PENEMU BENUA AMERIKA PERTAMA:
Laksamana Muslim Cheng Ho bukan Columbus
Semangat orang-orang Islam dan Cina saat
itu untuk mengenal lebih jauh planet (tentunya saat itu nama planet
belum terdengar) tempat tinggalnya selain untuk melebarkan pengaruh,
mencari jalur perdagangan baru dan tentu saja memperluas dakwah Islam
mendorong beberapa pemberani di antara mereka untuk melintasi area yang
masih dianggap gelap dalam peta-peta mereka saat itu.
Beberapa nama tetap begitu kesohor sampai saat ini bahkan hampir semua orang pernah mendengarnya sebut saja Tjeng Ho dan Ibnu Batutta, namun beberapa lagi hampir-hampir tidak terdengar dan hanya tercatat pada buku-buku akademis.
Sekitar 70 tahun sebelum Columbus
menancapkan benderanya di tanah Amerika, Laksamana Cheng Ho sudah
terlebih dahulu datang ke sana. Para peserta seminar yang diutus oleh
Royal Geographical Society di London sangat kaget karena penemuan
seorang kru kapal selam dan uraian sejarawan bernama Gavin Menzies. Dia juga seorang mantan perwira Angkatan Laut Kerajaan Inggris (baca : Biography Gavin Menzies).
Menzies yang tampil dengan penuh
keyakinan – menjelaskan teorinya tentang pelayaran terkenal dari pelaut
mahsyur asal China, Laksamana Cheng Ho. Bersama bukti-bukti yang
ditemuinya dari catatan sejarah, dia lantas membuat kesimpulan bahawa
pelaut serta pengembara ulung dari Dinasti Ming itu adalah penemu awal
benua Amerika, dan bukannya Columbus.
Bahkan menurutnya, Cheng Ho
‘mengalahkan’ Columbus dengan jarak (perbedaan) waktu sekitar 70 tahun.
Apa yang dikemukakan Menzies tentu membuat semua orang tertipu karena
masyarakat dunia selama ini mengetahui bahawa Columbus lah penemu benua
Amerika pada sekitar abad ke-15. Penjelasan Menzies ini dikuatkan dengan
sejumlah bukti sejarah.
Perbandingan kapal layar yang digunakan Cheng Ho (layar kuning) dengan yang digunakan Columbus (ditengah dengan layar merah)
Perbandingan kapal layar yang digunakan Cheng Ho (layar kuning) dengan yang digunakan Columbus (ditengah dengan layar merah)
Beliau menunjukkan sebuah peta
sebelum Columbus memulakan ekspedisinya, lengkap dengan gambar benua
Amerika serta sebuah peta astronomi milik Cheng Ho yang disandarkan
sebagai bahan bukti. Menzies sangat yakin selepas beliau meneliti
ketepatan dan kesahihan bahan-bahan bersejarah tersebut.
Sebelum Cheng Ho
Para ahli geografi dan intelektual dari kalangan muslim yang mencatat perjalanan ke benua Amerika itu adalah Abul-Hassan Ali Ibn Al Hussain Al Masudi (meninggal tahun 957), Al Idrisi (meninggal tahun 1166), Chihab Addin Abul Abbas Ahmad bin Fadhl Al Umari (1300 – 1384) dan Ibn Battuta (meninggal tahun 1369).
Menurut catatan ahli sejarah dan ahli
geografi muslim Al Masudi (871 – 957), Khashkhash Ibn Saeed Ibn Aswad
seorang navigator muslim dari Cordoba di Andalusia, telah sampai ke
benua Amerika pada tahun 889 Masehi. Dalam bukunya, ‘Muruj Adh-dhahab wa
Maadin al-Jawhar’ (The Meadows of Gold and Quarries of Jewels), Al
Masudi melaporkan bahwa semasa pemerintahan Khalifah Spanyol Abdullah
Ibn Muhammad (888 – 912), Khashkhash Ibn Saeed Ibn Aswad berlayar dari
Delba (Palos) pada tahun 889, menyeberangi Lautan Atlantik, hingga
mencapai wilayah yang belum dikenal yang disebutnya Ard Majhoola, dan
kemudian kembali dengan membawa berbagai harta yang menakjubkan.
Sesudah itu banyak pelayaran yang
dilakukan mengunjungi daratan di seberang Lautan Atlantik, yang gelap
dan berkabut itu. Al Masudi juga menulis buku ‘Akhbar Az Zaman’ yang
memuat bahan-bahan sejarah dari pengembaraan para pedagang ke Afrika dan
Asia.
Dr. Youssef Mroueh juga menulis bahwa
selama pemerintahan Khalifah Abdul Rahman III (tahun 929-961) dari
dinasti Umayah, tercatat adanya orang-orang Islam dari Afrika yang
berlayar juga dari pelabuhan Delba (Palos) di Spanyol ke barat menuju ke
lautan lepas yang gelap dan berkabut, Lautan Atlantik. Mereka berhasil
kembali dengan membawa barang-barang bernilai yang diperolehnya dari
tanah yang asing.
Beliau juga menuliskan menurut catatan
ahli sejarah Abu Bakr Ibn Umar Al-Gutiyya bahwa pada masa pemerintahan
Khalifah Spanyol, Hisham II (976-1009) seorang navigator dari Granada
bernama Ibn Farrukh tercatat meninggalkan pelabuhan Kadesh pada bulan
Februari tahun 999 melintasi Lautan Atlantik dan mendarat di Gando
(Kepulaun Canary).
Ibn Farrukh berkunjung kepada Raja
Guanariga dan kemudian melanjutkan ke barat hingga melihat dua pulau dan
menamakannya Capraria dan Pluitana. Ibn Farrukh kembali ke Spanyol pada
bulan Mei 999.
Perlayaran melintasi Lautan Atlantik
dari Maroko dicatat juga oleh penjelajah laut Shaikh Zayn-eddin Ali bin
Fadhel Al-Mazandarani. Kapalnya berlepas dari Tarfay di Maroko pada
zaman Sultan Abu-Yacoub Sidi Youssef (1286 – 1307) raja keenam dalam
dinasti Marinid. Kapalnya mendarat di pulau Green di Laut Karibia pada
tahun 1291. Menurut Dr. Morueh, catatan perjalanan ini banyak dijadikan
referensi oleh ilmuwan Islam.
Sultan-sultan dari kerajaan Mali di
Afrika barat yang beribukota di Timbuktu, ternyata juga melakukan
perjalanan sendiri hingga ke benua Amerika. Sejarawan Chihab Addin
Abul-Abbas Ahmad bin Fadhl Al Umari (1300 – 1384) memerinci eksplorasi
geografi ini dengan seksama. Timbuktu yang kini dilupakan orang,
dahulunya merupakan pusat peradaban, perpustakaan dan keilmuan yang maju
di Afrika. Ekpedisi perjalanan darat dan laut banyak dilakukan orang
menuju Timbuktu atau berawal dari Timbuktu.
Sultan yang tercatat melanglang buana
hingga ke benua baru saat itu adalah Sultan Abu Bakari I (1285 – 1312),
saudara dari Sultan Mansa Kankan Musa (1312 – 1337), yang telah
melakukan dua kali ekspedisi melintas Lautan Atlantik hingga ke Amerika
dan bahkan menyusuri sungai Mississippi.
Sultan Abu Bakari I melakukan eksplorasi
di Amerika tengah dan utara dengan menyusuri sungai Mississippi antara
tahun 1309-1312. Para eksplorer ini berbahasa Arab. Dua abad kemudian,
penemuan benua Amerika diabadikan dalam peta berwarna Piri Re’isi yang
dibuat tahun 1513, dan dipersembahkan kepada raja Ottoman Sultan Selim I
tahun 1517. Peta ini menunjukkan belahan bumi bagian barat, Amerika
selatan dan bahkan benua Antartika, dengan penggambaran pesisiran Brasil
secara cukup akurat.
Dua abad kemudian, penemuan benua
Amerika diabadikan di dalam peta berwarna Piri Re’isi yang dibuat pada
tahun 1513, dan dipersembahkan kepada raja Ottoman Sultan Selim I tahun
1517.
Peta ini menunjukkan letak belahan bumi
bagian barat, Amerika Selatan dan bahkan benua Antartika, dengan
penggambaran pesisiran Brasil secara cukup akurat.
Columbus sendiri mengetahui bahwa
orang-orang Carib (Karibia) adalah pengikut Nabi Muhammad. Dia faham
bahwa orang-orang Islam telah berada di sana terutama orang-orang dari
Pantai Barat Afrika. Mereka mendiami Karibia, Amerika Utara dan Selatan.
Namun tidak seperti Columbus yang ingin menguasai dan memperbudak
rakyat Amerika. Orang-Orang Islam datang untuk berdagang dan bahkan
beberapa menikahi orang-orang pribumi.
Lebih lanjut Columbus mengakui pada 21
Oktober 1492, 70 tahun dalam pelayarannya antara Gibara dan Pantai Kuba
melihat sebuah masjid (berdiri di atas bukit dengan indahnya menurut
sumber tulisan lain). Sampai saat ini sisa-sisa reruntuhan masjid telah
ditemukan di Kuba, Mexico, Texas dan Nevada.
Namun, tidak seperti Columbus yang ingin menguasai dan memperbudak, bahkan membantai rakyat Amerika asli (baca : Kebohongan Amerika tentang Christopher Columbus), Orang-Orang Islam datang untuk berdagang dan bahkan beberapa diantaranya menikahi orang-orang pribumi.
Dan tahukah Anda? Bahwa 2 orang nahkoda
kapal yang dipimpin oleh Columbus, kapten kapal Pinta dan Nina adalah
orang-orang muslim, yaitu dua bersaudara Martin Alonso Pinzon dan
Vicente Yanex Pinzon yang masih keluarga dari Sultan Maroko Abuzayan
Muhammad III (1362). [THACHER, JOHN BOYD : Christopher Columbus, New
York 1950].
sumber