Wednesday, December 31, 2014

Toleransi Antar Agama

TOLERANSI ANTAR AGAMA


Armahedi Mahzar (c) 2009

Kamis minggu lalu, saya mendapat tugas memberi kuliah sesi inter-religious tolerance dari mata kuliah Ethics and Religion untuk mahasiswa asing yang belajar di International School of Pharmacy di ITB.

Sebelumnya, saya mendapat tugas memberi kuliah sesi Relation between Faith and Reason. Dalam sesi itu saya menekankan komplementaritas sains agama yang saya letakkan di atas ujar-ujar Einstein "Religion without science is blind, science without religion is lame."

Oleh karena, itu saya sudah mengantisipasi pandangan sekularistis modernis para mahasiswa yang melihat bahwa adanya pemisahan yang tegas antara akal dan iman, antara pengetahuan dan kepercayaan, antara sains dan agama, antara fakta dan nilai, antara publik dan privat, antara obyektivitas dan subyektivitas dan lain sebagainya.

Dalam kuliah sekarang ini saya ingin mendobrak konsep separasi itu dengan menunjukkan bagaimana perkembangan fisika dan psikologi modern ternyata menyarankan kita untuk mengintegrasikan kembali sains dan agama melalui reinterpretasi filsafat perenial.

Filsafat perenial menganggap bahwa pada intinya semua agama itu satu. Pada pemahaman dan pengamalannya agama-agama itu memang berbeda. Namun pada inti pemahamannya tentang realitas dan manusia terdapat kesamaan yang dieksplorasi filsafat perenial, sedangkan inti pengamalannya terhadap sesama manusia terdapat sebuah etika universal.

Tugas-tugas kuliah saya berikutnya memang mengenai etika. Karena itu pada hari ini saya hanya membatasi kesamaan struktural wawasan agama-agama tradisional tentang alam dan manusia.

Struktur realitas menurut semua agama tradisional


Misalnya Kabbalah dalam agama Yahudi melihat realitas terdiri 4 lapis alam yang mereka sebut sebagai Arba'ah Olamot yaitu Atzilut (dunia pancaran), Beriah (alam ciptaan), Yetzirah (alam bentukan), dan Asiyah (alam tindakan). Keempat alam itu adalah limpahan dari Yang Mutlak Tunggal yaitu Ain Soph. sumber: http://www.inner.org/worlds/arbaolam.htm

Mistisisme Kristen melihat realitas sebagai Rantai Agung Wujud. Puncaknya adalah Yang Mutlak yang mencipta dunia spiritual yang pada gilirannya mencipta dunia psikhik yang mencipta dunia fisik. Dunia fisik itu berkaitan dengan tubuh manusia, dunia psikhik berkaitan dengan jiwa, sedangkan dunia spiritual berkaitah dengan roh atau spirit manusia.

Yang Mutlak itu dalam sufisme Islam menjadi Al-Haqq atau Hahut yang berada di atas rantai empat alam yaitu alam lahut, alam malakut, alam jabarut dan alam nasut jika di urut dari atas. Hahut bersesuaian dengan ruh, lahut bersesuaian dengan qalb, malakut bersesuaian dengan 'aql, jabarut berseuaian dengan nafs dan nasut bersesuaian dengan jism http://www.abode-of-the-message.org/calendar/content/sufi-center-newsletter

         --------------------------------
         Kabbalah   Mistisisme   Sufisme
         Yahudi     Kristen      Islam  
         --------------------------------
         Ain sof    Tuhan        hahut
         Atzilut    spiritual    lahut
         Beriah     mental       malakut
         Yetzirah   astral       jabarut
         Asiyah     fisikal      nasut
         --------------------------------


Tradisi Hindu mengenal juga adanya lima loka yaitu bhuloka, svarloka, janaloka, tapaloka dan satyaloka. Namun yang paling populer adalah triloka yang terdiri dari bhuloka, antarloka dan sivaloka. Semua loka itu berada di bawah Realitas Mutlak Brahman. (Sumber: http://www.experiencefestival.com/tapoloka )

Begitu juga, Tradisi Budha mengenal adanya empat lapis kaya Svabhavakaya, Dharmakaya, Nirmanakaya, Sambhogakaya yang menyelubungi ketiadaan mutlak Sunyata. (Sumber: http://medicinebuddhasangha.org/teachings/fivefold_mahamudra.html )

Tradisi Tao juga berbicara adanya tiga alam yaitu alam rasa, alam rupa dan alam arupa yang berada di bawah Tao tak bernama. (sumber http://books.google.co.id/books?id=RTH8ecesLCYC&pg=PA69&dq=taoism+three+worlds )

         -------------------------------------
         Hinduisme  Budhisme      Taoisme 
         -------------------------------------
         Brahmaloka Sunyata       Tao
         Tapaloka   Svabhavakaya  alam arupa
         Janaloka   Dharmaloka    alam rupa
         Svarloka   Sambogakaya   alam rasa
         Bhuloka    Nirmanakaya
         --------------------------------------


Struktur manusia menurut agama-agama tradisional


Jika diperhatikan, dalam pandangan tradisional, realitas itu mempunyai susunan berjenjang dari yang paling rendah hingga yang paling tinggi. Jumlah tangga itu bisa berbeda-beda, seperti halnya terdapat perbedaan jumlah nama-nama warna dalam berbagai bahasa ubtuk warna-warna pada spektrum. Susunan berjenjang ini bukan ada pada realitas semesta saja, tetapi juga pada realitas manusia. Struktur berjenjang manusia inilah yang dikenal dalam psikologi tradisional yang diajarkan sisi esoteris agama-agama.

Dalam agama-agama ibrahim, di mana sisi esoteris dipisahkan dari sisi eksoteris, kita dapat menemukan kesejajaran struktural dalam konsep mengenai manusia

------------------------------------------------
Kabbalah       Mistisisme     Sufisme
Yahudi         Kristen        Islam
------------------------------------------------
yechidah       Spirit         Ruh
chayah                        Qalb
neshamah       Soul           'Aql
ruach                         Nafs
nefesh         Flesh          Jism
------------------------------------------------


Struktur pribadi manusia menurut Kabbalah saya peroleh dari http://mobile.askmoses.com/list.html. Struktur pribadi manusia dalam paham kristen sejajar dengan konsep trinitas. Struktur pribadi manusia dalam sufisme adalah penyusunan hirarkis atas unsur-unsur pribadi manusia, yang diidentifikasi Imam Al-Ghazali dalam Ihya ulumuddin, mengikuti struktur hirarkis yang diajukan oleh tarekat-tarekat sufi yang muncul belakangan.

Sedangkan dalam agama-agama Timur, kesejajaran itu dapat diperoleh

------------------------------------------------
Hinduisme      Budhisme       Taoisme
------------------------------------------------
mahat          cittamatra     Tao
vijnana        alayavijnana   Kuei & Shen (spirit)
manas          manas          P'o  & Hun  (animus)
arthas         manovijnana    Ming & Hsing(logos)
indriyas       vijnana        Yin  & Yang 
------------------------------------------------


Struktur hirarkis tradisional pribadi manusia ini memang menarik. Soalnya, ternyata perkembangan mazhab-mazhab psikolologi modern tampaknya mengikuti tangga-tangga yang dilukis oleh para mistikus tradisional itu, yang di Timur Tengah, Timur Dekat dan Timur Jauh.

Pada mulanya ada psikologi mazhab behaviourisme yang menekankan studi mengenai prilaku manusia secara fisik seperti yang dikembangkan oleh John Watson
http://www.whatispsychology.biz/wp-content/uploads/2012/01/john-b-watson-behaviourism.jpg di Amerika Serikat dan Ivan Pavlov http://www.cerebromente.org.br/n09/mente/pavlov2.jpg di Rusia. Kemudian muncul mazhab psikologi yang melihat psikhe sebagai struktur dinamis energi seperti yang dipelopori oleh psikoanalisis Sigmund Freud .



Lalu ada mazhab psikologi yang menekankan jiwa sebagai struktur dinamis informasi yaitu psikologi kognitif yang dipelopori oleh Jean Piaget
. Berikutnya muncul psikologi humanistik yang menekankan nilai-nilai di Amerika Serikat dipelopori oleh Abraham Maslow . Akhirnya muncul psikologi transpersonal yang menekankan kesadaran seutuhnya sebagai pusat studinya seperti yang dipelopori oleh Stanislav Grof https://www.erowid.org/culture/characters/grof_stanislav/images/grof_stanislav2_med.jpg.
--------------------------------------------- mazhab psikologi Fokus struktural --------------------------------------------- psikologi transpersonal Kesadaran psikologi humanistik Nilai-nilai psikologi kognitif Informasi psikodinamika Energi behaviorisme Materi ---------------------------------------------

Perkembangan psikologi mengikuti tahap-tahap materi, energi, informasi, nilai-nilai dan kesadaran yang kalau diperhatikan dengan seksama sejajar dengan perjenjangan aspek-aspek sistem fisik.

Reintegrasi sains dan agama sebagai basis toleransi


Sebenarnya, susunan realitas manusia yang berlapis, secara tradisional, dilihat sebagai sejajar dengan perjenjangan lapis-lapis realitas alam. Nyatanya, struktur berlapis realitas alam secara bertahap juga ditemukan kembali oleh perkembangan sains modern terutama fisika, seperti halnya lapis-lapis eksistensi manusia dalam pandangan tradisional ditemukan kembali oleh perkembangan ilmu psikologi modern.

Pada mulanya, ilmu fisika dikira hanya mempelajari sifat-sifat benda-benda seperti yang dipelajari Aristoteles. Namun setelah penemuan mekanika klasik oleh Isaac Newton, ilmu fisika menjadi ilmu tentang gerak dan interaksi antar benda-benda yang menghasilkan gejala-gejala alam yang beraneka ragam. Dalam gejala-gejala alam itu berlalu transformasi berbagai bentuk energi, namun berlaku hukum kekekalan energi menjadi fundamental seperti yang dipelajari oleh Isaac Newton untuk mekanika.

Selanjutnya, Ketika fisika mulai mempelajari gerak dan interaksi benda-benda subatomik di abad ke-20 melalui mekanika kuantum,  ahli fisika pun sebenarnya hukum-hukum alam fundamental mengikuti hukum-hukum yang lebih tinggi. Hukum-hukum yang lebih tinggi itu disebut sebagai prinsip-prinsip alam. Misalnya, semua hukum alam harus mengikuti prinsip universalitas, prinsip simetri dan juga prinsip variasi yang pada hakekatnya sama dengan prinsip optimasi.

Tampaknya perkembangan ilmu fisika tanpa disadari telah menapak tangga-tangga yang dipetakan oleh agama-agama tradisional. Namun sayangnya, hingga sekarang paradigma sains yang dominan adalah paradigma monisme materialistik, di mana realitas adalah kumpulan partikel-partikel materi yang bergerak dan berinteraksi satu sama lainnya. Dalam paradigma ini substansi fundamental adalah materi, energi hanyalah merupakan aspek dari materi.

Namun, di akhir abad ke duapuluh kita lebih arif, karena mengetahui bahwa manusia bisa mengendalikan struktur-struktur materi dan enegi dalam bentuk komputer melalui perangkat lunak yang fungsinya di atur untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu, misalnya komputasi, pengolahan kata dan pengolahan gambar. 


Angka-angka, tulisan dan gambar tentunya bukanlah ranah materi atau pun energi. Seperti halnya program yang membuatnya, dia berada dalam ranah informasi. Sedangkan tujuan-tujuan sebuah program berada di luar ranah informasi dia berada dalam ranah nilai-nilai sang pemrogram atau pemakai program
itu.

Oleh karena itu, tampaknya, keempat alam yang diyakini eksistensinya oleh agama-agama tradisional itu mendapatkan dukungannya dalam model komputer. Materi, energi, informasi dan nilai-nilai itu adalah nama-nama kontemporer untuk keempat alam dalam wawasan agama tradisional. 


Analogi alam semesta dengan komputer akan memungkinkan kita mengidentifikasi benda-benda sebagai perangkat keras alam semesta. Gejala-gejala alam yang selalu melibatkan transformasi energi sebagai proses komputasi. Hukum-hukum alam yang dipenuhi gejala-gejala alam tersebut sebagai program komputasi semesta. Sedangkan nilai-nilai alam semesta berada dalam pikiran sang pemrogram komputer semesta.

Tampaknya Kita dapat membuat tabel realitas secara integral sebagai berikut

----------------------------------------------------
Kategori       Komputer         Alam Semesta
----------------------------------------------------
Sumber         pemrogram        Yang Maha Pencipta
Nilai-nilai    tujuan           Prinsip-prinsip alam
Informasi      program          Hukum-hukum alam
Energi         proses           Gejala-gejala alam
Materi         prosesor         Benda-benda   
-----------------------------------------------------


yang dapat kita sejajarkan dengan matriks struktur realitas menurut agama-agama tradisional yang kita paparkan di atas.

Tampaknya, dengan menyadari kesejajaran hirarki kategori-kategori realitas yang ditemukan sains dengan kategori-kategori komputasi sebuah komputer, maka kita akan dapat menyadari pula akan kesejajaran hirarki tersebut dengan hirarki realitas menurut agama-agama tradisional. 

Dengan demikian kita tidak hanya membenarkan pandangan tentang alam menurut agam kita sendiri, tetapi juga pandangan-pandangan seperti yang dianut oleh agama-agama lain. Yang penting, kesadaran ini tidak hanya memdorong toleransi antar agama, tetapi juga toleransi sains terhadap pandangan-pandangan agama tanpa merendahkan mereka sebagai pandangan subyektif belaka.

Mudah-mudahan dengan kuliah ini saya dapat melepaskan mahasiswa-mahasiswa dari arogansi materialisme keilmuan yang memenjara mereka, sehingga mereka dengan mudah menjadi terjerat oleh konsumptivisme materialistis yang tanpa disadari menjadi agama industrial yang dijajakan oleh media massa secara global melalui tayangan-tayangan mereka. 


Mudah-mudahan pula, dengan demikian, mereka mau kembali menghayati agama-agama tradisional mereka secara terintegrasi dengan pandangan keilmuan mereka. Semoga memang demikianlah adanya.

Monday, December 29, 2014

Dasar Filosofis Psikologi Transpersonal

DASAR FILOSOFIS
PSIKOLOGI TRANSPERSONAL

Armahedi Mahzar (c) 2009

Nanti sore saya akan memberi Kuliah ke lima Psikologi Transpersonal  yang mencari tentang landasan filosofis ilmiah bagi psikologi transpersonal. Berikut ini adalah penyempurnaan catatan pasca kuliah saya tahun lalu. Dalam tradisi-tradisi mistik, pengalaman spiritual dikaitkan dengan adanya alam gaib yang berada di luar alam sesmesta. Secara empiris alam gaib itu belum pernah dibuktikan ke keberadaannya.

Oleh sebab itu untuk menerangkan adanya pengalaman-pengalaman psikologis yang dialami para santo, wali, sidhi, shaman dan para bijaksanawan dari berbagai bangsa, dan juga dialami oleh para pemakai obat-obatan psikoaktif serta pelaksana teknik pernafasan holotropik, yang dikembangkan oleh Stanislaf
http://www.buscadorerrante.com/wp-img/grof.jpgdan istrinya Christina Grof , diperlukan sebuah filsafat ilmiah yang tidak menyepelekan dan mereduksi pengalaman-pengalaman itu sebagai gejala penyakit jiwa. Filsafat baru itu bersumber pada penemuan-penemuan sains mutakhir.

Satu cara untuk menyusun filsafat baru itu adalah dengan menolak asumsi-asumsi filosofis sains modern tanpa membuang teori-teori sains yang telah dibuktikan secara empiris. Misalnya kita dapat mengambil posisi empirisme radikal yang telah dikembangkan oleh William James, salah seorang pelopor psikologi transpersonal di awal abad 20.

Empirisme radikal menerima pengalaman batin yang subyektif sebagai pelengkap bagi pengalaman indrawi yang menjadi landasan empirisme positivistik. Empirisme radikal ini adalah salah satu pilar dari filsafat ilmiah yang ingin dikembangkan. Radikalisme empiris adalah landasan epistemologi holistik. Pilar-pilar lain adalah ontologi dan aksiologi holistik.

 

Filsafat Holisme Evolusioner

Ontologi holistik menerima dimensi imaterial sebagai aspek pelengkap bagi dimensi material realitas. Materi itu bukanlah substansi realitas. Substansi sebenarnya adalah proses. Materi-energi adalah aspek energetik dari realitas proses dan Pikiran-kesadaran adalah aspek informatiknya. Yang informatik dan yang energetik tak bisa dipisahkan satu sama lainnya saling melengkapi dalam aktualisasi dari proses yang real.

Dalam metafor yang modern keduanya mirip dengan software dan hardware sebuah komputer. Dalam bahasa tradisional realitas lebih merupakan sebuah pasangan Yin dan Yang dalam pemahaman Taoisme, atau merupakan pasangan Purusha dan Prakitri dalam pemahaman Hinduisme. Dalam sufisme Islam sifat-sifat Allah, yang Jalal dan yang Jamal, mewujud dalam kreasiNya dalam bentuk keseimbangan manifestasi SifatNya yang Kamal.

Realitas proses yang dimaksud adalah proses semesta yang evolusioner. Evolusi biologis, sejarah peradaban dan perkembangan psikologis tak lain dari aktualisasi dari proses evolusi semesta. Proses evolusi semesta berasal dari fluktuasi kehampaan kuantum yang pada dasarnya adalah lautan energi tak berhingga.

Di permukaan samudra energi terdapat riak-riak kreasi dan anihilasi  partikel-partikel fundamental quark/antiquark dan lepton/antilepton. Entah kenapa terjadi sebuah perusakan simetri: partikel lebih banyak dari antipartikel. Maka ketika semua antipartikel menganihilasi diri dan partikel pasangannya, maka tersisalah sejumlah partikel yang kemudian meledak menjadi dentuman besar penciptaan alam semesta yang kita huni.

Serangkaian perusakan simetri menghasilkan keanekaragaman penghuni jagatraya ini dari galaksi yang sangat besar hingga amuba yang sangat kecil dan kita manusia yang berukuran sedang-sedang saja. Rangkaian perusakan simetri yang baru lewat kita kenal sekarang sebagai evolusi biologis. Yang lebih baru adalah evolusi sosioteknologis yang kita kenal sebagai sejarah peradaban.

Di tengah evolusi sosioteknologis sebenarnya terjadi sebuah evolusi psikospiritual yang kita kenal sebagai tumbuh-kembang individu manusia. 

Tapi sayangnya evolusi psikospiritual itu dipotong oleh sains modern bernama psikologi dengan membuang perkembangan spiritual dari tumbuh kembang manusia. Sebenarnya hal ini dapat dimengerti karena sains modern telah membuang Tuhan serta semua yang supernatural.

Akan tetapi rangkaian perusakan simetri yang dianggap sebagai rangkaian kebetulan tanpa sebab-musabab tak dapat dijelaskan oleh sains modern. Lainnya yang tak bisa diterangkan sains modern adalah kenyataan bahwa adanya rangkaian perusakan simetri itu menghasilkan proses evolusi dengan produk-produk yang semakin terpadu, mandiri, otonom, dan semakin sadar diri.

Satu penjelasan yang filosofis posmodern adalah melihat alam semesta sebagai sarana dari kesadaran semesta untuk menyadari dirinya sendiri. Misalnya dentuman besar sebagai perusakan simetri pertama tak kan diketahui jika tak ada astronomi yang menggunakan instrumen instrumen non-optik yang berdasarkan penemuan penemuan fisika sebagai pelopor sains modern.

Memang fisika yang mekanistik itu filsafat yang mendasarinya selama ini telah menjadi model bagi sains-sains modern lainnya, baik secara epistemologis maupun secara ontologis dan aksiologis. Misalnya, secara epistemologis sains modern membuang intuisi dan perasaan sebagai sumber-sumber pengetahuan yang obyektif dan menyisakan indra sebagai sumber pengetahuan dan akal sebagai penata pengetahuan indrawi melalui teori-teorinya.

Selanjutnya, secara ontologis, mereka membuang Tuhan yang tak bisa diindrai serta makhluk-makhluk gaib lainnya. Jika toh ada manusia yang merasa menjumpai yang gaib itu, maka hal itu dianggap halusinasi yang subyektif belaka. Secara aksiologis sains modern menganggap dirinya bebas nilai sehingga psikologi dan ilmu-ilmu sosial lainnya dianggap bebas nilai.

 

Pengaruh Informatika Sibernetik

Namun belakangan, muncul sebuah cabang sains baru yang disebut informatika yang bukan mempelajari mekanisme, tetapi algoritma yang merupakan struktur dalam dari program-program komputer yang, berkat kemajuan fisika, bertambah lama bertambah canggih. Berbeda dengan mekanisme yang membicarakan masalah sebab akibat, algoritma membicarakan tujuan cara. Oleh sebab itu, dunia ilmu-ilmu sosial kemudian yang membicarakan dan masyarakat yang pada dasarnya bergerak berdasarkan cara dan tujuan mulai melirik dunia komputer sebagai model.

Belakangan, biologi pun harus melirik dunia informatik setelah menemukan bahwa DNA sebagai molekul fundamental kehidupan ternyata berisi informasi dan program di dalam semua makhluk hidup di muka bumi. Bahkan penelitian di Rusia menunjukkan bahwa DNA itu adalah sebuah nanokomputer biologis produk evolusi prabiologis. Bahkan, seorang fisikawan Stephen Wolfram
  membuat sebuah hipotesa bahwa alam semesta dan semua bagian-bagiannya, kecil dan besar adalah komputer raksasa yang terdiri dari komputer-komputer kecil

Melihat semua itu, banyak psikolog yang kemudian membebaskan dirinya dari pukauan sains modern yang mekanistik dan berpaling ke informatika yang algoritmik. Sementara itu, justru seorang fisikawan gardu depan yang ingin menyatukan teori gravitasi dan teori kuantum, Roger Penrose
, mempertimbangkan suatu teori yang non-algoritmik. Bahkan dia berspekulasi bahwa kesadaran sebagai fungsi otak juga bekerja secara non-algoritmik. Dengan demikian sebagian dari para psikolog kembali mengambil konsep psikhe sebagai konsep sentral bagi psikologi.

Dalam pandangan ini psikhe adalah pasangan dari soma yang merupakan dua aspek fundamental dari individu manusia. Karakterisitik psikhe adalah kesadaran baik yang aktual maupun yang potensial yang selama ini disebut sebagai ketidaksadaran. Sementara itu, filsafat holisme yang panpsikis, yang melihat bahwa segala sesuatu dari yang terkecil seperti partikel elementer hingga yang terbesar yaitu alam semesta sebagai, memiliki psikhe yang mempunyai tingkat-tingkat kesadaran yang berbeda-beda, menjadi populer kembali di abad 21.

Tingkat-tingkat kesadaran ini sesuai dengan tingkat-tingkat pengaturan diri dari bagian-bagian jagatraya itu. Pengaturan diri ini kini lebih dikenal sebagai swa-organisasi. Fritjof Capra
seorang fisikawan yang telah membebaskan dirinya dari belenggu materialisme mekanistik, misalnya, melihat evolusi semesta sebagai rangkaian pemunculan tingkat-tingkat swa-organisasi dari yang inorganik lewat yang organik menuju yang humanistik.

Bahkan para pemikir dunia cyber mutakhir telah memikirkan adanya era transhumanistik, di mana pikiran-pikiran manusia bersatu dengan program-program mesin membentuk satu kesatuan berupa kesadaran global yang akan menjadi kesadaran diri dari organisme raksasa Gaia. Dalam pandangan ini biosfera adalah naluri kehidupan bumi dan geosfera itu tak lain tak bukan adalah tubuhnya.

Sebagai konsekuensi logis, maka di masa depan tidak tertutup kemungkinan kesadaran transhuman itu berkembang dari menjadi kesadaran astrosferik, galaktosferik dan seterusnya. Kesadaran-kesadaran prahuman dan transhuman itu tersembunyi sebagai ketaksadaran kolektif transpersonal yang teraktualisasi secara parsial dalam pengalaman-pengalaman yang disebut Stanislav Grof
http://www.buscadorerrante.com/wp-img/grof.jpg  sebagai pengalaman holotropik.

 

Pandangan Integralisme Transendental

Begitulah dalam dalam kuliah psikologi transpersonal ini, kita tidak mengambil pandangan dua dzat yang tradisional pramodernis, ataupun pandangan saintisme modernis tentang satu dzat materialistik, maupun pandangan holistik posmodernis satu dzat dengan banyak sifat. Dua sifat dasar di antaranya adalah : kesadaran dan kekuatan. Dalam kuliah ini, karena kita menganut Pancasila, kita melihat pandangan holistik ini masih parsial karena meninggalkan yang transenden yaitu Tuhan Yang Maha Esa.

Karena itu, kita akan mengambil sudut pandang integralis yang melihat kesadaran dan kekuatan sebagai imanensi sifat-sifat Kemahamengetahuan dan Kemahakuasaan Tuhan Yang Maha Esa yang menciptakan alam semesta dan pada suatu waktu akan menghancurkannya. Dengan demikian, pengalaman-pengalaman transpersonal atau pengalaman holotropik itu tak lain dari aktualisasi kesadaran alam semesta yang selama ini berfungsi sebagai ketidaksadaran kolektif dalam diri manusia dan lingkungannya.

Dengan pandangan seperti ini, diharapkan kita memiliki sebuah sudut pandang ilmiah yang tidak merendahkan pengalaman-pengalaman subyektif para shaman, santo, sufi, sidhi dan mistikus pada umumnya. karena kita mengakui bahwa sains bukanlah pengetahuan obyektif yang mutlak, melainkan sebuah pengetahuan intersubyektif nisbi yang berkembang semakin lama semakin mendekati kebenaran obyektif dan interobyektif.

Dalam pandangan ini, dualisme spirit materi dilihat sebagai nondualisme hirarkis kesadaran di mana puncaknya adalah spirit, atau kepuncaksadaran, dan dasarnya adalah materi atau ketidaksadaran. Diantaranya ada nilai-nilai yang dilihat sebagai keatassadaran, informasi sebagai elemen kesadaran diri dan energi sebagai kebawahsadaran yang terletak di atas materi atau ketidaksadarian. Inilah jenjang internal kesadaran.

Sementara itu diri dalam kesadaran diri itu berjenjang secara eksternal dari kesadaran diri, kesadaran kelompok, kesadaran bangsa, kesadaran peradaban,

kesadaran-kesadaran kebumian, kebintangan, kegalaksian hingga kesemestaan alam terus ke kesadaran supraalam berakhir keMahaSadaran sang MahaPencipta itu sendiri. Dengan demikian realitas kesadaran mempunyai dua perjenjangan: yang internal dan yang eksternal.

Dalam pandangan ini, kesadaran-kesadaran transpersonal seorang individu tak lain dari pengalaman-pengalaman perjalanan kesadaran diri ketika dia meningkatkan kedalaman dan memperluas cakrawala kesadaran dirinya secara individual. Diharapkan tentunya kesadaran diri yang tercerahkan ini juga dapat membuat peradaban manusia yang dibentuk berdasarakan jalinan bagian terkecilnya, yaitu manusia secara individual, menjadi ikut tercerahkan.

Namun perlu diketahui bahwa realitas itu multidimensional. Kesadaran hanya lah manifestasi KeMahaTahuan Sang Pencipta. Sementara KeMahaPerkasaan Ilahi mewujud dalam dimensi material fisik alam semesta yang dipelajari oleh fisika dan ilmu-ilmu kealaman lainnya. Pengembangan ilmu-ilmu kealaman ini memberikan kemungkinan untuk memajukan teknologi yang memanfaatkan perluasan pengetahuan empiris manusia tentang alam semesta.

Bersamaan dengan itu tertumpuk pula tanggung-jawab yang semakin besar untuk mewujudkan keseimbangan yang lebih halus di alam semesta ini. Itulah sebabnya pengembangan psiko-spiritual semakin dibutuhkan di masa depan. Jika tidak kemungkinan besar kita akan hidup dalam sebuah planet yang ramah terhadap mesin bukannya ramah terhadap manusia. Di tangan manusia nasib bumi ini. Di hati manusia arah langkah perjalanan bumi ini. Semoga ke arah yang benar, baik dan indah menuju keharibaanNya.

Thursday, December 11, 2014

Satunya Logika

Satunya Logika:
Dasarnya 1 Jua
Armahedi Mahzar (c) 2014

Bagi saya, orang fisika, kesederhanaan adalah sebuah keindahan. Misalnya, ketika kita ingin melukiskan gerak semua benda, di bumi atau pun di langit, kita cukup menggunakan tiga hukum Newton saja + satu hukum gravitasi. Bagi saya ini sama indahnya dengan kenyataan bahwa untuk menerangkan begitu banyak fakta geometris, kita hanya butuh enam aksioma saja. Keindahan geometri ini saya dapatkan ketika di SMP masih diajarkan aksiomatika ilmu ukur sebagai mata pelajaran.

Di abad ke 19 ketika George Boole akhirnya merumuskan logika sebagai sebuah aljabar berdasarkan sebuah aritmetika yang sangat sederhana yang hanya berbasis dua bilangan yaitu 0 dan 1. Dengan formulasi baru ini silogisme dalam logika verbal Aristoteles http://t2.gstatic.com/images?q=tbn:ANd9GcRcYxL1wBFgJEfDoBC4beODM0H6cw0HYiCIgc-L24-NM568_Zst  menjadi sekedar sebuah hal khusus. Namun saya masih bertanya-tanya: berapa aksioma aljabar logika.

Persoalannya, apakah yang menjadi hukum dasar logika dan berapakah jumlahnya? Hukum dasar dalam matematika disebut aksioma. Misalnya geometri Euklides dibangun atas dasar enam buah aksioma. Itulah sebabnya di masa mahasiswa, ketika mengetahui bahwa kalkulus proposisi Whitehead-Russell, dalam bukunya Principia Mathematica, dibangun di atas lima aksioma dan satu kaidah inferensi, saya jadi terkagum-kagum. Akan tetapi, ternyata kekaguman itu belumlah apa-apa. Dia hanyalah langkah awal dalam perjalanan menuju kekaguman tertinggi nanti di masa purnabakti.

Ketika saya jadi dosen di tahun 70an abad lalu, di perpustakaan British Council Bandung menemukan sebuah buku berjudul "Laws of Form", karangan George Spencer Brown
, yang dipuji oleh Russell sebagai penemuan terbesar di bidang matematika saya pun sangat tertarik. Tetapi kemudian sangat kecewa, karena tidak bisa memahami rumus-rumus aneh yang tercantum dalam buku itu. Sayangnya, kemudian buku itu hilang dari rak buku perpustakaan sehingga tak pernah bisa saya baca lagi.

Untunglah, ketika saya bisa terhubung ke internet pada tahun 2000, ketika saya pensiun, saya menemukan buku elektronik berjudul sama "Laws of Form" karangan Louis Kauffman http://uni-phi.org/images/kauffman.jpg . Dari buku itu, saya tahu bahwa rumus-rumus aneh dalam buku kertas tahun 70-an sebenarnya adalah rumus-rumus aljabar logika Boole dalam notasi inkonvensional.

Yang paling menggembirakan saya adalah kenyataan bahwa Spencer-Brown berhasil memangkas jumlah aksioma Russel-Whitehead menjadi cukup dua. Bagi saya, ini berarti logika secara matematika, lebih indah daripada geometri. Inilah yang mengagumkan saya. Aljabar Boole ternyata hanya bersandar pada sepasang aksioma. Di akhir tulisan ini akan saya tunjukkan bahwa dasar aksioma aljabar logika bukanlah dua, tetapi satu yaitu 1. Silahkan ikuti perjalanan saya menuju kebenaran itu.


1. Kesatuan aksiomatik logika

Ketika saya menemukan bahwa ada fondasi ganda ruang logika saya pun bertanya: apakah hanya sampai ke situ keindahan logika? Puji Allah, logika ternyata jauh lebih indah. Soalnya, saya temukan kemudian, Louis Kauffman berhasil memotong jumlah aksioma aljabar logika: hanya butuh sebuah aksioma tunggal. Namun sayangnya, aksioma itu ketika saya baca pertama sangatlah tidak intuitif. Syukurlah dalam bukunya, Kauffman menyatakan bahwa rumus-rumus Brown yang aneh itu dapat dibaca dengan dua kerangka makna yang berbeda: yang disjungtif dan yang konjungtif.

Dalam kerangka makna disjunktif, seperti yang dianut Spencer-Brown, penjajaran dua huruf, yang melambangkan dua pernyataan, dianggap sebagai penggabungan keduanya melalui ATAU. Dalam kerangka konjungtif, seperti yang di anut Charles Sanders Peirce  , penjajaran itu dibaca sebagai penggabungan kedua pernyataan melalui DAN. Dalam penggabungan disjungtif, KOSONG dibaca sebagai simbol bagi SALAH, sedangkan pada penggabungan konjungtif, KOSONG adalah lambang dari BENAR.

Ketika saya membaca aksioma tunggal Kauffman secara konjungtif, maka saya segera melihat bahwa sang aksioma tunggal itu sebenarnya tak lain tak bukan dari pada pernyataan matematis dari sebuah prinsip kuno, pra-Aristoteles, Contradictio ad Absurdum. Prinsip itu menyatakan bahwa sebuah pernyataan benar jika dan hanya jika penyangkalannya kontradiktif. Ini sangat intuitif, karena prinsip itu berarti: A ITU BENAR JIKA DAN HANYA JIKA TIDAK A ITU TIDAK BENAR.

Bisa dibayangkan betapa bahagianya saya, ketika menemukan bahwa aljabar logika Boole yang modern itu ternyata landasannya tak lain tak bukan adalah sebuah prinsip Logika kuno yang sudah dikenal jauh sebelum Aristoteles menyusun ilmu logika. Kenyataan ini menunjukkan bahwa dasar logika itu hanya satu dan yang satu ini ternyata sangat intuitif. Bagi saya inilah kesederhanaan ultima yang menunjukkan keindahan ultima dari logika.

2. Kesatuan silogistik

Namun, kebahagiaan saya itu tercemar karena saya tak sanggup menurunkan silogisme Aristoteles dari aljabar Boole. Penjelasan Boole di bukunya yang terkenal itu "Laws of Thought" mengenai cara membuktikan silogisme Aristoteles benar- benar diluar kemampuan pemahaman saya karena begitu kompleksnya. Namun, dalam apendiks buku "Laws of Form" Spencer Brown memaparkan pembuktian keabsahan satu silogisme Aristoteles yaitu Barbara dari aljabar dengan menggunakan notasi anehnya tersebut.

Spencer-Brown bahkan menyatakan bahwa keseluruhan 24 ragam silogisme absah bisa dibuktikan dengan cara yang sama. Saya tidak tahu, apa saja ke 24 ragam silogisme itu. Untungnya, saya akhirkan menemukannya dalam artikel Wikipedia tentang silogisme. Bertahun-tahun saya gagal mencoba untuk membuktikan pernyataan Brown itu. Untuk itu, untunglah, saya ditolong oleh notasi piktorial Kauffman yang melambangkan operasi TIDAK dengan pengurungan dalam suatu KOTAK.

Untuk memudahkan visualisasi. saya mengganti huruf-huruf dalam aljabar Kotak Kauffman dengan bola-bola warna-warni. Aljabar piktorial yang baru itu saya sebut sebagai Logika obyek. Alhamdulillah, dengan membaca aljabar kotak Kauffman sebagai permainan hapus-hapusan gambar, akhirnya saya bisa membuktikan keabsahan ke 24 silogisme Aristoteles-Leibniz itu.

Bahkan pada ujungnya, saya bisa membuktikan ke 24 silogisme absah itu ekivalen satu sama lainnya. Kenyataan yang saya sebut sebagai kesatuan silogistik ini membuat hati saya lebih bahagia lagi. Soalnya, saya menemukan apa yang belum pernah diungkap oleh orang lain sepanjang pencarian saya di Internet lewat mesin pencari Google. Penemuan saya itu saya laporkan dalam rangkaian blog yang kemudian saya satukan dalam sebuah bukel: Syllogistic Unity.

3. Kesatuan Tautologis Kebenaran

Akan tetapi, kegembiraan itu tidaklah berlangsung lama, ketika kemudian menyadari bahwa hal itu trivial, karena jika sebuah silogisme absah berarti dia ekivalen dengan 1 atau BENAR. Karena semuanya sama dengan satu harga, maka dengan sendirinya semua silogisme absah itu ekivalen satu sama lainnya. Namun, penemuan ini justru menunjukkan bahwa semua identitas logika atau tautologi Boole sebenarnya juga ekivalen satu sama lainnya. Soalnya setiap silogisme yang absah sebenarnya hanyalah sebuah tautologi.

Penemuan kesatuan tautologis yang lebih besar ini, sebenarnya, sangat mengejutkan saya. Soalnya, setiap sistem aksiomatik aljabar logika adalah lengkap karena bisa membuktikan semua tautologi atau kebenaran logis yang ada. Hebatnya, semua tautologi logika itu, nyatanya, bisa diturunkan dari aksioma dengan hanya menggunakan kaidah-kaidah substitusi aljabar. Artinya kesatuan tautologis kebenaran-kebenaran logika itu bersifat aljabaris atau matematis.

Kesatuan tautologis ini menunjukkan bahwa keabsahan silogisme itu sebagai sebuah tautologi, sebenarnya bisa diturunkan dari Principia ad Absurdum juga. Inilah pembuktian itu: sebuah silogisme benar, jika dan hanya jika penyangkalannya salah.

Penyangkalan sebuah silogisme disebut Christine Ladd-Franklin http://farm2.static.flickr.com/1172/4724347085_9af1175639.jpg ,   mahasiswanya Peirce yang kemudian jadi Doktor wanita pertama Amerika Serikat di bidang ilmu kealaman, sebagai antilogisme. Jadi silogisme absah sama saja dengan antilogismenya salah. Artinya memang silogisme absah bisa diturunkan dari aksioma tunggal Kauffman: Contradictio ad Absurdum. Fakta ini menggembirakan hati saya.

4.Dasar kesatuan: 1

Namun, berawal dari rujukan Kauffman, akhirnya saya menemukan bahwa Charles Sanders Peirce sebenarnya telah membangun sistem logika, yaitu sistem graf eksistensial, dengan hanya satu aksioma juga, tetapi aksiomanya jauh lebih sederhana dari prinsip Contradictio ad Absurdum yang rumusnya a JIKA DAN HANYA JIKA(JIKA TIDAK a MAKA b) DAN (JIKA TIDAK a MAKA TIDAK b). Aksiomanya hanyalah 1 atau BENAR yang dilambangkan dengan KOSONG dalam sistem graf eksistensial. Principia Contradictio ad Absurdum atau aksioma tunggal Kauffman hanyalah sebuah teorema dalam sistem aksioma Graf Eksistensial Peirce
Peirce membuktikan ini dengan 5 kaidah inferensi yang mungkin sulit untuk diingat. Saya akan membuktikannya secara matematis dengan notasinya Boole TIDAK(x)=1-x, x DAN y = x-1+y dan JIKA x MAKA y = x->y = 1-x+y sebagai berikut

1 = (1-a) -1 +(1+a)                                                     {karena 1-1=0 dan a-a=0}
= (1-a-a + a)-1+(1-a + a+a)                                       {karena a-a=0}
= (a+a->a) DAN (a+a->a)                                         {karena definisi x->y dan x DAN y}
= (a+a = a)                                                                 {karena definisi x=y}
= ((a+b)-1+(a+1-b) = a)                                            {karena 1-1=0 dan b-b=0}
= ((1-(1-a)+ b)-1+(1-(1-a)+1-b) = a)                        {karena -(-a)=+a dan 1-1=0}
= ((TIDAK(a)->b)DAN(TIDAK(a)->TIDAK(b)) = a) {karena definisi x->y dan TIDAK(x)}
= (JIKA TIDAK(a) MAKA b) DAN (JIKA TIDAK(a) MAKA TIDAK(b)) = a {penjabaran -> dalam kata-kata}

Karena BENAR adalah 1, maka aksioma tunggal Kauffman (JIKA TIDAK(a) MAKA b) DAN (JIKA TIDAK(a) MAKA TIDAK(b)) = a yang dirumuskan dalam Aljabar KOTAK Kauffman sebagai sebagai [[a]b][[a][b]]=a adalah BENAR.

Kesimpulan:

Kalau geometri Euklides memerlukan 6 aksioma, ternyata aljabar Boole hanya memerluka satu aksioma saja dan aksioma tunggal itu adalah 1 seperti telah dibuktikan di atas. Kalau dulu, sewaktu jadi siswa SMP, saya mengagumi keindahan geometri Euklides yang mendeskripsikan ruang fisik yang dihuni alam semesta ini dengan basis 6 aksioma, maka kini, di masa pensiun, saya dihadapkan fakta luar biasa tentang kemahaindahan ruang mental yang dihuni alam cita dengan 1 aksioma yaitu 1. Ini sebuah kebahagiaan saya yang belum ada taranya. Karena alam semesta berasal dari SATU MUTLAK sesuai dengan TAUHID, ternyata alam cita asalnya juga satu nisbi. Satu nisbi hanyalah bayangan dari SATU MUTLAK. Allahu Akbar.  AlhamdulillahirRabil 'alamin.