Tuesday, November 10, 2015

Cahaya-cahaya Hati

Cahaya-cahaya Hati
Syaikh al-Hakim at-Tirmidzi 

Image result for light heart

Apabila Cahaya Islam telah hadir di dalam dada (shadr) seorang Muslim (walaupun jiwa nya masih ada kecenderungan kepada keburukan), maka ia akan memiliki pengetahuan tentang tindakan yang benar yang akan melahirkan rasa takut terhadap kesudahan hidup dan rasa harap untuk mendapatkan balasan yang baik.


Cahaya Islam itu ibarat gunung yang berada di shadr (dada), di puncak nya bertengger seekor burung, yaitu an-Nafs al ammaarah bi al suu’ (Jiwa yang memerintahkan keburukan), yang biasanya terbang di lembah-lembah kemusyrikan, keraguan, kemunafikan dan sejenisnya.
Allah SWT berfirman:

Sesungguhnya jiwa ini selalu memerintahkan kepada keburukan, kecuali yang dikasihi oleh Tuhan-ku. (QS. Yusuf:53)

Apabila Cahaya Iman telah hadir di dalam hati (qalb) seorang Mu’min (dimana jiwa nya telah mulai ter-ilhami), maka ia akan memiliki pengetahuan bathiniyah yang akan melahirkan rasa takut terhadap datangnya berbagai keburukan dan rasa harap akan datangnya berbagai kebaikan setiap sa’at.


Cahaya Iman itu ibarat gunung yang bertempat di qalb (hati), di puncak nya bertengger seekor burung, yaitu an-Nafs al mulhamah (Jiwa yang mendapat ilham), yang kadangkala terbang di lembah-lembah ketakwaan dan kadangkala pula terbang di lembah kefasikan.
Allah SWT berfirman:

Allah mengilhamkan kepada jiwa ini jalan kefasikan dan jalan ketakwaan. (QS. asy-Syams:8)

Apabila Cahaya Makrifat telah hadir di dalam hati kecil/hati lebih dalam (fu’ad) seorang Arif/Muhsin (dimana jiwa nya penuh penyesalan), maka ia akan memiliki penglihatan bathiniyah yang akan melahirkan rasa takut terhadap apa yang berlalu dan rasa harap terhadap apa yang telah berlalu.


Cahaya Makrifat
itu ibarat gunung yang terletak di fu’ad (hati lebih dalam), di puncak nya bertengger seekor burung, yaitu an-Nafs al lawwaamah (Jiwa yang mencela diri), yang terbang di lembah-lembah yang tinggi dan mulia, menatap berbagai kemuliaan Allah, serta kadangkala bangga dengan berbagai karunia Allah. Namun ia juga terbang di lembah kehinaan, kerendahan hati dan kadangkala merasa kecil dan papa; meskipun demikian, ia selalu mencela diri.
Allah SWT berfirman:

Aku bersumpah demi jiwa yang selalu mencela diri. (QS. al-Qiyamah:2)

Apabila Cahaya Tauhid telah hadir di dalam inti hati terdalam (lubb) seorang ahli Tauhid – Muwahhid (dimana jiwa nya telah tenteram), maka ia akan memiliki sikap ilahiah yang mengacu kepada penyaksian yang akan melahirkan rasa takut hanya kepada Allah SWT tanpa takut kepada selain-Nya dan berharap hanya kepada-Nya tanpa pernah berharap kepada selain-Nya.


Cahaya Tauhid itu ibarat gunung yang bersemayam di lubb (inti hati terdalam), di puncak nya bertengger seekor burung, yaitu an-Nafs al muthma’innah (Jiwa yang tenang tenteram), yang terbang di lembah-lembah ridha, malu, dengan mengakui tauhid dan merasakan manisnya mengingat Allah. Allah menjauhkannya dari segala jenis pertentangan.Allah SWT berfirman:


“Wahai jiwa yang tenang, kembalilah kepada Tuhan-mu. (QS. al-Fajr:27-28)
Hai jiwa yang tenang.

Kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang puas lagi diridhai-Nya. (QS. al-Fajr:27-28)
“Maka dia memperoleh ketenteraman dan rizki serta surga yang penuh nikmat. (QS. al-Waqi’ah:89)

No comments :