MORFOGENESIS TEMATIK
Armahedi Mahzar (c) 2010Tadi pagi saya memberi kuliah ke-11 Morfologi Seni dengan topik Morfogenesis Tematis. Thomas Munro memang mengklasifikasi komposisi menjadi empat: representasional, utilitarian, eksposisonal dan tematis. Setiap zaman mengunggulkan satu jenis komposisi. Masing-masing jenis komposisi mendominasi pada zaman-zaman tertentu.
Misalnya, pada zaman pra-tulis komposisi utilitarian magis
yang dominan. Sedangkan pada zaman tulis, komposisi eksposisonal mitologis
dan teologis
. Akhirnya, pada zaman media elektronik, komposisi tematik
mendominasi karya-karya seni.
Morfogenesis tematik adalah pengembangan komposisi yang menekankan harmonisasi elemen-elemen dalam karya seni yang diciptakan oleh seniman. Harmonisasi itu diciptakan seniman secara bertahap: dari keseluruhan menuju bagian-bagian elementer.
Proses itu adalah divisi, adisi dan variasi keseluruhan yang diikuti pembentukan komponen melalui pengelompokan, penderetan dan penyusunan elemen-elemen dan diakhiri oleh repetisi dan diferensiasi elemen-elemen.
Estetika Alam Semesta
Pada akhir kuliah, saya menjelaskan bahwa bukan hanya karya-karya seniman yang mempunyai nilai estetik. Benda-benda di alam ternyata mempunyai nilai estetik seperti misalnya kristal-kristal zat padat memiliki simetri
yang identik dengan simetri rotasional dan translasional yang periodik, seperti yang dijumpai pada dinding-dinding istana Alhambra
di Spanyol. Hal itu yang memotivasi saya untuk meneliti simetri partikel elementer. Ternyata partikel fundamental adalah 3 sekawan atau triplet quark
yang simetrinya adalah SU(3) sehingga dapat direpresentasikan sebagai sebuah segitiga. Yang mengherankan, ketika saya membaca hasil penelitian antropolog strukturalis Claude Levi-Strauss
, saya menemukan bahwa struktur pemikiran primitif dalam mitologi suku-suku Indian dalam bentuk segitiga-segitiga
yang terhubung satu sama lainnya. Lebih mengherankan lagi, ketika saya memeriksa struktur pemikiran Barat, segitiga-segitiga juga yang bermunculan.
Misalnya, Plato
melihat ideal Kebenaran, Keindahan dan Kebaikan di atas puncak idealitas yang menggerakkan seluruh alam semesta. Segitiga idealitas ini sejajar dengan segitiga ilmu, seni dan teknik yang merupakan tiga cabang utama peradaban manusia. Kedua segitiga ini sejajar pula dengan segitiga filosofis logika, estetika dan etika yang merupakan ilmu terdasar bagi sains, seni dan teknologi yang diajarkan di ITB
.
Lahirnya Wawasan Integralisme
Banyak lagi segitiga lain yang saya temukan yang kemudian ternyata membentuk sebuah superprisma yang jika diteliti ternyata mempunyai substruktur matriks 2 x 4, di mana 2 mencerminkan polaritas "individu-masyarakat" dan 4 mencerminkan hirarki kategori "materi-energi-informasi-nilai".Sebagai seorang muslim, tak sulit bagi saya untuk menemukan bahwa di atas nilai ada kategori "sumber" dan di luar masyarakat ada jenjang alam dunia, alam akhirat dan Tuhan luar-alam.
Dengan demikian, ditemukanlah struktur dua hirarki, eksternalitas dan internalitas, yang saling tegak lurus satu sama lainnya dalam bentuk matriks 5x5. Juga tidak susah untuk mengambil kesimpulan bahwa, yang saya temukan adalah struktur kesatupaduan realitas yang saya sebut integralitas. Akhirnya, saya tulislah penemuan saya itu dalam sebuah buku: Integralisme, sebuah Rekonstruksi Filsafat Islam.
Nah, ketika saya diminta mengajar Filsafat Ilmu di ITB, saya mengajukan sebuah struktur prinsip-teori-eksperimen-instrumentasi bagi sains yang merupakan kebalikan dari benda-gejala-hukum-prinsip alam sebagai obyek sains. Hal ini adalah konsekuensi dari sains sebagai aktivitas pembacaan alam semesta sebagai produk proses MahaCipta Sang Maha Pencipta.
Integralisme di Balik Morfologi Seni
Yang mengherankan saya, kenyataan bahwa ketika saya membaca buku Thomas Munro, sebagai rujukan utama kuliah Morfologi Seni, ternyata juga ada hirarki motivasi-tema-disain-proses pada proses kreasi seniman sang kreator yang terbalik dengan hirarki sensasi-persepsi-apersepsi-proyeksi dari apresiasi sang apresiator. Semua itu, bagi saya, adalah bayangan dan kebalikan dari hirarki nilai-informasi-energi-materi yang berasal dari dan kembali ke sumber.Jadi, ujung-ujungnya, di akhir kuliah saya mengajukan visi integralisme: peradaban adalah bagian daripada kesepaduan realitas atau integralitas wujud. Mudah-mudahan ada di antara mereka yang bisa tercerahkan membaca kesepaduan wujud dibalik wawasan integralisme itu. Insya Allah.
ditemukan. Maka seni eksposisional pun berubah dari yang verbal ke yang visual. Namun, kali ini, eksposisinya bukan lagi cerita tentang dewa-dewa mitologis, melainkan cerita tentang nabi-nabi dan tokoh-tokoh suci mereka seperti yang terpampang pada dinding-dinding gereja.
. Oleh karena itu para pelukis pun menjadi naturalistik meninggalkan komposisi eksposisional dan menganut komposisi representasional seperti yang dibahas minggu lalu. Namun, bagaimana pun juga, seni representasional di bidang visual telah bertahan ribuan tahun.
mengatakan bahwa untuk menafsirkan sebuah karya seni eksposisional, kita harus menggunakan empat lapis pembacaan makna atau interpretasi: literal, alegoris, tropologis dan anagogis. Keempat lapis interpretasi itu sebenarnya ditemukan oleh Thomas Aquinas
di abad pertengahan untuk menafsirkan kitab suci kaum nasrani yaitu Injil.
yang melahirkan Renaissance itu, keempat lapis metoda tafsir itu pun juga digunakan untuk membaca semua teks: tak terbatas pada kitab suci.
yang melalui media elektronika analog melahirkan modernisme seni, maka semua karya seni, bukan karya sastra saja, diibaratkan sebagai "teks" yang harus dibaca dengan keempat lapis penafsiran itu.
yang ditemui di kristal-kristal zat padat, ditemukan juga pada dinding-dinding istana Alhambra
di Spanyol yang dibangun oleh arsitek dan seniman Muslim di pertengahan abad XIV masehi.
Mendeleyev, maka orang pun berharap akan adanya pengelompokan yang serupa pada partikel-partikel elementer.
yang serupa.
, dalam formasi simetri 3-putaran
seperti segitiga sama sisi. Keteraturan pengelompokan ini mencurigakan bahwa partikel-partikel elementer itu sebenarnya bukanlah atomos, atau bagian terkecil yang diramalkan Demokritos
.
yang tersusun menjadi segi-tiga sama-sisi yang simetris 3-putaran. Pengembangan teori quark ini dapat dipandang sebagai interpretasi tropologis pembacaan alam semesta.
, ada empat jenis pengembangan komposisi: utilitarian, representasional, eksposisional dan tematik. Saya katakan bahwa masing-masingnya mempunyai ciri penghiasan, peniruan, penjelasan dan penataan.
. Pelukis-pelukis renaissance tidak lagi bekerja untuk menceritakan atau menjelaskan sesuatu (morfogenesis eksposisional) seperti pada zaman pertengahan Eropa dan zaman kuno di peradaban Romawi , Yunani dan Mesir kuno. Perspektivisme
, realisme
dan naturalisme
pun menjadi gaya yang dominan dalam seni pasca-renaissance.
dalam bukunya Selfish Gene.
dalam budaya adalah ibarat DNA
dalam biologi. Selanjutnya institusi-institusi sosial adalah senjata mem untuk memperbanyak dirinya. Evolusi budaya itu paralel dengan dengan evolusi biologis. Hanya saja, evolusi budaya berjalan dengan kecepatan yang jauh lebih tingi dibanding kecepatan evolusioner.
, fisikawan yang sukses menciptakan dan memasarkan perangkat lunak Mathematica yang berhasil melakukan operasi-operasi matematika tinggi seperti diferensiasi dan integrasi dalam kalkulus. Fisikawan lainnya seperti
bahkan menganggap bahwa alam semesta sebagai sebuah komputer kuantum raksasa. 

. 




. 


.
seorang matematikawan dan rekayasawan di republik Venisia menemukan bahwa gerak peluru meriam mengikuti sebuah garis lengkung bukan sebuah gerak patah seperti yang diduga Aristoteles.
menemukan bahwa lengkungan gerak peluru yang ditemukan gurunya adalah sebuah parabola. Galileo juga merupakan pengguna teleskop dual lensa pertama yang menemukan bahwa Bima Sakti adalah kumpulan bintang-bintang.
berbicara mengenai mekanisme evolusi biologis. Adam Smith (1723 – 1790)
berbicara tentang mekanisme pasar bebas dan Sigmund Freud (1856 - 1939)
berbicara mengenai mekanisme pertahanan psikhik dalam psikoanalisis.