Saturday, June 06, 2015

Penggantian nama Koesno Sosrodihardjo

Penggantian Nama
Koesno Sosrodihardjo
Jadi
Soekarno

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiECDi9vmSuTOcz4OhYE3si5bEHAbf7cTJBfLcLc3YXynV3ynGH8Wgjjxp7GMxTNZcHSPCGwx81BIRcv66CghD_2B_80GpTiYHCmcarRkFMLrJ7tthjxpv4Cg7O37tWHFXDwsiM/s1600/Gambar+Soekarno+sedang+Pidato.png



Suharto, Sukarno, Suwarto, Suharno, Suwanto, Suwandi, Subekti, Sumarni, Suwarti, Suminem, Suminten, dan nama-nama yang berawalan Su atau Soe hingga pada tahun 70an masih banyak disandang oleh masyarakat Jawa. Kata ‘su’ dalam Bahasa Jawa mempunyai arti baik atau indah. Misalnya Suharto artinya harta atau uang yang baik, dalam arti diperoleh secara baik dan benar. Suwarto dan Suwarti untuk anak putri, artinya kabar baik atau kabar indah. Boleh jadi orangtuanya memberi nama tersebut sebagai rasa syukur atas kelahiran anaknya yang amat diharapkan. Atau mungkin kelak anaknya selalu berkata-kata benar dan tidak suka ngrasani ( membicarakan keburukan ) sesama.

Hingga kini nama-nama tersebut masih ada yang menggunakan terutama di pedesaan, sekalipun tidak sebanyak pada tahun 70an. Di antara nama tersebut di atas yang sudah jarang yang menyandang sekalipun orangtua, adalah nama Sukarno. Bahkan nama teman sekolah dan bermain penulis sendiri yang bernama Sukarno hanya seorang. Keengganan orangtua pada saat itu untuk memberi nama Sukarno karena begitu menghargai dan menghormati Bung Karno sebagai proklamator dan presiden pertama negeri ini.

Ada dua nama lain yang berkaitan dengan kata Karno atau Karna yang begitu melekat di hati masyarakat Jawa seperti yang ditulis dalam tembang macapat dalam Serat Wedhatama yang ditulis oleh Mangkunegara IV, yakni: Adipati Karno atau Basukarno dan Kumbokarno.

Basukarno artinya dilahirkan dari telinga ( Dewi Kunthi ) yang mengandung dari Bethara Surya. Sedang Kumbokarno artinya bertelinga atau mempunyai telinga seperti kendi. Mungkin yang dimaksudkan di sini adalah Kumbokarno tetap mau mendengarkan ( dengan sejuk seperti air kendi ) keluhan Rahwana yang berharap adiknya mau membela Alengka dari serbuan wadyabala Anoman.

Seperti diterangkan di atas, Sukarno berasal dari dua kata ‘su dan karno’ Su artinya baik atau indah. Karno artinya telinga. Jadi arti Sukarno adalah telinga yang indah. Mengapa Bung Karno yang pada masa kecil bernama Koesno Sosrodihardjo lalu berganti nama Sukarno? Siapa yang memberi nama tersebut? Keluarganya atau teman-temannya dan alasannya apa?

Tahun 1978, setelah diskusi tentang cerpen Langit Makin Mendung, kami para seniman yang masih kencur membicarakan tentang nama tersebut dan menghasilkan sebuah kesimpulan yang cukup menarik.

Pertama, Sukarno adalah nama panggilan yang disandangkan oleh keluarganya sesuai dengan keadaan fisik Bung Karno yang hanya diketahui oleh keluarganya. Orang lain mungkin tahu namun tidak memperhatikan dengan seksama atau tidak peduli.

Jika kita memperhatikan foto-foto Bung Karno saat menjadi presiden selalu close up menoleh ke kiri atau kanan. Memang pada saat itu foto close up dengan gaya seperti ini sedang menjadi mode. Tetapi ada alasan lain, konon telinga Bung Karno ukuran atau lekukannya antara kiri dan kanan berbeda. Sehingga jika dipotret lurus kurang bagus penampilannya. Maka sebagai ‘wadalan’ namun bukan penghinaan Beliau dipanggil dengan nama Sukarno.

Ke dua, Sukarno adalah nama panggilan yang diberikan oleh orang lain di luar keluarganya. Gurunya, pembimbingnya, teman kuliah, teman perjuangan, atau mereka yang dekat dengan Beliau. Nama ini diberikan sebagai penghormatan karena Beliau senantiasa mau mendengarkan apa yang diajarkan, disarankan, bahkan segala keluhan saat berjuang semasa sebelum kemerdekaan dan saat menjadi presiden. Hingga mendapat sebutan pula sebagai ‘penyambung lidah rakyat’ karena mau mendengarkan atau mempunyai telinga yang baik bagi keluhan bangsanya.

Sebentar lagi peringatan 60 tahun Konferensi Asia Afrika akan dilaksanakan. Apakah nama Sukarno kembali dikenang sebagai salah satu tokoh dunia yang berjuang menciptakan perdamaian dengan menentang segala hegemoni kekuatan dan mendirikan Gerakan Non Blok, atau perayaan ini sekedar seremonial bahwa negeri kita ingin tetap diakui dunia?

Sukarno, sang proklamator dan presiden pertama negeri ini memang salah satu tokoh fenomenal dan kontroversial dengan segala kelebihan dan kekurangannya yang tak boleh dilupakan oleh bangsa ini.

sumber



Dimana Bung Karno dilahirkan?


Sumber Belanda: Tempat Lahir Soekarno Kontroversi Lama 
Koesno Sosrodihardjo


Di manakah Sang Proklamator, Presiden RI Pertama Soekarno, dilahirkan sebenarnya sudah menjadi kontroversi sejak lama.

Dalam resensi atas terbitnya autobiografi Sukarno: An Autobiography (As Told to Cindy Adams) yang dalam versi Bahasa Indonesia menjadi Bung Karno Penjambung Lidah Rakjat Indonesia, Paul van 't Veer sudah menyoroti kesimpangsiuran tempat di mana Soekarno lahir.

Menurut Van 't Veer, juga seorang penulis biografi Soekarno: Kopstukken uit de Twintigste Eeuw (Soekarno: Tokoh Abad Ke-20), kesimpangsiuran tersebut ditemukan dalam biografi-biografi resmi Indonesia mengenai Soekarno.

"Over de jeugd van Soekarno was tot nog toe weinig bekend. Officiële Indonesische biografieën bevatten volstrekt tegenstrijdige gegevens over zijn geboorteplaats, zijn schooltijd, en zijn vader. Hij zelf vertelt nu dat hij op 6 juni 1901 te Soerabaja geboren is (voordien werd vaak vermeld: Blitar) als zoon van een dorpsonderwijzer die Soekemi Sosrodihardjo heette en de adellijke titel van raden ('jonkheer') voerde."

Mengenai masa belia Soekarno hingga saat ini kurang diketahui. Biografi-biografi resmi Indonesia mengandung data yang sepenuhnya saling bertentangan mengenai tempat lahir, masa sekolah, dan ayahnya. Dia sendiri sekarang menceritakan bahwa dia lahir di Surabaya pada 6 Juni 1901 (sebelumnya sering ditulis: Blitar) sebagai anak seorang guru desa bernama Soekemi Sosrodihardjo dan menyandang gelar bangsawan Raden (red)," (Sumber: Het Vrije Volk, Sabtu 4 Desember 1965).

Dalam laman situsweb Tropenmuseum juga bisa ditemukan data yang menyebutkan bahwa Soekarno dilahirkan di Blitar.

Soekarno (ook wel gespeld als Sukarno), geboren als Kusno Sosrodihardjo, Blitar, 6 juni 1901 – Jakarta, 21 juni 1970) was de eerste president van de Republiek Indonesië... Soekarno (juga dieja sebagai Sukarno) lahir dengan nama Kusno Sosrodihardjo, Blitar, 6 Juni 1901 - Jakarta, 21 Juni 1970) adalah presiden pertama Republik Indonesia...(red)" (Sumber: tropenmuseum.nl).

Dalam berita harian De Tijd "Soeharto Niet Bij Begrafenis Soekarno (Soeharto Tidak Hadiri Pemakaman Soekarno)" yang mewartakan saat Vader van Indonesie (Bapak Indonesia) itu wafat dan Soeharto tidak menghadiri pemakaman Sang Proklamator, juga bisa ditemukan tautan Blitar sebagai kota kelahirannya.
De voormalige president Soekarno "Vader van Indonesië"... is ten grave gedragen vlakbij de stoffige provinciestad Blitar in Oost-Java waar hij bijna 69 jaar geleden werd geboren (Mantan presiden Soekarno "Bapak Indonesia"... dimakamkan dekat kota provinsi Blitar yang berdebu di Jawa Timur di mana dia hampir 69 tahun lalu dilahirkan (De Tijd, Selasa 23 juni 1970).

Jadi yang benar yang mana? Surabaya atau Blitar? Blitar atau Surabaya? Bukankah sejak dulu, apalagi pada awal abad ke-20, masyarakat bangsa kita secara umum kurang tertib dengan tanggal dan tempat lahir? Hanya dihafal, disampaikan turun temurun dengan bertutur, tapi tidak dicatat atau ditulis? Tak sedikit pula tanggal dan tempat lahir dikarang baru menjelang kelulusan sekolah?

Untuk menghentikan kontroversi dan kesimpang siuran mungkin keluarga Sang Proklamator perlu menyampaikan komunike berpegang pada dokumen resmi negara atau kembali kepada sikap bijaksana masyarakat: mau semangat berselisih atau menyadari bahwa budaya administrasi kita memang dahulu begitu adanya.



sumber