sultan-sultan dari Kerajaan Mali di Afrika Barat yang beribukota Timbuktu, juga melakukan penjelajahan hingga mendarat di benua Amerika. Sejarawan Chihab Addin Abul Abbas Ahmad bin Fadhl al-Murai (1300-1384), menulis catatan tentang geografi Timbuktu, yang waktu itu ternyata telah menjadi kota pusat peradaban dan cukup maju di Afrika Barat.
Ekspedisi laut yang berawal dari Timbuktu, antara lain dilakukan oleh Sultan Abu Bakari I (1285-1312M) yang merupakan saudara dari Sultan Mansa Kankan Musa (1312-1337M0. Sultan Abu Bakar I melakukan dua kali ekspedisi menembus Lautan Atlantik dan mendarat di Amerika. Bahkan, penguasa Afrika Barat ini sempat menyusuri sungai Missisippi, dan mencapai pedalaman Afrika Tengah antara tahun 1309-1312. Selama berada di benua baru ini, para eksplorer ini tetap berkomunikasi dengan bahasa Arab dengan penduduk setempat.
Dua abad kemudian tepatnya tahun 1513, penemuan benua Amerika ini diabadikan dalam peta berwarna yang disebut Piri Re’isi. Peta ini dipersembahkan kepada Khalifah Ottoman, Sultan Selim I, tahun 1517 di Turki. Peta ini berii informasi akurat tentang belahan bumi bahagian barat, Amerika Selatan, dan pesisir pantai Brasil. Piri sendiri sebenarnya merupakan nama seorang pejabat laut sekaligus pembuat peta kerajaan Turki Utsmani, yang berbakti pada kerajaan Turki Utsmanimasa pemerintahan Sultan Salim (1512-1520) sampai pemerintahan Sultan Sulaiman al-Qanuny (1520-1566). Gelaran ”Reis” (berasal dari bahasa Arab Raais, yang berarti panglima atau Pimpinan), diberikan pada Piri setelah yang bersangkutan memenangkan peperangan laut melawan Bendeqia.
Peta Piri Reis yang bertarikh 1513 M itu disimpan di Tobco Serai/Top Kopi, dan kemudian pada tahun 1929, dikaji ulang oleh seorang orientalkis Jerman Prof. Paul Kalhe yang membentangkannya dalam Kongres Kajian Oriental di Leiden pada 1931. Untuk mengenang jasa-jasanya, pemerintah Turki mengabadikannya menjadi perangko Peta Piri Reis itu.

MUSLIM SEBAGAI PENEMU AMERIKA :
Sumber-sumber dan Perspektif Barat 
:
Pertama, dalam bukunya Saga America (New York, 1980), Dr. Barry Fell, arkeolog dan ahli bahasa berkebangsaan Selandia Baru jebolan Harvard University menunjukan bukti-bukti detail bahwa berabad-abad sebelum Colombus, telah bermukim kaum Muslimin dari Afrika Utara dan Barat di beua Amerika. Tak heran jika bahasa masyarakat Indian Pima dan Algonquain memiliki beberapa kosakata yang berasal dari bahasa Arab.
Di negara bahagian Inyo dan California, Dr. Barry menemukan beberapa kaligrafi Islam yang ditulis dalam bahasa Arab salah satunya bertuliskan ”Yesus bin Maria” yang artinya ”Isa anak Maria”. Kaligrafi ini dapat dipastikan datang dari ajaran Islam yang hanya mengakui nabi Isa sebagai anak manusia dan bukan anak Tuhan. Dr. Barry menyatakan bahwa usia kaligrafi ini beberapa abad lebih tua dari usia Negara Amerika Serikat. Bahkan lebih lanjut, Dr. Barry menemukan reruntuhan, sisa-sisa peralatan, tulisan, digram, dan beberapa ilustrasi pada bebatuan untuk keperluan pendidikan di Sekolah Islam. Tulisan, diagram dan ilustrasi ini merupakan mata p[elajaran matematika, sejarah, geografi, astronomi dan navigasi laut. Semuanya ditulis dalam tulisan Arab Kufi dari Afrika Utara.
Penemuan sisa-sisa sekolah Islam ini ditemukan dibeberapa lokasi seperti di Valley of Fire, Allan Springs, Logomarsino, Keyhole, Canyon Washoe, Hickison Summit Pas (Nevada), Mesa Verde (Colorado), Mimbres Valley (New Mexico) dan Tipper Canoe (Indiana). Sekolah-sekolah Islam ini diperkirakan berfungsi pada tahun 700-800 M. Keterangan yang sama juga ditulis olh Donald Cyr dalam bukunya yang berjudul Exploring Rock Art (Satna barbara, 1989).

Kedua, dalam bukunya Africa and the Discovery of America (1920), pakar sejarah dari Harvard University, Loe Weiner, menulis bahwa Colombus sendiri sebenarnya juga mengetahui kehadiran orang-orang Islam yang tersebar di Karibia, Amerika Utara, Tengah dan Selatan, termasuk Canada. Tapi tak seperti Colombus yang ingin menguasai dan memperbudak penduduk asli Amerika, umat Islam datang untuk berdagang, berasimilasi dan melakukan perkawinan dengan orang-orang India suku Iroquis dan Algonquin. Colombus juga mengakui, dalam pelayaran antara gibara dan Pantai Kuba, 21 Oktober 1492, ia melihat masjid berdiri diatas bukit dengan indahnya. Saat ini, reruntuhan masjid-masjid itu telah ditemukan di Kuba, Mexico, Texas dan Nevada.

Ketiga, John Boyd Thacher dalam, bukunya Christopher Colombus yang terbit di New York, 1950, menunjukkan bahwa Colombus telah menulis bahwa pada hari Senin, 21 Oktober 1492, ketika sedang berlayar di dekat Cibara, bahagian tenggara pantai Cuba, ia menyaksikan mesjid di atas puncak bukit yang indah. Sementara itu , dalam rangkaian penelitian antropologis, para antropolog dan arkeolog memang menemukan reruntuhan beberapa masjid dan menaranya serta ayat-ayat al-Qur’an di Cuba, Mexico, Texas dan Nevada.

Keempat, Clyde Ahmad Winters dalam bukunya Islam in Early North and South America, yang diterbitkan penerbit Al-Ittihad, Juli 1977, halaman 60 menyebutkan, para antropo0log yang melakukan penelitian telah menemukan prasasti dalam bahasa Arab di lembah Mississipi dan Arizona. Psasasti itu menerangkan bahwa imigran Muslim pertama tersebut juga membawa gajah dari Afrika.
Sedangkan Ivan Van Sertima, yang dikenal karena karyanya They Came Before Colombus, menemukan kemiripan arsitrektur bangunan penduduk asli Amerika dengan kaum Muslim Afrika. Sedang dalam bukunya yang lain African Presence in Early America, juga menegaskan tentang telah adanya pemukiman Muslim Africa sebelum kehadiran Colombus di Amerika.
Kelima, ahli sejarah Jerman, Alexander Von Wuthenan juga memberikan bukti bahwa orang-orang Islam sudah berada di Amerika tahun 300-900 M. Artinya, umat Islam sudah ada di Amertika, paling tidak setengah abad sebelum Colombus lahir. Bukti berupa ukiran kayu berbentuk kepala manusia yang mirip dengan orang Arab diperkirakan dipahat tahun 300 dan 900 M. Beberapa ukiran kayu lainnya diambil gambarnya dan diteliti, ternyata memiliki kemiripan dengan orang Mesir.
Keenam, salah satu buku karya Gavin Menzies, seorang bekas pelaut yang menerbitkan hasil penelusurannya, menemukan peta empat pulau di Karibia yang dibuat pada tahun 1424 dan ditandatangani oleh Zuanne Pissigano, kartografer dari Venezia, yang sudah diterjemahkan ke bahasa Indonesia. Peta ini berarti dibuat 68 tahun sebelum Colombus mendarat di Amerika. Dua pulau pada peta ini kemudian diidentifikasi sebagai Puertorico dan Guadalupe.
Henry Ford dalam bukunya The Complete International Jew, terdapat cuplikan yang menjelaskan bagaimana kondisi riil Umat Islam pada akhir kekuasaan Islam di Spanyol, yang mengalami penyiksaan yang sangat luar biasa, dan bagaimana dari penyiksaan tersebut akhirnya ada yang melarikan diri bersama rombongan Colombus ke Amerika. Dalam buku tersebut dapat disarikan sebagai berikut :
Perjalanan Colombus dimulai 3 Agustus 1492, sehari setelah jatuhnya Granada, benteng terakhir umat Islam di Spanyol. Dalam pertarungan hidup-mati itu, 300 ribu orang Yahudi diusir dari Spanyol oleh raja Ferdinand yang Kristen. Selanjutnya, dalam buku tersebut dikisahkan bagaimana perjuangan penggalanagan dana oleh kaum Yaahudi untuk mendukung perjalanan Colombus dan pada hakekatnya juga pelayaran bagi pelarian Yahudi Spanyol ke Amerika. Tapi ada bahagian informasi yang sengaja tidak dipublikasikan, yakni bahwa Colombus membawa dua kapal, yakni kapal Pinta dan Nina. Kedua kapal ini dibantu oleh nakhoda Muslim bersaudara. Martin Alonso Pinzon menakhodai kapal Pinta, dan Vicente Yanex Pinzon menakhodai kapal Nina. Keduanya menggunakan Spanyol namun keduanya sebenarnya masih keluarga Sultan Maroko Abu Zayan Muhammad III (1362-1366) yang menguasai kekhalifahan Marinid (1196-1465). Informasi tersebut juga ditemukan dalam buku karya John Boyd Thacher, Christopher Colombus, New York, 1950.

MUSLIM SEBAGAI PENEMU AMERIKA :
HASIL PENGAMATAN LAPANGAN DAN
PERSPEKTIF SUKU-SUKU INDIAN AMERIKA (CHEROKEE)

Hari ini, kalau kita membuka peta Amerika paling mutakhir buatan Rand McNally dan mencermati nama-nama tempat. Hampir di semua bagian benua ini akan ditemukan jejak-jejak umat Islam jauh sebelum Colombus. Di tengah kota Los Angeles misalnya, terdapat kawasan Alhambra, teluk El-Morro dan al-Amitos serta nama-nama kawasan seperti Andalusia, Attilla, Alla, Aladdin, Albany, Al-Cazar, Alameda, Alomar, al-Mansor, Almar, Alva, Amber, Azuredan La Habra.
Nama-nama Tempat
Di bahagian tengah Amerika, dari selatan hingga Illionis terdapat nama-nama kota Albany, Andalusia, Attalla, Lebanon dan Tullahoma. Di negara bagian Washington ada kota Salem. Di Karibia (berasal dari bahasa Arab Qariiban) dan Amerika Tengah terdapat kawasan bernama Jamaika, Pulau Cuba (dari kata Quba) dengan ibukotanya Havana (dari La-Habana). Juga nama-nama pulau Grenada, Barbados, Bahama dan Nassau.
Di Amerika Selatan terdapat nama kota seperti Cordova (di Argentinma), Al-Cantara (di Brazil), Bahia (di Brazil dan Argentina). Selanjutnya , ada nama-nama pegunungan seperti Appalachian (Afala-che) di pantai timur dan pegunungan Absarooka (Abshaaruka) di pantai barat. Kota besar di negara bagian Ohio yang terletak di muara sungai Wabash yang panjang dan meliuk-liuk bernama Toledo, nama Universitas Islam ternama pada masa kejayaan Islam di Andalusia.
Menurut Dr. Youssef Mroueh, hari ini di Amerika Utara terdapat 565 nama tempat, baik nergara bagian, kota, sungai, gunung, danau dan desa yang diambil dari nama Islamatau nama dengan akar kata dari bahasa Arab. Selebihnya, sebanyak 484 nama terdapat di Amerika Serikat dan 81 di Kanada. Nama-nama ini diberikan oleh penduduk asli yang telah ada sebelum Colombus menginjakkan kaninya di Amerika.
Dr. A. Zahoor juga menulis bahwa nama negara bagaian seperti Alabama berasal dari kata Allah Bamya. Nama negara bagian Arkansas berasal dari kata Arkan-Sah dan Tenesse dari Tanasuh. Demikian njuga nama kota besar seperti Tallahassee di Florida, berasal dari bahasa Arab yang artinya ”Allah akan menganugerahkan sesuatu dikemudian hari”.
Dr. Mroueh juga menulis, beberapa nama yang dicatatnya merupakan nama kota suci seperti Mecca di Indiana. Medina merupakan nama paling populer di Amerika. Medina terdapat di Idaho, Medina di New York, Medina dan Hazen di North Dakota. Medina di Ohio, Medina di Tenesse. Medina di Texas dengan penduduk 26 ribu jiwa. Medina di Ontario Canada, kota Mahomet di Illionis, Moda di Utah dan Arva di Ontario Canada.
Ketika Colombus mendarat di kepulauan Bahama, 12 Oktober 1492, pulau itu sudah diberi nama Guanahani oleh penduduknya. Guanahani berasal dari kata Arab ikhwana (saudara), kemudian dibawa ke bahasa Mandika (kerajaan Islam di barat Afrika) yang berarti ”tempat keluarga Hani bersaudara”. Tapi kemudian Colombus secara ”seenaknya” memberinya nama San Salvador, dan merampas pulau ini dari pemilik awalnya.
Nama kepala suku Cherokee
Hari ini, seandainya kita mengunjungi Washington, dan sempat mengunjungi Perpustakaan Kongres (Library of Congress), dan meminta arsip perjanjian pemerintah Amerika Serikat dengan Suku Indian Cherokee, salah satu suku terkemuka Indian, tahun 1787. Di arsip tersebut secara fakta akan ditemukan tandatangan Kepala Suku Cherokee saat itu, bernama Abdel Khak and Muhammad Ibn Abdullah. Nama suku Cherokee sendiri diperkirakan berasal dari bahasa Arab Sharkee
Isi perjanjian itu antara lain adalah hak suku Cherokee untuk melangsungkan keberadaannya dalam bidang perdagangan dan pemerintahan suku yang ternyata didasarkan pada hukum Islam. Lebih lanjut, akan ditemukan kebiasaan berpakaian wanita suku Cherokee yang menutrup aurat, sedangkan kaum lelakinya memakai turban (sorban) dan gamis hingga sebatas lutut.
Cara berpakaian ini dapat ditemukan dalam foto atau lukisan suku Cherokee yang diambil gambarnya sebelum tahun 1832. Kepala suku terakhir Cherokee sebelum akhirnya secara perlahan punah atau dipunahkan dari daratan Amerika adalah seorang Muslim bernama Ramadhan Ibn Wati.
Mengenai aksara Cherokee yang kemudian diteliti, digali dan dihidupkan kembali oleh seorang tokoh Cherokee modern bernama Sequoyah, adalah terdapatnya kemiripan antara aksara Cherokee yang disebut Syllabari dengan aksara Arab . Bahkan beberapa pahatan peninggalan lama Cherokee di Nevada, ternyata mempunyai kemiripan dengan aksara Arab.
Yang lebih mengherankan adalah, ternyata keterkaitan Islam/Arab tidak hanya dengan Suku Cherokke, tapi juga dengan suku-suku Indian lainnya, seperti Anasazi, Apache, Arawak, Arikana, Chavin Cree, Makkah, Hohokam, Hupa, Hopi, Mahigan, Mohawk, Nazca, Zulu dan Zuni. Beberapa kepala suku Indian juga mengenakkan tutup kepala khas corang Islam. Misalnya kepala suku Chippewa, Creek, Iowa, Kansas, Miami, Potawatomi, Sauk, Fox, Seminole, Shawnee, Sioux, Winnebago dan Yuchi. Hal ini dibuktikan pada foto-foto antara tahun 1835 hingga 1870.

KESIMPULAN DAN PENUTUP
  1. Al-Qur’an berisi banyak sekali dorongan atau motivasi untuk melakukan rihlah dimuka bumi, dengan tujuan untuk dapat melihat keagungan ciptan-Nya berupa alam semesta dengan seluruh isinya; gunung dan lembah, langit bumi dan apa yang terdapat pada keduanya atau antara keduanya, tetumbuhan dan hewan-hewan. Juga dengan memperhatikan bukti-bukti arkeologis dan historis sejarah umat-umat terdahulu sehingga dapat menjadi pelajaran bagi generasi berikutnya. Surat al-Muluk ayat 15 : “Dialah Yang menjadikan bumi itu mudah bagimu, maka berjalankah di segala penjurunya dan makanlah sebahagian dari rezeki-Nya. Dan hanya kepada-Nya lah kamu (kembali setelah) dibangkitkan”.
  2. Nama-nama penulis, peneliti, penjelajah dan pembuat peta Muslim sebagai berikut : Muhammad bin Musa al-Razi (w. 273H/882M), Qasim bin Asbagh al-Bayani (244-340H/859-951M), Ahmad bin Muhd. Al-Razi (284-344H), Ahmad bin Umar bin Anas al-‘Azri al-Dalaie (393-476H/1002-1083M), Abu ‘Ubaid al-Bakri (432-487H/1040-1094M), Abdullah bin Ibrahim al-Hijari (kurun ke 6H/12M), al-Idrisi (110-1166M), Ibn Bashkawal (494-578H/1101-1183M), al-Yasa’ bin Isa bin Hazm al-Ghafiqi (w. 575H/1179M), Abu Hamid al-Gharnati (lahir 473H/1080-1081M), Mohammad bin Abi Bakr al-Zuhri (kurun ke 6H/12M), Abu Bakar bin al-‘Arabi (468-542H/1076-1148M), Ibn Jubayr (1145-1217M), Muhammad bin Ayub bin Ghalib al-Gharnaiti, Abu al-Hasan Ali bin Sa’id (610-685H/1213-1286M), Abu Abdullah Muhd. Al-Abdari, Muhd. Bin Abd. Al-Mun’im al-Hamiri (w. 900H/1494M) dan lainnya. pakar sejarah dan geografer Abul Hassan Ali Ibnu al-Hussain al-Masudi (871-957M). Dalam bukunya Muruj Adh-Dhahabwa Maad al-Jawhar (The Meadows of Gold and Quarries of Jewels / Hamparan Emas dan tambang Permata), al-Masudi telah menuliskan bahwa Khaskhas Ibnu Sa’ied Ibn Aswad, seorang penjelajah Muslim dari Cordova, Spanyol, berhasil mencapai benua Amerika pada 889M
  3. Dr. Barry Fell, arkeolog dan ahli bahasa berkebangsaan Selandia Baru jebolan Harvard University menunjukan bukti-bukti detail bahwa berabad-abad sebelum Colombus, telah bermukim kaum Muslimin dari Afrika Utara dan Barat di beua Amerika. Tak heran jika bahasa masyarakat Indian Pima dan Algonquain memiliki beberapa kosakata yang berasal dari bahasa Arab. Clyde Ahmad Winters dalam bukunya Islam in Early North and South America, yang diterbitkan penerbit Al-Ittihad, Juli 1977, halaman 60 menyebutkan, para antropo0log yang melakukan penelitian telah menemukan prasasti dalam bahasa Arab di lembah Mississipi dan Arizona. Prasasti itu menerangkan bahwa imigran Muslim pertama tersebut juga membawa gajah dari Afrika. ahli sejarah Jerman, Alexander Von Wuthenan juga memberikan bukti bahwa orang-orang Islam sudah berada di Amerika tahun 300-900 M. Artinya, umat Islam sudah ada di Amertika, paling tidak setengah abad sebelum Colombus lahir.
  4. Dalam peta Amerika paling mutakhir buatan Rand McNally dan mencermati nama-nama tempat. Hampir di semua bagian benua ini akan ditemukan jejak-jejak umat Islam jauh sebelum Colombus. Di tengah kota Los Angeles misalnya, terdapat kawasan Alhambra, teluk El-Morro dan al-Amitos serta nama-nama kawasan seperti Andalusia, Attilla, Alla, Aladdin, Albany, Al-Cazar, Alameda, Alomar, al-Mansor, Almar, Alva, Amber, Azuredan La Habra.
Di bahagian tengah Amerika, dari selatan hingga Illionis terdapat nama-nama kota Albany, Andalusia, Attalla, Lebanon dan Tullahoma. Di negara bagian Washington ada kota Salem. Di Karibia (berasal dari bahasa Arab Qariiban) dan Amerika Tengah terdapat kawasan bernama Jamaika, Pulau Cuba (dari kata Quba) dengan ibukotanya Havana (dari La-Habana). Juga nama-nama pulau Grenada, Barbados, Bahama dan Nassau. Di Amerika Selatan terdapat nama kota seperti Cordova (di Argentinma), Al-Cantara (di Brazil), Bahia (di Brazil dan Argentina). Selanjutnya, ada nama-nama pegunungan seperti Appalachian (Afala-che) di pantai timur dan pegunungan Absarooka (Abshaaruka) di pantai barat. Seluruhnya membuktikan hubungan antara Arab-Andalus-Mali-Afrika Barat dan Amerika.

DAFTAR BACAAN

Abdul Hakam Ash-Sha’idi, Dr, Bepergian (Rihlah) Secara Islam, terjemahan dari Ar-Rihlatu fil Islam, oleh Abdul Hayyie al-Kattanie, Gema Insani Press, jakarta, 1988.
Abul Hassan Ali Ibnu al-Hussain al-Masudi, Muruj Adh-Dhahabwa Maad al-Jawhar (The Meadows of Gold and Quarries of Jewels),
Ahmad, Ahmad Ramashan, Dr., al-Rihlat wa al-Rahalat al-Muslimun, Jeddah, Dar al-Bayan al-‘Arabi, (t.t.).
Al-Syarif al-Idrisi, Nuzhat al-Musytaq fi Ikhtiraq al-Afaq (Ekskursi dari yang rindu mengharungi Ufuk)
Anuar ‘Abdul ‘Alim, Dr., Ibn Majid al-Mallah, Dar al-Katib al-Arabi, 1967.
Anwar G. Chejne, Muslim Spain: Its History and Culture, Minneapolis, The University of Minneapolis Press, 1974.
Asma’ Wardah Bt Surtahman, Prof.Madya Dr. Ahmad Zaki Hj Berahim @ Ibrahim, Penemuan Benua Amerika Berdasarkan Keilmuan Tamadun Islam Di Andalusia: Sorotan Terhadap Pelayaran Eropah, makalah dibentangkan dalam Seminar Antarabangsa bertema “Andalusia 1300 tahun”, oleh USM Pulau Pinang bekerjasama dengan Jabatan Mufti Negeri Pulau Pinang, pada tanggal 5-6 Maret 2008.
Barry Fell, Dr. Saga America, New York, 1980
Chairul Akhmad, “Ibnu Battuta : Pemuda Pencari Tepi Dunia”, sebagaimana termuat dalam Majalah Islam Sabili , Edisi Khusus (Special Edition), The Great Muslim Travelers, nomot 13 tahun XVI 15 Januari 2009/18 Muharram 1430H.
Clyde Ahmad Winters, Islam in Early North and South America, Al-Ittihad, Juli 1977
Diyah Kusumawardhani, “Petualangan Sindbad Menjelajahi Tujuh Lautan Menuju Cina”, sebagaimana termuat dalam Majalah Islam Sabili , Edisi Khusus (Special Edition), The Great Muslim Travelers, nomot 13 tahun XVI 15 Januari 2009/18 Muharram 1430H.
Donald Cyr, Exploring Rock Art, Satna Barbara, 1989
Dwi Hardianto, “Penjelajah : Kisah Para Pembuat Peta”, sebagaimana termuat dalam Majalah Islam Sabili , Edisi Khusus (Special Edition), The Great Muslim Travelers, nomot 13 tahun XVI 15 Januari 2009/18 Muharram 1430H.
——————, “Laksamana Cheng Ho : sebelum Colombus Menembus Atlantik”, sebagaimana termuat dalam Majalah Islam Sabili , Edisi Khusus (Special Edition), The Great Muslim Travelers, nomot 13 tahun XVI 15 Januari 2009/18 Muharram 1430H.
——————, “Cheroke Suku Indian Muslim yang musnah”, sebagaimana termuat dalam Majalah Islam Sabili , Edisi Khusus (Special Edition), The Great Muslim Travelers, nomot 13 tahun XVI 15 Januari 2009/18 Muharram 1430H
Eman Mulyatman, “Hijrah dan Perjalanan Peradaban Baru”, sebagaimana termuat dalam Majalah Islam Sabili , Edisi Khusus (Special Edition), The Great Muslim Travelers, nomot 13 tahun XVI 15 Januari 2009/18 Muharram 1430H
Herry Nurdi (Pemred), Majalah Islam Sabili, nomor 13 tahun XVI 15 Januari 2009/18 Muharram 1430 H, edisi khusus (Special Edition) “The Great Muslim Travelers”, Penerbit PT Bina Media Sabili, jakarta, 2009.
Herry Nurdi, “Para Sahabat : Pengembara di Zaman Nabi”, sebagaimana termuat dalam Majalah Islam Sabili , Edisi Khusus (Special Edition), The Great Muslim Travelers, nomot 13 tahun XVI 15 Januari 2009/18 Muharram 1430H.
Husin Mu’nis, Tarikh al-Jugrafiyah wa al-Jugrafiyyin fi al-Andalus, Madrid, Mathba’ah Ma’had al-Dirasat al-Islamiyyah, 1967.
‘Izzuddin Farag, Fadl ‘Ulama al-Muslimin ‘ala al-Hadarah al-Urubiyahh.(t.t.)
Ivan Van Sertima, They Came Before Colombus
John Boyd Thacher, Christopher Colombus, New York, 1950.
Loe Weiner, Africa and the Discovery of America, Harvard University, 1920.
Yossef Mroueh, Dr. Prepatory Committe for International Festivals to Celebrate the Millenium of the Muslims Arrival to the America tahun 1996.
(nahimunkar.com)