Sunday, July 21, 2013

Majapahit: Kesultanan Islam?


Majapahit Kesultanan Islam Terbesar di Nusantara?


Majapahit selama ini kita kenal sebagai Kerjaan Hindu terbesar di Nusantara. Namun demikian dari fakta-fakta sejarah yang ada, klaim ini mulai dipertanyakan. Hikmah dan Kebijakan Publik (LHKP) Pengurus Daerah Muhammadiyah Yogyakarta sengaja melakukan penelitian untuk melakukan kajian ulang terhadap sejarah Majapahit. Setelah sekian lama berkutat dengan beragam fakta-data arkeologis, sosiologis dan antropolis, maka tim ini kemudian menerbitkan hasil penelitiannya dalam sebuah buku awal berjudul  ‘Kesultanan Majapahit, Fakta Sejarah Yang Tersembunyi’.

Widi Astuti, melalui Group Forum Guru Indonesia mengutip  hasil penelitian Lembaga Hikmah dan Kebijakan Publik (LHKP) Pengurus Daerah Muhammadiyah Yogyakarta sebagai berikut :


1.Ditemukan atau adanya koin-koin emas
Majapahit yang bertuliskan kata-kata ‘La Ilaha Illallah Muhammad Rasulullah’.



Sebagaimana kita ketahui, koin merupakan sebuah alat pembayaran resmi yang berlaku di sebuah wilayah kerajaan. Maka sungguhlah mustahil jika dikatakan bahwa sebuah kerajaan Hindu memiliki koin yang bertuliskan kalimat tauhid seperti ini.2. Pada batu nisan Syaikh Maulana Malik Ibrabim (Sunan Gresik) terdapat tulisan yang menyatakan bahwa beliau adalah seorang Qadhi (hakim agama Islam) kerajaan Majapahit. Hal ini menunjukkan bahwa Agama Islam merupakan agama resmi kerajaan tersebut.


3.Lambang kerajaan Majapahit 
berupa delapan sinar matahari dengan beberapa tulisan arab yakni sifat, asma, ma’rifat, Adam, Muhammad, Allah, tauhid dan Dzat.

Mungkinkah sebuah kerajaan Hindu memiliki logo/lambang resmi bertuliskan kata-kata arab seperti in?
4.Pendiri kerajaan Majapahit yakni Raden Wijaya ternyata seorang muslim. Beliau adalah cucu dari Prabu Guru Dharmasiksa, seorang Raja Sunda sekaligus ulama Islam Pasundan yang hidup selayaknya seorang sufi.

Sedangkan neneknya merupakan seorang muslimah keturunan penguasa Kerajaan Sriwijaya. Meskipun Raden Wijaya bergelar Kertarajasa Jayawardhana (menggunakan bahasa sansekerta yang lazim digunakan saat itu), tidak lantas menjadikan beliau seorang pemeluk Hindu. Gelar seperti ini (menggunakan bahasa sansekerta) ternyata masih juga digunakan oleh raja-raja muslim jawa zaman sekarang seperti Hamengkubuwono dan Paku Alam di Yogyakarta serta Pakubuwono di Surakarta/Solo.

4.Patih kerajaan Majapahit yang terkenal dengan Sumpah Palapa-nya, Patih Gajah Mada juga seorang muslim. Nama aslinya adalah Gaj Ahmada (terlihat lebih Islami, bukan?). Hanya saja, orang jawa saat itu sulit mengucapkan nama tersebut. Mereka menyebutnya Gajahmada untuk memudahkan pengucapan dan belakangan ditulis terpisah menjadi Gajah Mada (walaupun hal ini salah). Kerajaan Majapahit mencapai puncak keemasan pada masa Patih Gaj Ahmada. Konon, kekuasaannya sampai ke Malaka (sekarang masuk wilayah Malaysia). Setelah mengundurkan diri dari kerajaan, Patih Gaj Ahmada lebih dikenal dengan sebutan Syaikh Mada oleh masyarakat sekitar. Pernyataan ini diperkuat dengan bukti fisik yaitu pada nisan makam Gaj Ahmada  di Mojokerto terdapat tulisan ‘La Ilaha Illallah Muhammad Rasulullah’.
nisan gajahmada

5.Sebagaimana diketahui bahwa 1253 M, tentara Mongol pimpinan Hulagu Khan  menyerbu Baghdad. Timur tengah pun berada dalam situasi konflik yang tidak menentu. 
HulaguAndDokuzKathun.JPG
Terjadilah eksodus besar-besaran (pengungsian) kaum muslim dari Timur Tengah (tetutama keturunan Nabi yang biasa dikenal dengan sebutan alawiyah). Mereka menuju kawasan Nuswantara (atau Nusantara) yang kaya akan sumber daya alamnya. Mereka pun menetap dan melanjutkan keturunan yang sebagian besar menjadi penguasa kerajaan-kerajaan di nusantara, termasuk kerajaan Majapahit.
Sudah barang tentu, jika fakta-fakta di atas sahih adanya, Histografi Majapahit perlu dikoreksi dan lebih dari itu, sejarah Islam di Nusantara juka perlu diteliti kembali mengingat fakta makam muslimah di Jawa Timur yang menurut para ahli sejarah makam itu berasal dari abad ke 7 Masehi.
Mengingat sejarah Indonesia akan menjadi materi yang pokok pada kurikulum 2013, maka muatan sejarah itu benar-benar sudah diteliti ulang untuk mendapatkan kebenaran empirik berdasar fakta fakta yang ada. Termassuk mengakomodir hasil penemuan Lembaga Hikmah dan Kebijakan Publik (LHKP) Pengurus Daerah Muhammadiyah Yogyakarta tersebut.

sumber

No comments :