Sunday, April 29, 2012

Catatan kedua umrah 2012

Catatan kedua Umrah 2012

Armahedi Mahzar (c) 2012

Umrah kami tahun ini berbeda dengan umrah sepuluh tahun yang lalu, karena pada waktu itu umrah adalah bagian dari ibadah haji dan memakai pakaian ihramnya di airport Jeddah. Kali ini, kami melakukan dua umrah. Umrah yang pertama didahului dengan wisata spiritual ke Madinah, jadi kami miqat di Bir Ali dan shalat umrah di dalam masjidnya . Umrah kedua kesokan harinya, setelah menginap di hotel di Mekkah, miqatnya di Ji'ronah yaitu sebuah kampung yang terletak 16 km dari Mekkah, Merupakan tempat miqat atau perbatasan wilayah di mana harus memakai pakaian ihram dan berniat ihram, sebagai syarat memasuki tanah suci Mekkah bagi orang asing atau tempat miqat bagi penduduk ahli Mekkah, untuk Umrah atau Haji. Ji’ronah merupakan miqat paling tinggi derajatnya dibanding miqat yang lain. Ji’ronah adalah nama seorang wanita yang mengabdikan dirinya untuk membersihkan dan menjaga mesjid tersebut.

Setelah talbiyah selama perjalanan dari tempat miqat menuju Masjidil Haram, akhirnya kami thawaf mengelilingi ka'bah selama tujuh kali lalu shalat di maqam Ibrahim dan minum air zamzam kami melakukan sya'i , mengulangi perjalanan siti Hajar yang sedang mencari air, berakhir dengan tahalul atau potong rambut tanda larangan-larangan selama umroh menjadi halal lagi.

Itu adalah dimensi spiritual yang kami alami selama beribadah umrah di Makkah al Mukaramah tahun ini. Namun, dimensi sosial tak kalah menariknya. Misalnya, tahun ini adalah tahun kiamat kata orang kafir, akan tetapi buat muslim Indonesia, menurut cerita burung, ini ada tahun terakhir menjelang ditutupnya kota mekah tahun 2013 bagi ibadah umrah karena adanya pembangunan kembali besar-besaran.

Ketika sampai di Mekah, hatiku berbunga-bunga karena melihat banyaknya jamaah umrah dari berbagai pelosok Indonesia. Bukan dari indonesia saja, dari seluruh dunia pun banyak. Sedemikian banyaknya sehingga yang thawaf begitu banyak sampai-sampai memenuhi seluruh halaman sekitar kabah seperti pada musim haji.

Selain itu, istriku pun hatinya berbunga-bunga, karena hampir semua penjaga toko mengerti tawar menawar dalam bahasa indonesia. Ini disebabkan oleh karena begitu banyaknya jemaah haji dari Indonesia sehingga mereka bisa belajar bahasa Indonesia secukupnya. Jemaah Indonesia terkenal royal dalam berbelanja.

Yang aneh bagiku adalah kelakuan segelintir jamaah umrah indonesia. Misalnya, ada yang menggunakan mukena mewah berwarna kuning bersulam-sulam selagi sa'i. Ada pula yang bermukena putih tetapi bagian bawahnya menggunakan celana panjang senam ketat berwarna putih. Tetapi itu yang kulihat ketika di hotel. Ku tidak tahu apakah mereka dibolehkan masuk Masjidil Haram oleh askar wanita yang menjaga pintu masuk masjid.

Yang jelas, kebanyakan dari jamaah umrah, dari mana saja dia berasal, menggunakan HP berkamera dan menjepret kiri kanan, suatu hal yang tak pernah saya jumpai 10 tahun yang lalu, karena hal itu dilarang. Sekarang, nampaknya para askar sulit untuk melarangnya. Bahkan, pada akhirnya, kini jama'ah yang thawaf pun ada yang mengabadikan ka'bah dalam foto melalui kamera HPnya.

Yang paling unik adalah pengalamanku ketika bisa minum zamzam bersama seekor kucing yg sedang minum air zamzam dari gelas kertas yang diberikan oleh petugas masjid. Ini mengingatkanku pada kenyataan bahwa kucing adalah binatang kesayangan Rasulullah saw.

Friday, April 27, 2012

Catatan pertama Umrah 2012

Catatan pertama Umrah 2012 

Armahedi Mahzar (c) 2012

Tahun ini 2012, syukur alhamdulillah, pada tanggal 10 hingga 19 April, saya bersama istri mendapat kesempatan untuk ibadah umrah yang keduakalinya setelah melakukannya 10 tahun yang lalu sebagai bagian dari ibadah haji. Tentu saja perbedaan waktu sepuluh tahun membawa perbedaan yang besar antara wilayah haramain, Mekah dan Madinah, dulu dan sekarang, terutama secara fisik arsitektural, oleh karena adanya perluasan masjid dan pembongkaran hotel-hotel lama dan pembangunan hotel-hotel baru.

Perbedaan yang menyolok adalah tinggi rata-rata bangunan di sekitar kedua masjid suci itu serta diperluasnya kedua masjid tersebut. Jika pada tahun 2002 ketika saya berhaji yang lalu, hotel yang termegah adalah hotel Hilton bintang tiga http://makkabooking.com/components/com_reservations/gallery/hotels/large/hilton-hotel1.jpg, sekarang mungkin dia bukan hotel termegah di kota Mekkah, walaupun kini telah dikawal, di bagian belakang, oleh hotel Menara Hilton bintang lima 22 tingkat. Dan kini banyak hotel bintang lima dan tingginya rata-rata 20 tingkat. Padahal hotel pada sepuluh tahun yang lalu rata-rata lima tingkat.

Beruntung saya dan istri kali ini ikut rombongan umrah al Taif Wisata Arabia dari Makassar yang menempatkan kami di di lantai 18 hotel Al-Salaam al-Nakheel bintang empat yang berada di sebelah kiri menara jam Abraj Al Bait jika dilihat dari King Abdul Aziz Gate dari Masjidil Haram . Jarak hotel ke Masjid yang hanya 150 meter, tapi rasanya buat kami berdua yang lansia kepala enam jaraknya lebih jauh dari bukit shafa ke bukit Marwah padahal ternyata kebalikannya. Jarak antara dua bukit suci itu tiga kali jarak antara hotel dan masjid.

Sementara itu di Madinah kami dapat hotel Dar al Naeem yang jaraknya hanya 200 meter dari Masjid al Nabawi .

Pada hari terakhir kami tinggal di kota Jiddah di hotel Al Azhar . Dan kota Jeddah masih seperti sepuluh tahun lalu: penuh dengan patung-patung abstrak di persimpangan jalan seperti misalnya di Palestine Street
Begitulah kesan fisik planologis kota-kota Mekah, Madinah dan Jeddah sekilas lintas.