REVOLUSI INTEGRALISME ISLAM
Pemahaman Baru Realitas Peradaban
Armahedi Mahzar (c) 2008
Di abad 21 ini manusia sedunia menghadapi dua jenis
krisis skala dunia yang sangat dahsyat: Krisis ekologis pemanasan global dan
krisis ekonomis resesi global. Kedua krisis itu berakar pada pandangan sempit
peradaban yaitu humanisme antroposentrik dan materialisme sekularistik.
Humanisme antroposentrik menekankan nilai-nilai kemanusiaan yang tercantum
dalam hak-hak asasi manusia yang cenderung individualistik dan antroposentrik
melupakan spesies-spesies biologis lainnya. Materialisme sekularistik membatasi
kegiatan manusia hanya pada pengolahan alam menjadi produk-produk material yang
dipertukarkan melalui pasar bebas untuk keuntungan sebesar-besarnya bagi
individu-individu manusia. Krisis global bersayap dua ini kini telah
menyengsarakan umat manusia di seluruh penjuru dunia.
Soalnya, pemanasan global secara sistematis telah
mengubah perikliman dunia dan segala dampaknya. Secara global naiknya suhu
udara dan air laut rata-rata, diikuti oleh melelehnya salju di kutub-kutub bumi
serta di puncak-puncak gunung yang kemudian berdampak pada meningkatnya permukaan
laut dan curah hujan dan berujung pada pelbagai banjir besar di berbagai daerah
dan gelombang panas dan badai salju, penyebaran wabah penyakit serta
perpanjangan masa kemarau yang memicu kebakaran hutan. Itu semua adalah efek
tak langsung dari materialisme ekonomi industrial yang terus menerus secara
serakah menguras tabungan energi matahari, oleh bekas-bekas fauna dan flora
purba yang tertanam di kerak bumi sebagai batubara, minyak dan gas, dengan cara
membakarnya sehingga memproduksi gas CO2 secara berlebihan menyebabkan efek
rumah kaca yang menjebak panas di atmosfera yang menyelimuti bumi.
Di samping itu, krisis resesi global juga
disebabkan oleh keserakahan materialistis kapitalisme global yang
diejawantahkan dalam pasar modal yang lebih mementingkan keuntungan moneter
ketimbang produsi barang-barang riil kebutuhan sehari-hari. Maka uang dan utang
pun diperjual belikan dengan secara spekulatif virtual melalui jaringan
teknologi informasi komunikasi global dengan kecepatan tinggi dilambungkan harganya
menjadi gelembung-gelembung yang pada ujung-ujungnya meledak. Dampak
utamanya adalah efek domino berupa tsunami krisis ekonomi berujung pada
rangkaian pemutusan hubungan kerja yang berantai dari sektor perumahan ke
sektor perbankan terus ke sektor fabrikasi mobil dan barang-barang elektronika
dan ujung berujung pada industri tekstil dan barang-barang keperluan rumah
tangga. Ujung-ujung dari semua ini adalah terjadinya sebuah danau pengangguran
yang semakin lama semakin meluas menjadi lahan subur bagi merebaknya wabah
sosial dalam bentuk berbagai bentuk kriminalitas dan wabah mental dalam
bentuk berbagai penyakit kejiwaan karena keputus-asaan dan ketegangan yang tak
tertahankan.
Mengingat kedalaman dan keluasan dari
kesengsaraan yang ditimbulkan oleh kedua sayap krisis global yang datang tanpa
bisa diramalkan jauh hari sebelumnya, ada baiknya kita meninjau kembali
paradigma materialisme di bidang sains, teknologi dan ekonomi yang membentuk
sebuah aliran-aliran umpan-balik positif yang tumbuh secara eksponensial.
Pertumbuhan eksponensial ini dipacu oleh kesamaan paradigmatik antara keempat
cabang peradaban yang mementingkan materialisme sekular dan humanisme
individual. Oleh sebab itu terdapat sebuah revolusi paradigmatik yang
disebut holisme di dunia Barat pada dasawarsa-dasawarsa akhir abad keduapuluh.
Paradigma holistik itu memperluas humanisme individual dengan ekologisme kosmik
di satu pihak dan memperluas materialisme sekular dengan idealisme panteistik
di lain pihak. Dilihat dari sudut pandang tradisi teologis Timur, keterbatasan
holisme yang monodualistik itu sudah seharusnyalah dilengkapi dengan dimensi
ketuhanan yang transendental.
Realitas: Sebuah Kesepaduan
Dalam paradigma holistik, yang ada adalah
kesatuan dua sisi kebulatan realitas. Secara ontologis kesatuan itu adalah
kesatuan antara manusia dan alam lingkungannya. Dalam tradisi mistisisme Timur
kesatuan ini disebut sebagai kesatuan mikrokosmos dan makrokosmos: alam kecil
dan alam besar. Namun berbeda dengan tradisi Timur yang menekankan adanya
perjenjangan sejajar antara dua kosmos itu, holisme hanya mengakui adalanya
dualitas kesadaran/kenyataan pada kedua kosmos tersebut. Itulah sebabnya
terjadi koreksi terhadap holisme yang mengabaikan realitas transendental.
Koreksi itu adalah integralisme. Satu bentuk integralisme yang dikenal di dunia
Barat adalah integralisme universal yang diajukan oleh Ken Wilber di tahun
2000. Integralisme universal ini melihat realitas sebagai suatu kesatuan dengan
empat sisi yang dibentuk oleh salib sumbu interioritas-eksterioritas dan
individualitas-kolektivitas. Keempat sisi itu disebutnya sebagai kuadran
subyektif, kuadran obyektif, kuadran intersubyektif dan kuadran interobyektif.
Realitas dalam pandangan ini adalah sebuah jenjang lingkaran-lingkaran sepusat
yang pusatnya adalah titik potong antara kedua sumbu yang tegak lurus satu sama
lainnya membentuk kuadran-kuadran tersebut.
Secara kebetulan Ken Wilber telah menggunakan
istilah "integralisme" untuk menamakan pahamnya tentang realitas.
Padahal lebih dari limabelas tahun sebelum Wilber merumuskan integralisme
universalnya, di Indonesia istilah itu telah digunakan sebagai nama dari sebuah
pandangan Islam yang melihat realitas sebagai kesepaduan dari dua buah
perjenjangan yang disebut perjenjangan mendatar dan perjenjangan menegak.
Dalam pandangan ini dualitas mikrokosmos-makrokosmos tradisi mistik Timur dalah
bagian dari hirarki lima
kosmos yaitu mikrokosmos, mesokosmos, makrokosmos, suprakosmos dan metakosmos.
Mikrokosmos itu adalah nama kontemporer bagi al-Nafs atau individu manusia. dan
mesokosmos adalah nama lain dari al-Qawm atau kolektivitas manusia. Mikrokosmos dan mesokosmos maenyatu dalam
peradaban manusia atau al-Madaniyah. Perdaban manusia itu adalah bagian dari lingkungan
alam semesta yang disebut makrokosmos dan lingkungan superkosmos atau alam
gaib. Makrokosmos dan superkosmos itu tak lain dari multikosmos atau
al-'alamin. Di luar al-'alamin itu adalah Rabb yang mengaturnya. Rabb
inilah yang disebut metakosmos dalam pandangan integralisme Islam.
Micro-
kosmos
(manusia)
|
Meso-
kosmos
(budaya)
|
Makro-
kosmos
(alam
nyata)
|
Supra-
kosmos
(alam gaib)
|
Meta-
kosmos
(Tuhan)
|
Ruh
|
Quran
|
sumber
|
Dzat
|
Qalb
(Nurani)
|
Din
|
Prinsip-prinsip
alam
|
Prinsip-prinsip
Supernatural
|
Sifat-Sifat
|
‘Aql
(Kesadaran)
|
Tsaqafah
|
Hukum-hukum
alam
|
Hukum-hukum
Supernatural
|
Perintah-
Perintah
|
Nafs
(Perilaku)
|
Tamaddun
|
Fenomena alam
|
Fenomena
Supernatural
|
Perbuatan
|
Jism
(Tubuh
|
Ummat &
madaniyah
|
Benda-benda alam
|
Benda-benda Supernatural
|
Ciptaan
|
Tegak lurus dengan perjenjangan mendatar lima kosmos itu terdapat perjenjangan lima menegak kategori integral yaitu materi, energi,
informasi, nilai-nilai dan sumber. Kelima kategori integral itu tersirat dalam
perjenjangan jism, nafs, 'aql, qalb dan ruh yang dijarkan dalam tasawwuf Islam.
Ia juga tersersirat dalam perjenjangan sumber hukum 'urf, ijma', ijtihad,
sunnah dan Al-qur'an dalam tradisi ilmu fiqh Islam. Ia pun tersirat dalam
perjenjangan Khalqillah, Sunnatullah, 'Amrullah, Sifatullah dan Dzatullah dalam
tradisi teologi Islam atau ilmu kalam. Secara diagram realitas integral itu
dapat dilukiskan sebagai matriks terlukis di atas.
Satu hal yang dapat dibaca pada matriks ini
adalah materialisme sekuler hanya mengakui submatriks 3x3 dibagian kiri bawah
sebagai satu-satunya realitas. Sedangkan holisme panteistik hanya melihat
submatriks 4x4 bagian kiri bawah sebagi realitas seutuhnya. Dari sini tampak bahwa baik materialisme ataupun
holisme hanyalah merupakan pandangan parsial. Integralisme Islam adalah sebuah
pandangan yang lebih menyeluruh menyempurnakan kedua pandangan tersebut.
Hal
lain yang perlu diketahui adalah bahwa integralisme Islam melihat baris atas
dari matriks itu merupakan realitas sumber yang bagi baris-baris realitas
relatif dibawahnya. Hal ini berbeda seratusdelapanpuluh derajad dengan
pandangan materialis yang menganggap baris terbawah sebagai realitas mutlak sedangakan
baris-baris di atasnya sebagai realitas relatif. Dengan perkataan lain
pandangan realitas integral Islam menjungkirbalikkan pandangan materialis sains
sekuler. Inilah yang disebut sebagai revolusi integralisme Islam. Hal ini
serupa dengan revolusi heliosentrisme Kopernikus yang menganggap
matahari.sebagai pusat alam semesta membalikkan pandangan geosentrisme
Ptolomeus yang menganggap bumi sebagai pusat jagatraya.
Yang
terakhir perlu diperhatikan dalam pandangan integralisme Islam ini ada;ah kenyataan
bahwa peradaban manusia itu berada di antara manusia dan alam lingkungannya,
sehingga sudah sewajarnya peradaban manusia itu serasi, dengan bukan
mengeksploitasi, alam semesta lingkungannya. Pandangan penguasaan alam semesta
itulah yang mendorong pada pengembangan teknologi yang mencemarkan alam
lingkungan sehingga terjadi pemusnahan spesies lain sperti yang kita alami
sekarang. Itulah sebabnya kita harus mengganti paradigma peradaban manusia
modern ini dengan paradigma integralisme Islam.
Ajaran Islam : Suatu
Integralitas,
Ajaran
Islam sebagai Din mempunyai tiga komponen integral yaitu Aqidah, Syari'ah dan
Thariqah. Aqidah Islam itu tersusun dalam Arkan Al-Iman atau rukun Islam.
Sedangkan Syari'ah Islam dibingkai oleh Arkan al-Islam dan Thariqah Islam iitu
berinyikan Ihsan. Yang menarik adalah kenyataan bahwa matriks integralitas itu
mencermikan ketiga komponen Din Islam itu secara struktural.
Misalnya, Arkan Al-Iman meliputi
1.
Iman kepada Allah yang
disebut sebagai Metakosmos Pencipta dab Maha Sumber segala hal
2. Iman kepada malaikat
yang menjalankan pengaturan alam semesta ayau Makrokosmos
3.
Iman kepada kitab-kitabNya yang
merupakan landasan bagi peradaban atau Mesokosmos
4.
Iman kepada rasul-rasulNya yang
merupakan individu atau Mikrokosmos
5.
Iman kepada Qiyamat/’Akhirat sebagai
kehancuran makrokosmos memasuki Suprakosmos
6.
Iman kepada Qadar dan Qadha’
sebagai ketentuan Integrasi Kosmik
Sehingga dapatlah kita simpulkan bahwa arkan
al-Islam menyiratkan pengakuan akan Kesepaduan Realitas sepwerti yang tertera
dalam matriks integralitas.
Di samping itu kita dapat melihat arkan al-Islam
sebagai kerangka pentahapan abadi pembangunan peradaban atau Tazkiyah
al-Madaniyati. Arkan Al-Islam itu meliputi
1.
Syahadatain sebagai landasan bagi
pembinaan individu atau Tazkiyah al-Nafsi
2.
Shalat sebagai sarana pembinaan kelompok
atau Tazkiyah al-Jama'ati'
3.
Shaum sebagai sarana pembinaan Masyarakat
yang adil atau Tazkiyah al-Ijtima'i
4.
Zakat sebagai landasan pembangunan Negara
bangsa yang sejahtera atau Tazkiyah al-Ummati
5.
Hajji sebagai sarana pembangunan
Peradaban antar bangsa yang damai atau Tazkiyah al-Madaniyati
Dengan demikian dapatlah dikatakan bahwa rukun
Islam di samping merupkan sarana penghubung kita dengan Allah atau 'ubudiyah,
dia juga merupkan sarana pembangunan Peradaban melalui mu’amalah.
Jika rukun Islam dapat dilihat sebagai kerangka
pembangunan peradaban berdasarkan rukun Islam, maka Ihsan dapat dilihat sebagai
kerangka pembangunan pribadi yang mendekatkan diri pada Sang Peciotanya melalui
ibadah dimana diharapkan
1.
Kita beribadat seolah-olah melihat Tuhan,
atau
2.
Kita beribadat karena dilihat Tuhan
beribadah seolah melihat Tuhan adalah simbol dari
beribadah karena Cinta dan beribadah karena dilihat Tuhan adalah simbol dari
beribadah karena takut pada Allah swt. Ihsan adalah esensi Thariqah untuk
mendekatkan diri pada Allah dengan mentransformasi rasa takut menjadi rasa
cinta secara bertahap.
Aqidah adalah landasan bagi pasangan proses
Syari'ah sebagai transformasi religio-kultural peradaban dan Thariqah transformasi
psiko-spiritual individu
Tauhid Seutuhnya: Landasan
Peradaban
Landasan Din al-Islam adalah Tauhid Diniyah. Sebagai landasan peradaban
Tauhid adalah Tauhid Madaniyah. Kedua Tauhid itu terintegrasi dengan Tauhid
Uluhiah sebagai landasan terdasar dari keseluruhan Tauhid yang juga meliputi
Tauhid Rububiyah sebagai dasalr semua ilmu dan Tauhid Mu’amalah dasar semua
amal.
Kelima
aspek Tauhid itu berkaitan dengan kelima sifat Tuhan yang tercantum dalam tiga
ayat pertama dari surat pertama Al-Quran Al-Karim.: Allah, Al Rabb, Al-Rahman,
Al-Rahim dan Al-Malik. Keterkaitannya dadalah sebagai berikut
1.
ALLAH ==> Tauhid Uluhiyah
2.
Al-RABB ==> Tauhid Rububiyah
3.
AL-RAHMAN ==> Tauhid Mu’amalah
4.
AL-RAHIM ==> Tauhid Madaniyah
5.
AL-MALIK ==> Tauhid Diniyah
Disampaikan di Subang pada 25 Desember 2008