Wawancara Dana Revolusi
dengan Dr.Soebandriyo
oleh Linda Djalil
Linda Djalil: Bisa Anda jelaskan tentang dana revolusi yang diributkan orang?
Subandriyo: Saya
gembira diberi kesempatan memberi penjelasan tentang dana revolusi.
Hingga kini, orang memberi keterangan mengenai dana itu tanpa pengertian
sebenarnya. Pengumpulan dana revolusi diputuskan oleh Presiden Soekarno
dan Pemerintahan Djuanda.
Ketika itu keadaan keuangan negara
sangat sulit, dan anggaran belanja para menteri sangat terbatas. Jika
menteri kehabisan uang maka dibutuhkan tambahan anggaran belanja. Ini
makan waktu agak lama, sampai beberapa bulan.
Maka menteri
keuangan dipersilakan menyediakan dana revolusi dalam rupiah, dalam
jumlah terbatas. Keadaan keuangan negara waktu itu serba sulit, separuh
anggaran belanja negara dipakai untuk perjuangan merebut Irian Barat
kini Irian Jaya.
Para menteri yang sangat membutuhkan uang
mengajukan permintaan kepada menteri keuangan yang meneliti permintaan
itu. Jika menteri keuangan setuju, kemudian harus diajukan kepada
Djuanda untuk mendapat pengesahannya.
Setelah Bapak Djuanda meninggal, saya dan Chairul Saleh diberi tugas memberi keputusan terakhir tentang permintaan menteri.
Lalu?
Ya, kami berdua memberikan persetujuan. Misalnya untuk Menteri
Perindustrian Arumnanto. Jumlahnya Rp30 juta, atas rekomendasi menteri
keuangan.
Dana Revolusi itu sebenarnya disimpan di mana?
Dana
itu dihebohkan disimpan di luar negeri atas nama saya. Sebenarnya tak
begitu. Dana revolusi berwujud rupiah dan hanya disimpan di bank dalam
negeri, bukan di luar negeri.
Lalu Anda mengetahui adanya Dana Revolusi dari mana?
Semula
saya sendiri lupa, tak pernah memikirkan apakah ada uang sebanyak itu,
yang disebut dana revolusi itu. Tiba-tiba, kira-kira tahun 1980-an,
seorang Malaysia bernama Musa datang ke rumah menemui istri saya Dyan
(Sri Kusdyantina).
Saya sendiri sudah hidup di penjara. Musa mengaku baru tahu bahwa saya masih hidup setelah melihat foto kami.
Musa datang mengaku sebagai apa?
Sebagai
nasabah Union Bank of Swetzerland. Dia juga mengaku tahu persis bahwa
di bank Swiss itu ada deposito atas nama Dr Soebandrio sebanyak USD130
juta. Dia ceritakan kepada Dyan. Tapi saya menganggap keterangan itu
bohong dan sensasional.
Pemerintahan Soekarno sama sekali tak
mempunyai dana untuk disimpan di Swiss. Saya pesan kepada istri saya
untuk menjawab begitu kalau ditemui Musa. Sebab saya yakin, dana
revolusi itu tak mungkin ada.
Tapi kok akhirnya Anda percaya?
Begini
ya. Namanya orang di dalam bui, tak bisa apa-apa, tak bisa mengecek
langsung. Sementara itu, Musa tak putus asa dengan jawaban istri saya.
Dia berkali-kali berusaha menemui Dyan. Itu berlangsung selama kira-kira
satu tahun.
Bahkan, dia pernah datang membawa seorang Swiss
untuk membuktikan bahwa saya masih hidup, dan hukuman saya telah diubah
dari vonis mati menjadi hukuman seumur hidup. Musa terus membujuk.
Dia berkata, kalau saya sudah mati, dana itu akan menjadi milik Bank Swiss. Sayang sekali kalau tak segera diambil.
Apa upaya Musa selanjutnya?
Dia
mendesak istri saya agar membujuk saya untuk memberikan surat
keterangan bahwa deposito yang ada di Swiss memang atas nama saya.
Akhirnya saya bersedia memberi surat kuasa kepada Musa.
Isinya
minta keterangan tertulis kepada Union Bank of Switzerlan (UBS), apakah
benar deposito di bank tersebut memang atas nama saya. Jadi justru saya
yang meminta keterangan, bukan saya yang memberi keterangan. Saya juga
tak mengatakan ingin menagih.
Jawaban mereka?
Ha,ha,ha, sampai sekarang keluarga saya belum menerima surat jawaban
dari UBS. Jadi saya belum tahu apakah benar di sana ada deposito atas
nama saya.
Siapa lagi yang pernah menyebut soal dana revolusi itu kepada Anda?
Harry,
keponakan saya dari istri pertama, dan bapaknya Hoepoedio. Mereka
mengunjungi saya di penjara dan menganjurkan supaya dana di Swiss itu
diambil negara. Katanya, cukup dengan surat kuasa saja kepada Harry
untuk mengambil dana itu.
Tapi mengapa Anda diam-diam juga melakukan penyelidikan, tanpa melapor kepada pemerintah?
Saya
tidak diam-diam dan tak ada maksud jahat untuk membelakangi pemerintah.
Kalau Musa merasa yakin, ya silakan cari. Sebab saya sendiri belum
yakin betul dana itu ada. Jadi untuk apa diberitahukan kepada
pemerintah, kalau saya sendiri tak yakin. Iya kalau ada. Kalau tidak,
kan malu.
Kalau waktu itu memang ada, apakah Anda akan mengambil uang itu untuk pribadi?
Sejak
semula saya sudah niat, seandainya uang itu benar ada, akan saya
serahkan kepada negara. Saya sadar, itu bukan hak saya. Tak ada uang
pribadi saya sebanyak itu di luar negeri. Tak tebersit sedikit pun
mengambil uang orang lain.
Saya narapidana yang ingin bertobat dan hanya kepada Allah SWT hidup ini saya pasrahkan.
Tapi nyatanya Anda toh memberi kuasa kepada Musa untuk mencairkan uang USD35 juta?
Itu
salah. Bukan USD35 juta, melainkan USD35 ribu. Dan itu bukan uang dana
revolusi. Itu uang dari rekening pribadi saya sendiri, uang yang saya
miliki di Swiss. Jumlahnya USD35 ribu. Itu kan kecil.
Sengaja
saya suruh Musa mengurusnya, sekalian untuk mengetes dia, apa benar dia
bisa. Ternyata uang itu pun tak bisa diambil. Sekali lagi, saya tak
mengutak-utik dana revolusi. Uang USD35 ribu itu uang saya pribadi.
Kabarnya
tanggal 27 Februari 1992 Anda memberi cek senilai USD1 juta kepada Musa
untuk dicairkan di UBS. Anda juga meminta Musa untuk mentransfer uang
tersebut ke rekening Kusdyantinah di First National City Bank di Jalan
Thamrin, Jakarta. Benar begitu?
Itu betul. Tapi cek itu juga tak berhasil dicairkan.
Dalam riuh Dana Revolusi ini muncul nama Nicholas James Constantine? Siapa dia?
Saya
menerima surat dari ahli hukum Swiss, ya itulah orangnya. Dia
mengatakan, saya punya deposito di UBS sebesar USD 130 juta. Deposito
itu bisa diambil melalui sindikat Swiss, yaitu organisasi perbankan di
Swiss.
Bantuan sindikat ini harus dibayar dengan imbalan 40%
dari jumlah deposito. Syarat lain, saya harus dalam keadaan bebas dan
harus datang sendiri ke Union Bank of Switzerland di Jenewa.
Anda bertemu sendiri dengan orang itu?
Tidak. Istri saya yang bertemu dengannya. Tapi saya meminta Dyan
untuk menghindarinya. Sebab sejak kejadian Musa dulu, saya sudah tak mau
lagi mengurus uang yang disebut sebagai dana revolusi itu.
Saya
menganjurkan agar istri saya tak lagi menggubris berita sensasional
itu. Oleh sebab itu, Constantine berupaya datang terus ke Jalan Imam
Bonjol, tapi istri saya tak mau menemuinya.
Bagaimana akhirnya bisa bertemu dengan Constantine?
Istri
saya pernah diundang menghadiri acara pengajian di rumah Ibu Nelli Adam
Malik. Ya, istri saya datang. Tahu-tahu di sana sudah ada Constantine
yang sengaja menunggu. Ibu Nelly sekonyong-konyong mempertemukan istri
saya.
Tentu saja istri saya sangat kaget. Di situlah Constantine
mulai menjelaskan kembali deposito atas nama saya di Union Bank of
Switzerland. Constantine meminta Dyan membujuk saya untuk mencairkannya.
Constantine bilang, sayang sekali kalau deposto itu tak diambil
dan akan jatuh ke tangan bank itu. Bahkan Ibu Nelly ikut mempengaruhi.
Kepada istri saya, dia berkata, dosa lho kalau uang negara itu
didiamkan. Istri saya jadi bingung.
Apakah Constantine minta imbalan?
Tentu
saja. Kepada istri saya, dia mengatakan bisa mengurus dana revolusi
asalkan diberi 40% dari hasil deposito yang bisa dicairkan.
Tanggal
13 Februari 1986 Anda menulis surat kepada Presiden Soeharto,
memberitahukan tentang adanya dana revolusi itu. Artinya Anda mengakui
bahwa uang itu ada?
Saya serba salah. Tidak melapor, nanti salah.
Diam, salah. Akhirnya saya pikir melapor saja. Saya tulis surat ke
Presiden. Dalam surat itu pun saya mengatakan, sebagai warna negara yang
setia, saya ingin menyerahkan uang itu kepada pemerintah RI.
Dalam
surat kepada Pak Harto, Anda merinci jumlah dana di Union Bank of
Switzerland sebesar USD450 juta. Di Barcley Bank Inggris ada emas
senilai 125 juta poundsterling. Bukankah itu berarti Anda tahu persis
keberadaan dana itu?
Itulah kesalahan saya. Saya dan keluarga
saya begitu dipengaruhi orang luar. Dari tak percaya, sampai akhirnya
percaya. Mengapa saya menyebut angkanya kepada Pak Harto, itu karena
saya bingung.
Banyak orang memberikan data itu berikut
menyebutkan tempat penyimpanannya. Mereka juga berkata, kalau saya tak
mengaku akan berdosa, yang akibatnya bisa fatal. Saya sebetulnya bukan
tak mau mengaku. Tapi saya memang sanksi barang itu ada.
Surat itu Anda tulis sesudah atau sebelum dihubungi oleh Constantine?
Sesudah.
Anda pernah menyebut soal barter kebebasan dengan Dana Revolusi?
Sama sekali tidak. Itu fitnah belaka. Sebab sejak semula saya sudah
menganggap, uang itu kalau memang ada, bukan milik saya, bukan hak saya.
Anda memakai pengacara Amin Arjoso?
Arjoso
semula teman akrab Harry Hupudio–kemenakan saya. Setelah saya ditanya
macam-macam tentang dana revolusi, Amin yakin betul uang itu ada. Mereka
minta surat kuasa dari saya dan mengatakan sanggup mengambil uang itu
asalkan dibayar 40%.
Mereka berjanji, istri saya akan diberi 10% dari deposito itu. Permintaan mereka tak saya layani.
Hubungan Anda dengan Suhardiman?
Ketika
saya menjadi Menteri Luar Negeri, dia sering datang ke rumah saya untuk
beramah-tamah. Pernah pula dia minta bantuan untuk organisasi buruh
SOKSI.
Saya pun membantu. Ketika dana revolusi diramaikan, dia
mengatakan agar dana itu segera diambil dan diserahkan kepada
pemerintah. Saya tak patut meminta komisi. Rupanya Suhardiman belum
tahu, bahwa jauh sebelumnya saya sudah menulis surat kepada Presiden.
Baru belakangan dia tahu.
Masih berhubungan dengan Musa ataupun Constantine?
Sama
sekali tidak. Dan belum pernah sepotong surat pun yang mereka bawa dari
UBS. Sampai sekarang mereka ternyata tak bisa membuktikan bahwa saya
memiliki deposito di UBS. Jadi tak benar ada dana revolusi atas nama
saya.
sumber http://lindadjalil.com/2013/10/wawancara-soebandrio-tentang-dana-revolusi/
Tuesday, December 29, 2015
Saturday, December 12, 2015
Konspirasi Freeport
Konspirasi Hebat CIA dan Freeport
Pada sekitar tahun 1961, Presiden
Soekarno gencar merevisi kontrak pengelolaan minyak dan tambang-tambang
asing di Indonesia. Minimal sebanyak 60 persen dari keuntungan
perusahaan minyak asing harus menjadi jatah rakyat Indonesia. Namun
kebanyakan dari mereka, gerah dengan peraturan itu. Akibatnya, skenario
jahat para elite dunia akhirnya mulai direncanakan terhadap negeri
tercinta, Indonesia.
Saat itu di Kuba, Fidel Castro berhasil menghancurkan rezim diktator Batista. Oleh Castro, seluruh perusahaan asing di negeri itu dinasionalisasikan. Freeport Sulphur yang baru saja hendak melakukan pengapalan nikel produksi perdananya dari Kuba, akhirnya terkena imbasnya. Maka terjadi ketegangan di Kuba. Menurut Lisa Pease, berkali-kali CEO Freeport Sulphur merencanakan upaya pembunuhan terhadap Fidel Castro, namun berkali-kali pula menemui kegagalan. Ditengah situasi yang penuh ketidakpastian, pada Agustus 1959, Forbes Wilson yang menjabat sebagai Direktur Freeport Sulphur melakukan pertemuan dengan Direktur pelaksana East Borneo Company, Jan van Gruisen. Dalam pertemuan itu Gruisen bercerita jika dirinya menemukan sebuah laporan penelitian atas Gunung Ersberg (Gunung Tembaga) di Irian Barat yang ditulis Jean Jacques Dozy di tahun 1936.
Uniknya, laporan itu sebenarnya sudah dianggap tidak berguna dan tersimpan selama bertahun-tahun begitu saja di perpustakaan Belanda. Namun, Van Gruisen tertarik dengan laporan penelitian yang sudah berdebu itu dan kemudian membacanya. Dengan berapi-api, Van Gruisen bercerita kepada pemimpin Freeport Sulphur itu jika selain memaparkan tentang keindahan alamnya, Jean Jaques Dozy juga menulis tentang kekayaan alamnya yang begitu melimpah. Tidak seperti wilayah lainnya diseluruh dunia, maka kandungan biji tembaga yang ada disekujur tubuh Gunung Ersberg itu terhampar di atas permukaan tanah, jadi tidak tersembunyi di dalam tanah. Mendengar hal itu, Wilson sangat antusias dan segera melakukan perjalanan ke Irian Barat untuk mengecek kebenaran cerita itu. Di dalam benaknya, jika kisah laporan ini benar, maka perusahaannya akan bisa bangkit kembali dan selamat dari kebangkrutan yang sudah di depan mata. Selama beberapa bulan, Forbes Wilson melakukan survey dengan seksama atas Gunung Ersberg dan juga wilayah sekitarnya. Penelitiannya ini kelak ditulisnya dalam sebuah buku berjudul The Conquest of Cooper Mountain.
Wilson menyebut gunung tersebut sebagai harta karun terbesar, yang untuk memperolehnya tidak perlu menyelam lagi karena semua harta karun itu telah terhampar di permukaan tanah. Dari udara, tanah disekujur gunung tersebut berkilauan ditimpa sinar matahari. Wilson juga mendapatkan temuan yang nyaris membuatnya gila. Karena selain dipenuhi bijih tembaga, gunung tersebut ternyata juga dipenuhi bijih emas dan perak!! Menurut Wilson, seharusnya gunung tersebut diberi nama GOLD MOUNTAIN, bukan Gunung Tembaga. Sebagai seorang pakar pertambangan, Wilson memperkirakan jika Freeport akan untung besar, hanya dalam waktu tiga tahun pasti sudah kembali modal. Pimpinan Freeport Sulphur ini pun bergerak dengan cepat. Pada 1 Februari 1960, Freeport Sulphur meneken kerjasama dengan East Borneo Company untuk mengeksplorasi gunung tersebut.
Forbes Wilson bersama anggota geologist Freeport di Erstberg 1967
Namun lagi-lagi Freeport Sulphur mengalami kenyataan yang hampir sama
dengan yang pernah dialaminya di Kuba. Perubahan eskalasi politik atas
tanah Irian Barat tengah mengancam. Hubungan Indonesia dan Belanda telah
memanas dan Soekarno malah mulai menerjunkan pasukannya di Irian Barat.
Tadinya Wilson ingin meminta bantuan kepada Presiden AS John Fitzgerald Kennedy
(JFK) agar mendinginkan Irian Barat. Namun ironisnya, JFK malah
sepertinya mendukung Soekarno. Kennedy mengancam Belanda, akan
menghentikan bantuan Marshall Plan jika ngotot mempertahankan
Irian Barat. Belanda yang saat itu memerlukan bantuan dana segar untuk
membangun kembali negerinya dari puing-puing kehancuran akibat Perang
Dunia II, terpaksa mengalah dan mundur dari Irian Barat.
Soekarno dan JF Kennedy
Ketika itu sepertinya Belanda tidak tahu jika Gunung Ersberg
sesungguhnya mengandung banyak emas, bukan tembaga. Sebab jika saja
Belanda mengetahui fakta sesungguhnya, maka nilai bantuan Marshall Plan
yang diterimanya dari AS tidak ada apa-apanya dibandingkan dengan nilai
emas yang ada di gunung tersebut. Dampak dari sikap Belanda untuk
mundur dari Irian Barat menyebabkan perjanjian kerjasama dengan East Borneo Company mentah kembali. Para pemimpin Freeport jelas marah besar.
Presiden AS, John F Kennedy ditembak saat bersama istrinya di mobil kab terbuka pada 22 November 1963.
Apalagi mendengar Kennedy akan menyiapkan paket bantuan ekonomi
kepada Indonesia sebesar 11 juta AS dengan melibatkan IMF dan Bank
Dunia. Semua ini jelas harus dihentikan! Segalanya berubah seratus
delapan puluh derajat ketika Presiden Kennedy tewas ditembak pada 22
November 1963. Banyak kalangan menyatakan penembakan Kennedy merupakan
sebuah konspirasi besar menyangkut kepentingan kaum Globalis yang hendak
mempertahankan hegemoninya atas kebijakan politik di Amerika. Presiden
Johnson yang menggantikan Kennedy mengambil sikap yang bertolak belakang
dengan pendahulunya. Johnson malah mengurangi bantuan ekonomi kepada
Indonesia, kecuali kepada militernya.
Presiden
Sukarno pada lawatan kenegaraannya ke Amerika Serikat sedang memeriksa
barisan tentara kehormatan Amerika setelah turun dari pesawat didampingi
presiden AS, John F Kennedy
Salah seorang tokoh di belakang keberhasilan Johnson, termasuk dalam kampanye pemilihan presiden AS tahun 1964, adalah Augustus C.Long,
salah seorang anggota dewan direksi Freeport. Tokoh yang satu ini
memang punya kepentingan besar atas Indonesia. Selain kaitannya dengan
Freeport, Long juga memimpin Texaco, yang membawahi Caltex (patungan
dengan Standard Oil of California). Soekarno pada tahun 1961
memutuskan kebijakan baru kontrak perminyakan yang mengharuskan 60
persen labanya diserahkan kepada pemerintah Indonesia. Caltex sebagai
salah satu dari tiga operator perminyakan di Indonesia jelas sangat
terpukul oleh kebijakan Soekarno ini.Augustus C.Long, salah seorang anggota dewan direksi Freeport dan pemimpin Texaco, yang membawahi Caltex, ia juga chairman Presbyterian Hospital Board dan Penasehat CIA di kepresidenan AS untuk masalah luar negeri..
Pengamat sejarawan LIPI, Dr Asvi Marwan Adam
“Soeharto sangat berani saat itu, Bung Karno juga tidak pernah memerintahkan seperti itu,” kata Asvi.
Sebelum tahun 1965, seorang taipan dari Amerika Serikat menemui
Soekarno. Pengusaha itu menyatakan keinginannya berinvestasi di Papua.
Namun Soekarno menolak secara halus. “Saya sepakat dan itu tawaran menarik. Tapi tidak untuk saat ini, coba tawarkan kepada generasi setelah saya,”
ujar Asvi menirukan jawaban Soekarno. Soekarno berencana modal asing
baru masuk Indonesia 20 tahun lagi, setelah putra-putri Indonesia siap
mengelola. Dia tidak mau perusahaan luar negeri masuk, sedangkan orang
Indonesia masih memiliki pengetahuan nol tentang alam mereka sendiri.
Oleh karenanya sebagai persiapan, Soekarno mengirim banyak mahasiswa
belajar ke negara-negara lain.Soeharto, sebagai komandan Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (ABRI) disaat memimpin pasukan untuk memerangi G-30/S-PKI
Soeharto diberikan mandat dengan dikeluarkannya Supersemar untuk mengatasi keadan oleh Presiden Soekarno
Setelah pecahnya peristiwa Gerakan 30 September 1965, keadaan negara
Indonesia berubah total. Terjadi kudeta yang telah direncanakan dengan
“memelintir dan mengubah” isi Surat Perintah 11 Maret (Supersemar) 1966,
yang pada akhirnya isi dari surat perintah itu disalahartikan. Dalam
Supersemar, Sukarno sebenarnya hanya memberi mandat untuk mengatasi
keadaan negara yang kacau-balau kepada Suharto, bukan justru
menjadikannya menjadi seorang presiden. Dalam artikel berjudul JFK, Indonesia, CIA, and Freeport
yang diterbitkan majalah Probe edisi Maret-April 1996, Lisa Pease
menulis bahwa akhirnya pada awal November 1965, satu bulan setelah
tragedi terbunuhnya sejumlah perwira loyalis Soekarno (yang dikenal juga
sebagai 7 dewan Jenderal yang dibunuh PKI), Forbes Wilson mendapat
telpon dari Ketua Dewan Direktur Freeport, Langbourne Williams, yang menanyakan, “Apakah Freeport sudah siap untuk mengekplorasi gunung emas di Irian Barat?”Forbes Wilson jelas kaget. Dengan jawaban dan sikap tegas Sukarno yang juga sudah tersebar di dalam dunia para elite-elite dan kartel-kartel pertambangan dan minyak dunia, Wilson tidak percaya mendengar pertanyaan itu. Dia berpikir Freeport masih akan sulit mendapatkan izin karena Soekarno masih berkuasa. Ketika itu Soekarno masih sah sebagai presiden Indonesia bahkan hingga 1967, lalu darimana Williams yakin gunung emas di Irian Barat akan jatuh ke tangan Freeport? Lisa Pease mendapatkan jawabannya. Para petinggi Freeport ternyata sudah mempunyai kontak dengan tokoh penting di dalam lingkaran elit Indonesia. Oleh karenanya, usaha Freeport untuk masuk ke Indonesia akan semakin mudah.
Julius Tahija, penghubung antara Ibnu Soetowo dengan Freeport.
Beberapa elit Indonesia yang dimaksud pada era itu diantaranya adalah Menteri Pertambangan dan Perminyakan pada saat itu Ibnu Soetowo
. Namun pada saat penandatanganan kontrak dengan Freeport, juga
dilakukan oleh menteri Pertambangan Indonesia selanjutnya yaitu Ir. Slamet Bratanata. Selain itu juga ada seorang bisnisman sekaligus “makelar” untuk perusahaan-perusahaan asing yaitu Julius Tahija.
Julius Tahija berperan sebagai penghubung antara Ibnu Soetowo dengan
Freeport. Dalam bisnis ia menjadi pelopor dalam keterlibatan pengusaha
lokal dalam perusahaan multinasional lainnya, antara lain terlibat dalam
PT Faroka, PT Procter & Gambler (Inggris), PT Filma, PT Samudera
Indonesia, Bank Niaga, termasuk Freeport Indonesia. Sedangkan Ibnu
Soetowo sendiri sangat berpengaruh di dalam angkatan darat, karena
dialah yang menutup seluruh anggaran operasional mereka. Sebagai bukti
adalah dilakukannya pengesahan Undang-undang Penanaman Modal Asing (PMA)
pada 1967 yaitu UU no 1/1967 tentang Penanaman Modal Asing (PMA) yang
draftnya dirancang di Jenewa-Swiss yang didektekan oleh Rockefeller
seorang Bilderberger dan disahkan tahun 1967. Maka, Freeport menjadi perusahaan asing pertama yang kontraknya ditandatangani Soeharto.
Bukan saja menjadi lembek, bahkan sejak detik itu, akhirnya Indonesia
menjadi negara yang sangat tergantung terhadap Amerika, hingga kini, dan
mungkin untuk selamanya. Bahkan beberapa bulan sebelumnya yaitu pada 28
Februari 1967 secara resmi pabrik BATA yang terletak di Ibukota
Indonesia (Kalibata) juga diserahkan kembali oleh Pemerintah Indonesia
kepada pemiliknya. Penandatanganan perjanjian pengembalian pabrik Bata
dilakukan pada bulan sesudahnya, yaitu tanggal 3 Maret 1967.
Keterangan gambar diatas: Penandatanganan
perjanjian pengembalian kembali pabrik Bata pada tanggal 3 Maret 1967.
Sumber foto: The Netherlands National News Agency (ANP) (klik untuk
memperbesar) Padahal pada masa sebelumnya sejak tahun 1965 pabrik Bata ini telah dikuasai pemerintah. Jadi untuk apa dilakukan pengembalian kembali? Dibayar berapa hak untuk mendapatkan atau memiliki pabrik Bata itu kembali? Kemana uang itu? Jika saja ini terjadi pada masa sekarang, pasti sudah heboh akibat pemberitaan tentang hal ini. Namun ini baru langkah-langkah awal dan masih merupakan sesuatu yang kecil dari sepak terjang Suharto yang masih akan menguasai Indonesia untuk puluhan tahun mendatang yang kini diusulkan oleh segelintir orang agar ia mendapatkan gelar sebagai Pahlawan Nasional. Penandatangan penyerahan kembali pabrik Bata dilakukan oleh Drs. Barli Halim, pihak Indonesia dan Mr. Bata ESG Bach. Masih ditahun yang sama 1967, perjanjian pertama antara Indonesia dan Freeport untuk mengeksploitasi tambang di Irian Jaya juga dilakukan, tepatnya pada tanggal 7 April perjanjian itu ditandatangani.
Keterangan gambar diatas: Penandatanganan Kontrak Freeport di Jakarta Indonesia, 1967. Sumber foto: The Netherlands National News Agency (ANP) (klik untuk memperbesar)
Akhirnya, perusahaan Freeport Sulphur of Delaware, AS pada Jumat 7 April 1967 menandatangani kontrak kerja dengan pemerintah Indonesia untuk penambangan tembaga di Papua Barat. Freeport diperkirakan menginvestasikan 75 hingga 100 juta dolar AS. Penandatanganan bertempat di Departemen Pertambangan, dengan Pemerintah Indonesia diwakili oleh Menteri Pertambangan Ir. Slamet Bratanata dan Freeport oleh Robert C. Hills (Presiden Freeport Shulpur) dan Forbes K. Wilson (Presiden Freeport Indonesia), anak perusahan yang dibuat untuk kepentingan ini. Disaksikan pula oleh Duta Besar Amerika Serikat untuk Indonesia, Marshall Green.
Freeport
mendapat hak konsensi lahan penambangan seluas 10.908 hektar untuk
kontrak selama 30 tahun terhitung sejak kegiatan komersial pertama
dilakukan. Pada Desember 1972 pengapalan 10.000 ton tembaga pertama kali
dilakukan dengan tujuan Jepang.
Dari penandatanganan kontrak inilah yang kemudian menjadi dasar
penyusunan Undang-Undang Pertambangan No. 11 Tahun 1967 yang disahkan
pada Desember 1967. Inilah kali pertama kontrak pertambangan yang baru
dibuat. Jika di zaman Soekarno kontrak-kontrak dengan perusahaan asing
selalu menguntungkan Indonesia, maka sejak Suharto berkuasa,
kontrak-kontrak seperti itu malah merugikan Indonesia. Setelah itu juga
ikut ditandatangani kontrak eksplorasi nikel di pulau Irian Barat dan di
area Waigee Sentani oleh PT Pacific Nickel Indonesia dan Kementerian Pertambangan Republik Indonesia.Keterangan gambar diatas: Penandatanganan Kontrak Nikel Irian oleh Pacific Nickel Indonesia, 19 Februari 1969. Sumber foto: The Netherlands National News Agency (ANP) (klik untuk memperbesar) Perjanjian dilakukan oleh E. OF Veelen (Koninklijke Hoogovens), Soemantri Brodjonegoro (yaitu Menteri Pertambangan RI selanjutnya yang menggantikan Ir. Slamet Bratanata) dan RD Ryan (U.S. Steel). Pacific Nickel Indonesia adalah perusahaan yang didirikan oleh Dutch Koninklijke Hoogovens, Wm. H. MÃœLLER, US Steel, Lawsont Mining dan Sherritt Gordon Mines Ltd. Namun menurut penulis, perjanjian-perjanjian pertambangan di Indonesia banyak keganjilan. Contohnya seperti tiga perjanjian diatas saja dulu dari puluhan atau mungkin ratusan perjanjian dibidang pertambangan. Terlihat dari ketiga perjanjian diatas sangat meragukan kebenarannya. Pertama, perjanjian pengembalian pabrik Bata, mengapa dikembalikan? apakah rakyat Indonesia tak bisa membuat seperangkat sendal atau sepatu? sangat jelas ada konspirasi busuk yang telah dimainkan disini.
Kedua, perjanjian penambangan tembaga oleh Freeport, apakah mereka benar-benar menambang tembaga?
Saya sangat yakin mereka menambang emas, namun diperjanjiannya
tertulis menambang tembaga. Tapi karena pada masa itu tak ada media,
bagaimana jika semua ahli geologi Indonesia dan para pejabat yang
terkait di dalamnya diberi setumpuk uang? Walau tak selalu, tapi didalam
pertambangan tembaga kadang memang ada unsur emasnya.
Perjanjian
ketiga adalah perjanjian penambangan nikel oleh Pasific Nickel, untuk
kedua kalinya, apakah mereka benar-benar menambang nikel?
Saya sangat yakin mereka menambang perak, namun diperjanjiannya
tertulis menambang nikel. Begitulah seterusnya, semua
perjanjian-perjanjian pengeksplotasian tambang-tambang di bumi Indonesia
dilakukan secara tak wajar, tak adil dan terus-menerus serta
perjanjian-perjanjian tersebut akan berlaku selama puluhan bahkan
ratusan tahun kedepan. Kekayaan alam Indonesia pun digadaikan, kekayaan
Indonesia pun terjual, dirampok, dibawa kabur kenegara-negara
pro-zionis, itupun tanpa menyejahterakan rakyat Indonesia selama puluhan
tahun. “Saya melihat seperti balas budi Indonesia ke Amerika Serikat
karena telah membantu menghancurkan komunis, yang konon bantuannya itu
dengan senjata,” tutur pengamat sejarawan dari Lembaga Ilmu Pengetahuan
Indonesia (LIPI), Dr Asvi Marwan Adam.Untuk membangun konstruksi pertambangan emasnya itu, Freeport mengandeng Bechtel, perusahaan AS yang banyak mempekerjakan pentolan CIA. Direktur CIA John McCone memiliki saham di Bechtel, sedangkan mantan Direktur CIA Richards Helms bekerja sebagai konsultan internasional di tahun 1978. Tahun 1980, Freeport menggandeng McMoran milik Jim Bob Moffet dan menjadi perusahaan raksasa dunia dengan laba lebih dari 1,5 miliar dollar AS pertahun. Tahun 1996, seorang eksekutif Freeport-McMoran, George A.Maley, menulis sebuah buku berjudul “Grasberg” setebal 384 halaman dan memaparkan jika tambang emas di Irian Barat itu memiliki deposit terbesar di dunia, sedangkan untuk bijih tembaganya menempati urutan ketiga terbesar didunia.
Maley
menulis, data tahun 1995 menunjukkan jika di areal ini tersimpan
cadangan bijih tembaga sebesar 40,3 miliar dollar AS dan masih akan
menguntungkan untuk 45 tahun ke depan.
Ironisnya, Maley dengan bangga juga menulis jika biaya produksi
tambang emas dan tembaga terbesar di dunia yang ada di Irian Barat itu
merupakan yang termurah di dunia!!
Istilah
Kota Tembagapura itu sebenarnya menyesatkan dan salah. Seharusnya
EMASPURA. Karena gunung tersebut memang gunung emas, walau juga
mengandung tembaga. Karena kandungan emas dan tembaga terserak di
permukaan tanah, maka Freeport tinggal memungutinya dan kemudian baru
menggalinya dengan sangat mudah.
Freeport sama sekali tidak mau kehilangan emasnya itu dan membangun pipa-pipa raksasa dan kuat dari Tambang Grasberg (Grasberg Mine)
atau Tembagapura sepanjang 100 kilometer langsung menuju ke Laut
Arafuru dimana telah menunggu kapal-kapal besar yang akan mengangkut
emas dan tembaga itu ke Amerika.
Ini sungguh-sungguh perampokan besar yang direstui oleh pemerintah
Indonesia sampai sekarang!! Seharusnya patut dipertanyakan, mengapa kota
itu bernama Tembagapura? Apakah pada awalnya pihak Indonesia sudah
“dibohongi” tentang isi perjanjian penambangan dan hanya ditemukan untuk
mengeksploitasi tembaga saja? Jika iya, perjanjian penambangan harus
direvisi ulang karena mengingat perjanjian pertambangan biasanya berlaku
untuk puluhan tahun kedepan! Menurut kesaksian seorang reporter CNN
yang diizinkan meliput areal tambang emas Freeport dari udara. Dengan
helikopter ia meliput gunung emas tersebut yang ditahun 1990-an sudah
berubah menjadi lembah yang dalam. Semua emas, perak, dan tembaga yang
ada digunung tersebut telah dibawa kabur ke Amerika, meninggalkan limbah
beracun yang mencemari sungai-sungai dan tanah-tanah orang Papua hingga
ratusan tahun kedepan. Freeport juga merupakan ladang uang haram bagi
para pejabat negeri ini di era Suharto, dari sipil hingga militer. Sejak
1967 sampai sekarang, tambang emas terbesar di dunia itu menjadi
tambang pribadi mereka untuk memperkaya diri sendiri dan keluarganya.
Freeport McMoran sendiri telah menganggarkan dana untuk itu yang walau
jumlahnya sangat besar bagi kita, namun bagi mereka terbilang kecil
karena jumlah laba dari tambang itu memang sangat dahsyat. Jika
Indonesia mau mandiri, sektor inilah yang harus dibereskan terlebih
dahulu.Karena, jika presiden Indonesia siapapun dia, mulai berani mengutak-atik tambang-tambang para elite dunia, maka mereka akan menggunakan seluruh kekuatan politik dengan media dan militernya yang sangat kuatnya di dunia, dengan cara menggoyang kekuasaan presiden Indonesia.
Sejarah Freeport
Sejarah Freeport:
gunung emas yang dirampok secara terbuka
Ada perbedaan sangat besar terkait pengelolaan kekayaan alam Indonesia di zaman Soekarno dengan zaman Harto dan para pewarisnya. Soekarno bersikap, “Biarkan kekayaan alam kita, hingga insinyur-insinyur Indonesia mampu mengolahnya sendiri.” Sedangkan Harto dan para pewarisnya hingga sekarang bersikap, “Biarkan kekayaan alam kita dijarah oleh orang-orang asing, silakan Mister…”
Merupakan fakta sejarah jika di awal kekuasaan Harto, kekayaan alam Indonesia yang melimpah-ruah digadaikan kepada blok imperialisme Barat yang dipimpin Amerika Serikat. Sebelumnya Harto dan Washington agaknya telah memiliki “MOU” bahwa jika Soekarno berhasil dikudeta maka Harto yang menggantikannya akan “membalas budi” kepada Washington berupa penyerahan negara dan bangsa ini tanpa syarat agar bisa dieksploitasi sepuasnya oleh para tuan bule di Washington.
Tragedi pertemuan Mafia Berkeley dengan Rockefeller dan kawan-kawannya di Jenewa-Swiss di bulan November 1967 menjadi bukti tak terbantahkan tentang permufakatan iblis tersebut. Di saat itulah, rezim Jenderal Harto mencabut kemerdekaan negeri ini dan menjadikan Indonesia kembali sebagai negeri terjajah. Ironisnya, penjajahan asing atas Indonesia diteruskan oleh semua pewarisnya termasuk rezim yang tengah berkuasa hari ini yang ternyata “jauh lebih edan” ketimbang Jenderal Harto dulu.
Tambang Freeport
Sampai sekarang, hampir semua cabang produksi yang amat vital bagi negara dan bangsa ini telah dikuasai asing. Banyak buku yang telah memaparkan dengan jujur kenyataan menyedihkan ini. Beberapa di anaranya adalah buku berjudul “Di Bawah Cengkeraman Asing: Membongkar Akar Persoalannya dan Tawaran Revolusi untuk Menjadi Tuan di Negeri Sendiri” (Wawan Tunggul Alam: 2009), dan “Agenda Mendesak Bangsa: Selamatkan Indonesia!” (Amien Rais, 2008). Dengan bahasa jurnalisme yang sangat mengalir namun amat kaya data, Wawan memaparkan dengan lugas hampir seluruh fakta yang patut diketahui generasi muda bangsa ini, agar kita bisa sadar sesadar-sadarnya jika Indonesia itu, negeri kita ini, sekarang masih merupakan negeri terjajah!
Dan untuk buku yang kedua yang ditulis oleh Amien Rais, isinya benar-benar bagus dan sangat anti dengan neo-liberal. Namun dalam faktanya sangat ironis, karena entah dengan alasan apa, Amien Rais sekarang malah jelas-jelas menjadi bagian dari kelompok NeoLib dengan berterus-terang menyatakan dukungannya pada rezim yang berkuasa sekarang. Disadari atau tidak, dia sekarang telah menjadi part of problem bagi bangsa ini dan menjadi salah satu penghalang bagi gerakan pemerdekaan negeri ini dari cengkeraman imperialisme asing.
Jika Imperialisme dan Kolonialisme Kuno (Spanyol, Portugis, VOC, Fasis Jepang, dan NICA) menggunakan senjata api untuk menjajah suatu negeri, maka sekarang, Imperialisme dan Kolonialisme Modern (Neo Kolonialisme dan Neo Imperialisme, Nekolim) lebih pintar dengan tidak lagi memakai senjata api namun mempergunakan kekuatan uang (baca: kekuatan utang).
JFK, CIA, dan Freeport
Di atas telah disebutkan, hanya beberapa bulan setelah secara de-facto berkuasa, Jenderal Harto menggadaikan nyaris seluruh kekayaan alam negeri ini kepada blok imperialisme asing. Salah satu cerita yang paling menyedihkan adalah tentang gunung emas di Papua Barat. Gunung emas yang sekarang secara salah kaprah disebut sebagai Tembagapura, merupakan sebuah gunung dimana cadangan tembaga dan emas berada di atas tanahnya, tersebar dan siap dipungut dalam radius yang amat luas.
Lisa Pease menulis artikel berjudul “JFK, Indonesia, CIA, and Freeport” dan dimuat dalam majalah Probe. Tulisan bagus ini disimpan di dalam National Archive di Washington DC. Dalam artikelnya, Lisa Pease menulis jika dominasi Freeport atas gunung emas di Papua dimulai sejak tahun 1967, namun kiprahnya di Indonesia sudah dimulai beberapa tahun sebelumnya. Freeport Sulphur, demikian nama perusahaan itu awalnya, nyaris bangkrut berkeping-keping ketika terjadi pergantian kekuasaan di Kuba tahun 1959. Saat itu Fidel Castro berhasil menghancurkan rezim diktator Batista. Oleh Castro, seluruh perusahaan asing di negeri itu dinasionalisasikan. Freeport Sulphur yang baru saja hendak melakukan pengapalan nikel produksi perdananya terkena imbasnya. Ketegangan terjadi. Menurut Lisa Pease, berkali-kali CEO Freeport Sulphur merencanakan upaya pembunuhan terhadap Castro, namun berkali-kali pula menemui kegagalan.
Di tengah situasi yang penuh ketidakpastian, pada Agustus 1959, Forbes Wilson yang menjabat sebagai Direktur Freeport Sulphur melakukan pertemuan dengan Direktur Pelaksana East Borneo Company, Jan van Gruisen. Dalam pertemuan itu Gruisen bercerita jika dirinya menemukan sebuah laporan penelitian atas Gunung Ersberg (Gunung Tembaga) di Irian Barat yang ditulis Jean Jaques Dozy di tahun 1936. Uniknya, laporan itu sebenarnya sudah dianggap tidak berguna dan tersimpan selama bertahun-tahun begitu saja di Perpusatakaan Belanda. Van Gruisen tertarik dengan laporan penelitian yang sudah berdebu itu dan membacanya.
Dengan berapi-api, Van Gruisen bercerita kepada pimpinan Freeport Sulphur itu jika selain memaparkan tentang keindahan alamnya, Jean Jaques Dozy juga menulis tentang kekayaan alamnya yang begitu melimpah. Tidak seperti wilayah lainnya di seluruh dunia, maka kandungan biji tembaga yang ada di sekujur Gunung Ersberg itu terhampar di atas permukaan tanah, jadi tidak tersembunyi di dalam tanah. Mendengar hal itu, Wilson sangat antusias dan segera melakukan perjalanan ke Irian Barat untuk mengecek kebenaran cerita itu. Di dalam benaknya, jika kisah laporan ini benar, maka perusahaannya akan bisa bangkit kembali dan selamat dari kebangkrutan yang sudah di depan mata.
Selama beberapa bulan, Forbes Wilson melakukan survei dengan seksama atas Gunung Ersberg dan juga wilayah sekitarnya. Penelitiannya ini kelak ditulisnya dalam sebuah buku berjudul The Conquest of Cooper Mountain. Wilson menyebut gunung tersebut sebagai harta karun terbesar yang untuk memperolehnya tidak perlu menyelam lagi karena semua harta karun itu telah terhampar di permukaan tanah. Dari udara, tanah di sekujur gunung tersebut berkilauan ditimpa sinar matahari.
Wilson juga mendapatkan temuan yang nyaris membuatnya gila. Karena selain dipenuhi bijih tembaga, gunung tersebut ternyata juga dipenuhi bijih emas dan perak! Menurut Wilson, seharusnya gunung tersebut diberi nama Gold Mountain, bukan Gunung Tembaga. Sebagai seorang pakar pertambangan, Wilson memperkirakan jika Freeport akan untung besar dan dalam waktu tiga tahun sudah kembali modal. Piminan Freeport Sulphur ini pun bergerak dengan cepat. Pada 1 Februari 1960, Freeport Sulphur menekan kerjasama dengan East Borneo Company untuk mengeksplorasi gunung tersebut.
Namun lagi-lagi Freeport Sulphur mengalami kenyataan yang hampir sama dengan yang pernah dialaminya di Kuba. Perubahan eskalasi politik atas tanah Irian Barat tengah mengancam. Hubungan Indonesia dan Belanda telah memanas dan Soekarno malah mulai menerjunkan pasukannya di Irian Barat.
Tadinya Wilson ingin meminta bantuan kepada Presiden AS John Fitzgerald Kennedy agar mendinginkan Irian Barat. Namun ironisnya, JFK malah sepertinya mendukung Soekarno. Kennedy mengancam Belanda akan menghentikan bantuan Marshall Plan jika ngotot mempertahankan Irian Barat. Belanda yang saat itu memerlukan bantuan dana segar untuk membangun kembali negerinya dari puing-puing kehancuran akibat Perang Dunia II terpaksa mengalah dan mundur dari Irian Barat.
Ketika itu sepertinya Belanda tidak tahu jika Gunung Ersberg sesungguhnya mengandung banyak emas, bukan tembaga. Sebab jika saja Belanda mengetahui fakta sesungguhnya, maka nilai bantuan Marshall Plan yang diterimanya dari AS tidak ada apa-apanya dibanding nilai emas yang ada di gunung tersebut.
Dampak dari sikap Belanda untuk mundur dari Irian Barat menyebabkan perjanjian kerjasama dengan East Borneo Company mentah kembali. Para pimpinan Freeport jelas marah besar. Apalagi mendengar Kennedy akan menyiapkan paket bantuan ekonomi kepada Indonesia sebesar 11 juta AS dengan melibatkan IMF dan Bank Dunia. Semua ini jelas harus dihentikan!
Segalanya berubah seratus delapan puluh derajat ketika Presiden Kennedy tewas ditembak pada 22 November 1963. Banyak kalangan menyatakan penembakan Kenndey merupakan sebuah konspirasi besar menyangkut kepentingan kaum Globalis yang hendak mempertahankan hegemoninya atas kebijakan politik di Amerika.
Presiden Johnson yang menggantikan Kennedy mengambil siap yang bertolak-belakang dengan pendahulunya. Johnson malah mengurangi bantuan ekonomi kepada Indonesia, kecuali kepada militernya. Salah seorang tokoh di belakang keberhasilan Johnson, termasuk dalam kampanye pemilihan presiden AS tahun 1964, adalah Augustus C. Long, salah seorang anggota dewan direksi Freeport.
Tokoh yang satu ini memang punya kepentingan besar atas Indonesia. Selain kaitannya dengan Freeport, Long juga memimpin Texaco, yang membawahi Caltex (patungan dengan Standard Oil of California). Soekarno pada tahun 1961 memutuskan kebijakan baru kontrak perminyakan yang mengharuskan 60 persen labanya diserahkan kepada pemerintah Indonesia. Caltex sebagai salah satu dari tiga operator perminyakan di Indonesia jelas sangat terpukul oleh kebijakan Soekarno ini.
Augustus C. Long amat marah terhadap Soekarno dan amat berkepentingan agar orang ini disingkirkan secepatnya.
Mungkin suatu kebetulan yang ajaib. Augustus C. Long juga aktif di Presbysterian Hospital NY di mana dia pernah dua kali menjadi presidennya (1961-1962). Sudah bukan rahasia umum lagi jika tempat ini merupakan salah satu simpul pertemuan tokoh CIA.
Lisa Pease dengan cermat menelusuri riwayat kehidupan tokoh ini. Antara tahun 1964 sampai 1970, Long pensiun sementara sebagai pimpinan Texaco. Apa saja yang dilakukan orang ini dalam masa itu yang di Indonesia dikenal sebagai masa yang paling krusial.
Pease mendapakan data jika pada Maret 1965, Augustus C. Long terpilih sebagai Direktur Chemical Bank, salah satu perusahaan Rockefeller. Agustus 1965, Long diangkat menjadi anggota dewan penasehat intelijen kepresidenan AS untuk masalah luar negeri. Badan ini memiliki pengaruh sangat besar untuk menentukan operasi rahasia AS di negara-negara tertentu. Long diyakini salah satu tokoh yang merancang kudeta terhadap Soekarno, yang dilakukan AS dengan menggerakkan sejumlah perwira Angkatan Darat yang disebutnya sebagai Our Local Army Friend.
Salah satu bukti adalah sebuah telegram rahasia Cinpac 342, 21 Januari 1965, pukul 21.48, yang menyatakan jika kelompok Jenderal Suharto akan mendesak angkatan darat agar mengambil-alih kekuasaan tanpa menunggu Soekarno berhalangan. Mantan pejabat CIA Ralph Mc Gehee juga pernah bersaksi jika hal itu benar adanya.
Awal November 1965, satu bulan setelah tragedi 1 Oktober 1965, Forbes Wilson mendapat telpon dari Ketua Dewan Direktur Freeport, Langbourne Williams, yang menanyakan apakah Freeport sudah siap mengeksplorasi gunung emas di Irian Barat. Wilson jelas kaget. Ketika itu Soekarno masih sah sebagai presiden Indonesia bahkan hingga 1967, lalu darimana Williams yakin gunung emas di Irian Barat akan jatuh ke tangan Freeport?
Lisa Pease mendapatkan jawabannya. Para petinggi Freeport ternyata sudah mempunyai kontak tokoh penting di dalam lingkaran elit Indonesia. Mereka adalah Menteri Pertambangan dan Perminyakan Ibnu Soetowo dan Julius Tahija. Orang yang terakhir ini berperan sebagai penghubung antara Ibnu Soetowo dengan Freeport. Ibnu Soetowo sendiri sangat berpengaruh di dalam angkatan darat karena dialah yang menutup seluruh anggaran operasionil mereka.
Sebab itulah, ketika ketika UU No. 1/1967 tentang Penanaman Modal Asing (PMA) yang draftnya dirancang di Jenewa-Swiss yang didiktekan Rockefeller, disahkan tahun 1967, maka perusahaan asing pertama yang kontraknya ditandatangani Suharto adalah Freeport. Inilah kali pertama kontrak perminyakan yang baru dibuat. Jika di zaman Soekarno kontrak-kontrak dengan perusahaan asing selalu menguntungkan Indonesia, maka sejak Suharto berkuasa, kontrak-kontrak seperti itu malah banyak merugikan Indonesia.
Untuk membangun konstruksi pertambangan emasnya itu, Freeport menggandeng Bechtel, perusahaan AS yang banyak mempekerjakan pentolan CIA. Direktur CIA John McCone memiliki saham di Bechtel, sedangkan mantan Direktur CIA Richards Helms bekerja sebagai konsultan internasional di tahun 1978.
Tahun 1980, Freeport menggandeng McMoran milik “Jim Bob” Moffet dan menjadi perusahaan raksasa dunia dengan laba lebih dari 1,5 miliar dollar AS pertahun. Tahun 1996, seorang eksekutif Freeport-McMoran, George A. Maley, menulis sebuah buku berjudul “Grasberg” setebal 384 halaman dan memaparkan jika tambang emas di Irian Barat itu memiliki depost terbesar di dunia, sedangkan untuk bijih tembaganya menempati urutan ketiga terbesar.
Maley menulis, data tahun 1995 menunjukkan jika di areal ini tersimpan cadangan bijih tembaga sebesar 40,3 miliar pon dan emas sebesar 52,1 juta ons. Nilai jualnya 77 miliar dollar AS dan masih akan menguntungkan 45 tahun ke depan. Ironisnya, Maley dengan bangga juga menulis jika biaya produksi tambang emas dan tembaga terbesar dunia yang ada di Irian Barat itu merupakan yang termurah di dunia.
Istilah Kota Tembagapura itu sebenarnya menyesatkan dan salah. Seharusnya Emaspura. Karena gunung tersebut memang gunung emas, walau juga mengandung tembaga. Karena kandungan emas dan tembaga terserak di permukaan tanah, maka Freeport tinggal memungutinya dan kemudian baru menggalinya dengan sangat mudah. Freeport sama sekali tidak mau kehilangan emasnya itu dan membangun pipa-pipa raksasa dan kuat dari Grasberg-Tembagapura sepanjang 100 kilometer langsung menuju ke Laut Arafuru di mana telah menunggu kapal-kapal besar yang akan langsung mengangkut emas dan tembaga itu ke Amerika. “Perampokan legal” ini masih terjadi sampai sekarang.
Kisah Freeport merupakan salah satu dari banyak sekali kisah sedih tentang bagaimana kekayaan alam yang diberikan Allah SWT kepada bangsa Indonesia, oleh para penguasanya malah digadaikan bulat-bulat untuk dirampok imperialisme asing, demi memperkaya diri, keluarga, dan kelompoknya sendiri. Kenyataan memilukan ini masih berlangsung sampai sekarang hingga rakyat menjadi sadar dan menumbangkan penguasa korup.
sumber
Amerika Dibangun dari Emas PapuaOleh : Subhan HassannoesiAktivis Dakwah Papua yang juga anggota Majlis Muslim Papua (MMP)
Freeport adalah pertambangan emas terbesar di dunia! Namun termurah dalam biaya operasionalnya. Sebagian kebesaran dan kemegahan Amerika sekarang ini adalah hasil perampokan resmi mereka atas gunung emas di Papua tersebut. Freeport banyak berjasa bagi segelintir pejabat negeri ini, para jenderal dan juga para politisi busuk, yang bisa menikmati hidup dengan bergelimang harta dengan memiskinkan bangsa ini. Mereka ini tidak lebih baik daripada seekor lintah!
Akhir tahun 1996, sebuah tulisan bagus oleh Lisa Pease yang dimuat dalam majalah Probe. Tulisan ini juga disimpan dalam National Archive di Washington DC. Judul tulisan tersebut adalah JFK, Indonesia, CIA and Freeport.
Walau dominasi Freeport atas gunung emas di Papua dimulai sejak tahun 1967, namun kiprahnya di negeri ini sudah dimulai beberapa tahun sebelumnya. Dalam tulisannya, Lisa Pease mendapatkan temuan jika Freeport Sulphur, demikian nama perusahaan itu awalnya, nyaris bangrut berkeping-keping ketika terjadi pergantian kekuasaan di Kuba tahun 1959.
Saat itu Fidel Castro berhasil menghancurkan rezim diktator Batista. Oleh Castro, seluruh perusahaan asing di negeri itu dinasionalisasikan. Freeport Sulphur yang baru saja hendak melakukan pengapalan nikel produksi perdananya terkena imbasnya. Ketegangan terjadi. Menurut Lisa Pease, berkali-kali CEO Freeport Sulphur merencanakan upaya pembunuhan terhadap Castro, namun berkali-kali pula menemui kegagalan.
Ditengah situasi yang penuh ketidakpastian, pada Agustus 1959, Forbes Wilson yang menjabat sebagai Direktur Freeport Sulphur melakukan pertemuan dengan Direktur pelaksana East Borneo Company, Jan van Gruisen. Dalam pertemuan itu Gruisen bercerita jika dirinya menemukan sebuah laporan penelitian atas Gunung Ersberg (Gunung Tembaga) di Irian Barat yang ditulis Jean Jaques Dozy di tahun 1936. Uniknya, laporan itu sebenarnya sudah dianggap tidak berguna dan tersimpan selama bertahun-tahun begitu saja di perpustakaan Belanda. Van Gruisen tertarik dengan laporan penelitian yang sudah berdebu itu dan membacanya.
Dengan berapi-api, Van Gruisen bercerita kepada pemimpin Freeport Sulphur itu jika selain memaparkan tentang keindahan alamnya, Jean Jaques Dozy juga menulis tentang kekayaan alamnya yang begitu melimpah. Tidak seperti wilayah lainnya diseluruh dunia, maka kandungan biji tembaga yang ada disekujur tubuh Gunung Ersberg itu terhampar di atas permukaan tanah, jadi tidak tersembunyi di dalam tanah. Mendengar hal itu, Wilson sangat antusias dan segera melakukan perjalanan ke Irian Barat untuk mengecek kebenaran cerita itu. Di dalam benaknya, jika kisah laporan ini benar, maka perusahaannya akan bisa bangkit kembali dan selamat dari kebangkrutan yang sudah di depan mata.
Selama beberapa bulan, Forbes Wilson melakukan survey dengan seksama atas Gunung Ersberg dan juga wilayah sekitarnya. Penelitiannya ini kelak ditulisnya dalam sebuah buku berjudul The Conquest of Cooper Mountain. Wilson menyebut gunung tersebut sebagai harta karun terbesar yang untuk memperolehnya tidak perlu menyelam lagi karena semua harta karun itu telah terhampar di permukaan tanah. Dari udara, tanah disekujur gunung tersebut berkilauan ditimpa sinar matahari.
Wilson juga mendapatkan temuan yang nyaris membuatnya gila. Karena selain dipenuhi bijih tembaga, gunung tersebut ternyata juga dipenuhi bijih emas dan perak!! Menurut Wilson, seharusnya gunung tersebut diberi nama GOLD MOUNTAIN, bukan Gunung Tembaga. Sebagai seorang pakar pertambangan, Wilson memperkirakan jika Freeport akan untung besar dalam waktu tiga tahun sudah kembali modal. Pimpinan Freeport Sulphur ini pun bergerak dengan cepat. Pada1 Februari 1960, Freeport Sulphur meneken kerjasama dengan East Borneo Company untuk mengeksplorasi gunung tersebut.
Namun lagi-lagi Freeport Sulphur mengalami kenyataan yang hampir sama dengan yang pernah dialaminya di Kuba. Perubahan eskalasi politik atas tanah Irian Barat tengah mengancam. Hubungan Indonesia dan Belanda telah memanas dan Soekarno malah mulai menerjunkan pasukannya di Irian Barat.
Tadinya Wilson ingin meminta bantuan kepada Presiden AS John Fitzgerald Kennedy agar mendinginkan Irian Barat. Namun ironisnya, JFK malah sepertinya mendukung Soekarno. Kennedy mengancam Belanda, akan menghentikan bantuanMarshall Plan jika ngotot mempertahankan Irian Barat. Belanda yang saat itu memerlukan bantuan dana segar untuk membangun kembali negerinya dari puing-puing kehancuran akibat Perang Dunia II terpaksa mengalah dan mundur dari Irian Barat.
Ketika itu sepertinya Belanda tidak tahu jika Gunung Ersberg sesungguhnya mengandung banyak emas, bukan tembaga. Sebab jika saja Belanda mengetahui fakta sesungguhnya, maka nilai bantuan Marshall Plan yang diterimanya dari AS tidak ada apa-apanya dibanding nilai emas yang ada di gunung tersebut.
Dampak dari sikap Belanda untuk mundur dari Irian Barat menyebabkan perjanjian kerjasama dengan East Borneo Company mentah kembali. Para pemimpin Freeport jelas marah besar. Apalagi mendengar Kennedy akan menyiapkan paket bantuan ekonomi kepada Indonesia sebesar 11 juta AS dengan melibatkan IMF dan Bank Dunia. Semua ini jelas harus dihentikan!
Segalanya berubah seratus delapan puluh derajat ketika Presiden Kennedy tewas ditembak pada 22 November 1963. Banyak kalangan menyatakan penembakan Kennedy merupakan sebuah konspirasi besar menyangkut kepentingan kaum Globalis yang hendak mempertahankan hegemoninya atas kebijakan politik di Amerika.
Presiden Johnson yang menggantikan Kennedy mengambil sikap yang bertolak belakang dengan pendahulunya. Johnson malah mengurangi bantuan ekonomi kepada Indonesia, kecuali kepada militernya. Salah seorang tokoh di belakang keberhasilan Johnson, termasuk dalam kampanye pemilihan presiden AS tahun 1964, adalah Augustus C.Long, salah seorang anggota dewan direksi Freeport.
Tokoh yang satu ini memang punya kepentingan besar atas Indonesia. Selain kaitannya dengan Freeport, Long juga memimpin Texaco, yang membawahi Caltex (patungan dengan Standard Oil of California). Soekarno pada tahun 1961 memutuskan kebijakan baru kontrak perminyakan yang mengharuskan 60 persen labanya diserahkan kepada pemerintah Indonesia. Caltex sebagai salah satu dari tiga operator perminyakan di Indonesia jelas sangat terpukul oleh kebijakan Soekarno ini.
Augustus C.Long amat marah terhadap Soekarno dan amat berkepentingan agar orang ini disingkirkan secepatnya. http://berita.liputan6.com/
Mungkin suatu kebetulan yang ajaib. Augustus C.Long juga aktif di Presbysterian Hospital di NY dimana dia pernah dua kali menjadi presidennya (1961-1962). Sudah bukan rahasia umum lagi jika tempat ini merupakan salah satu simpul pertemuan tokoh CIA.
Lisa Pease dengan cermat menelusuri riwayat kehidupan tokoh ini. Antara tahun 1964 sampai 1970, Long pensiun sementara sebagai pemimpin Texaco. Apa saja yang dilakukan orang ini dalam masa itu yang di Indonesia dikenal sebagai masa yang paling krusial.
Pease mendapatkan data jika pada Maret 1965, Augustus C.Long terpilih sebagai Direktur Chemical Bank, salah satu perusahaan Rockefeller. Augustus 1965, Long diangkat menjadi anggota dewan penasehat intelejen kepresidenan AS untuk masalah luar negeri. Badan ini memiliki pengaruh sangat besar untuk menentukan operasi rahasia AS di Negara-negara tertentu. Long diyakini salah satu tokoh yang merancang kudeta terhadap Soekarno, yang dilakukan AS dengan menggerakkan sejumlah perwira Angkatan Darat yang disebutnya sebagai Our Local Army Friend.
Salah satu bukti sebuah telegram rahasia Cinpac 342, 21 Januari 1965, pukul 21.48, yang menyatakan jika kelompok Jendral Suharto akan mendesak angkatan darat agar mengambil-alih kekuasaan tanpa menunggu Soekarno berhalangan. Mantan pejabat CIA Ralph Mc Gehee juga pernah bersaksi jika hal itu benar adanya.
Awal November 1965, satu bulan setelah tragedi terbunuhnya sejumlah perwira loyalis Soekarno, Forbes Wilson mendapat telpon dari Ketua Dewan Direktur Freeport, Langbourne Williams, yang menanyakan apakah Freeport sudah siap mengekplorasi gunung emas di Irian Barat. Wilson jelas kaget. Ketika itu Soekarno masih sah sebagai presiden Indonesia bahkan hingga 1967, lalu dari mana Williams yakin gunung emas di Irian Barat akan jatuh ke tangan Freeport?
Lisa Pease mendapatkan jawabannya. Para petinggi Freeport ternyata sudah mempunyai kontak dengan tokoh penting di dalam lingkaran elit Indonesia. Mereka adalah Menteri Pertambangan dan Perminyakan Ibnu Soetowo dan Julius Tahija. Orang yang terakhir ini berperan sebagai penghubung antara Ibnu Soetowo dengan Freeport. Ibnu Soetowo sendiri sangat berpengaruh di dalam angkatan darat karena dialah yang menutup seluruh anggaran operasional mereka.
Sebab itulah, ketika UU no 1/1967 tentang Penanaman Modal Asing (PMA) yang draftnya dirancang di Jenewa-Swiss yang didektekan Rockefeller, disahkan tahun 1967, maka perusahaan asing pertama yang kontraknya ditandatangani Suharto adalah Freeport!. Inilah kali pertama kontrak pertambangan yang baru dibuat. Jika di zaman Soekarno kontrak-kontrak dengan perusahaan asing selalu menguntungkan Indonesia, maka sejak Suharto berkuasa, kontrak-kontrak seperti itu malah merugikan Indonesia.
Untuk membangun konstruksi pertambangan emasnya itu, Freeport mengandeng Bechtel, perusahaan AS yang banyak mempekerjakan pentolan CIA. Direktur CIA John McCone memiliki saham di Bechtel, sedangkan mantan Direktur CIA Richards Helms bekerja sebagai konsultan internasional di tahun 1978.
Tahun 1980, Freeport menggandeng McMoran milik !0Jim Bob!1 Moffet dan menjadi perusahaan raksasa dunia dengan laba lebih dari 1,5 miliar dollar AS pertahun.
Tahun 1996, seorang eksekutif Freeport-McMoran, George A.Maley, menulis sebuah buku berjudul !0Grasberg!1 setebal 384 halaman dan memaparkan jika tambang emas di Irian Barat itu memiliki deposit terbesar di dunia, sedangkan untuk bijih tembaganya menempati urutan ketiga terbesar didunia.
Maley menulis, data tahun 1995 menunjukkan jika di areal ini tersimpan cadangan bijih tembaga sebesar 40,3 miliar dollarAS dan masih akan menguntungkan 45 tahun ke depan. Ironisnya, Maley dengan bangga juga menulis jika biaya produksi tambang emas dan tembaga terbesar di dunia yang ada di Irian Barat itu merupakan yang termurah di dunia!!
Istilah Kota Tembagapura itu sebenarnya menyesatkan dan salah. Seharusnya EMASPURA. Karena gunung tersebut memang gunung emas, walau juga mengandung tembaga. Karena kandungan emas dan tembaga terserak di permukaan tanah, maka Freeport tinggal memungutinya dan kemudian baru menggalinya dengan sangat mudah. Freeport sama sekali tidak mau kehilangan emasnya itu dan membangun pipa-pipa raksasa dan kuat dari Grasberg-Tembagapura sepanjang 100 kilometer langsung menuju ke Laut Arafuru dimana telah menunggu kapal-kapal besar yang akan mengangkut emas dan tembaga itu ke Amerika. Ini sungguh-sungguh perampokan besar yang direstui oleh pemerintah Indonesia sampai sekarang!!!
Kesaksian seorang reporter CNN yang diizinkan meliput areal tambang emas Freeport dari udara. Dengan helikopter ia meliput gunung emas tersebut yang ditahun 1990-an sudah berubah menjadi lembah yang dalam. Semua emas, perak, dan tembaga yang ada digunung tersebut telah dibawa kabur ke Amerika, meninggalkan limbah beracun yang mencemari sungai-sungai dan tanah-tanah orang Papua yang sampai detik ini masih saja hidup bagai di zaman batu.
Freeport merupakan lading uang haram bagi para pejabat negeri ini, yang dari sipil maupun militer. Sejak 1967 sampai sekarang, tambang emas terbesar di dunia itu menjadi tambang pribadi mereka untuk memperkaya diri sendiri dan keluarganya. Freeport McMoran sendiri telah menganggarkan dana untuk itu yang walau jumlahnya sangat besar bagi kita, namun bagi mereka terbilang kecil karena jumlah laba dari tambang itu memang sangat dahsyat. Jika Indonesia mau mandiri, sektor inilah yang harus dibereskan terlebih dahulu.
Freeport adalah pertambangan emas terbesar di dunia! Namun termurah dalam biaya operasionalnya. Sebagian kebesaran dan kemegahan Amerika sekarang ini adalah hasil perampokan resmi mereka atas gunung emas di Papua tersebut. Freeport banyak berjasa bagi segelintir pejabat negeri ini, para jenderal dan juga para politisi busuk, yang bisa menikmati hidup dengan bergelimang harta dengan memiskinkan bangsa ini. Mereka ini tidak lebih baik daripada seekor lintah!
Akhir tahun 1996, sebuah tulisan bagus oleh Lisa Pease yang dimuat dalam majalah Probe. Tulisan ini juga disimpan dalam National Archive di Washington DC. Judul tulisan tersebut adalah JFK, Indonesia, CIA and Freeport.
Walau dominasi Freeport atas gunung emas di Papua dimulai sejak tahun 1967, namun kiprahnya di negeri ini sudah dimulai beberapa tahun sebelumnya. Dalam tulisannya, Lisa Pease mendapatkan temuan jika Freeport Sulphur, demikian nama perusahaan itu awalnya, nyaris bangrut berkeping-keping ketika terjadi pergantian kekuasaan di Kuba tahun 1959.
Saat itu Fidel Castro berhasil menghancurkan rezim diktator Batista. Oleh Castro, seluruh perusahaan asing di negeri itu dinasionalisasikan. Freeport Sulphur yang baru saja hendak melakukan pengapalan nikel produksi perdananya terkena imbasnya. Ketegangan terjadi. Menurut Lisa Pease, berkali-kali CEO Freeport Sulphur merencanakan upaya pembunuhan terhadap Castro, namun berkali-kali pula menemui kegagalan.
Ditengah situasi yang penuh ketidakpastian, pada Agustus 1959, Forbes Wilson yang menjabat sebagai Direktur Freeport Sulphur melakukan pertemuan dengan Direktur pelaksana East Borneo Company, Jan van Gruisen. Dalam pertemuan itu Gruisen bercerita jika dirinya menemukan sebuah laporan penelitian atas Gunung Ersberg (Gunung Tembaga) di Irian Barat yang ditulis Jean Jaques Dozy di tahun 1936. Uniknya, laporan itu sebenarnya sudah dianggap tidak berguna dan tersimpan selama bertahun-tahun begitu saja di perpustakaan Belanda. Van Gruisen tertarik dengan laporan penelitian yang sudah berdebu itu dan membacanya.
Dengan berapi-api, Van Gruisen bercerita kepada pemimpin Freeport Sulphur itu jika selain memaparkan tentang keindahan alamnya, Jean Jaques Dozy juga menulis tentang kekayaan alamnya yang begitu melimpah. Tidak seperti wilayah lainnya diseluruh dunia, maka kandungan biji tembaga yang ada disekujur tubuh Gunung Ersberg itu terhampar di atas permukaan tanah, jadi tidak tersembunyi di dalam tanah. Mendengar hal itu, Wilson sangat antusias dan segera melakukan perjalanan ke Irian Barat untuk mengecek kebenaran cerita itu. Di dalam benaknya, jika kisah laporan ini benar, maka perusahaannya akan bisa bangkit kembali dan selamat dari kebangkrutan yang sudah di depan mata.
Selama beberapa bulan, Forbes Wilson melakukan survey dengan seksama atas Gunung Ersberg dan juga wilayah sekitarnya. Penelitiannya ini kelak ditulisnya dalam sebuah buku berjudul The Conquest of Cooper Mountain. Wilson menyebut gunung tersebut sebagai harta karun terbesar yang untuk memperolehnya tidak perlu menyelam lagi karena semua harta karun itu telah terhampar di permukaan tanah. Dari udara, tanah disekujur gunung tersebut berkilauan ditimpa sinar matahari.
Wilson juga mendapatkan temuan yang nyaris membuatnya gila. Karena selain dipenuhi bijih tembaga, gunung tersebut ternyata juga dipenuhi bijih emas dan perak!! Menurut Wilson, seharusnya gunung tersebut diberi nama GOLD MOUNTAIN, bukan Gunung Tembaga. Sebagai seorang pakar pertambangan, Wilson memperkirakan jika Freeport akan untung besar dalam waktu tiga tahun sudah kembali modal. Pimpinan Freeport Sulphur ini pun bergerak dengan cepat. Pada1 Februari 1960, Freeport Sulphur meneken kerjasama dengan East Borneo Company untuk mengeksplorasi gunung tersebut.
Namun lagi-lagi Freeport Sulphur mengalami kenyataan yang hampir sama dengan yang pernah dialaminya di Kuba. Perubahan eskalasi politik atas tanah Irian Barat tengah mengancam. Hubungan Indonesia dan Belanda telah memanas dan Soekarno malah mulai menerjunkan pasukannya di Irian Barat.
Tadinya Wilson ingin meminta bantuan kepada Presiden AS John Fitzgerald Kennedy agar mendinginkan Irian Barat. Namun ironisnya, JFK malah sepertinya mendukung Soekarno. Kennedy mengancam Belanda, akan menghentikan bantuanMarshall Plan jika ngotot mempertahankan Irian Barat. Belanda yang saat itu memerlukan bantuan dana segar untuk membangun kembali negerinya dari puing-puing kehancuran akibat Perang Dunia II terpaksa mengalah dan mundur dari Irian Barat.
Ketika itu sepertinya Belanda tidak tahu jika Gunung Ersberg sesungguhnya mengandung banyak emas, bukan tembaga. Sebab jika saja Belanda mengetahui fakta sesungguhnya, maka nilai bantuan Marshall Plan yang diterimanya dari AS tidak ada apa-apanya dibanding nilai emas yang ada di gunung tersebut.
Dampak dari sikap Belanda untuk mundur dari Irian Barat menyebabkan perjanjian kerjasama dengan East Borneo Company mentah kembali. Para pemimpin Freeport jelas marah besar. Apalagi mendengar Kennedy akan menyiapkan paket bantuan ekonomi kepada Indonesia sebesar 11 juta AS dengan melibatkan IMF dan Bank Dunia. Semua ini jelas harus dihentikan!
Segalanya berubah seratus delapan puluh derajat ketika Presiden Kennedy tewas ditembak pada 22 November 1963. Banyak kalangan menyatakan penembakan Kennedy merupakan sebuah konspirasi besar menyangkut kepentingan kaum Globalis yang hendak mempertahankan hegemoninya atas kebijakan politik di Amerika.
Presiden Johnson yang menggantikan Kennedy mengambil sikap yang bertolak belakang dengan pendahulunya. Johnson malah mengurangi bantuan ekonomi kepada Indonesia, kecuali kepada militernya. Salah seorang tokoh di belakang keberhasilan Johnson, termasuk dalam kampanye pemilihan presiden AS tahun 1964, adalah Augustus C.Long, salah seorang anggota dewan direksi Freeport.
Tokoh yang satu ini memang punya kepentingan besar atas Indonesia. Selain kaitannya dengan Freeport, Long juga memimpin Texaco, yang membawahi Caltex (patungan dengan Standard Oil of California). Soekarno pada tahun 1961 memutuskan kebijakan baru kontrak perminyakan yang mengharuskan 60 persen labanya diserahkan kepada pemerintah Indonesia. Caltex sebagai salah satu dari tiga operator perminyakan di Indonesia jelas sangat terpukul oleh kebijakan Soekarno ini.
Augustus C.Long amat marah terhadap Soekarno dan amat berkepentingan agar orang ini disingkirkan secepatnya. http://berita.liputan6.com/
Mungkin suatu kebetulan yang ajaib. Augustus C.Long juga aktif di Presbysterian Hospital di NY dimana dia pernah dua kali menjadi presidennya (1961-1962). Sudah bukan rahasia umum lagi jika tempat ini merupakan salah satu simpul pertemuan tokoh CIA.
Lisa Pease dengan cermat menelusuri riwayat kehidupan tokoh ini. Antara tahun 1964 sampai 1970, Long pensiun sementara sebagai pemimpin Texaco. Apa saja yang dilakukan orang ini dalam masa itu yang di Indonesia dikenal sebagai masa yang paling krusial.
Pease mendapatkan data jika pada Maret 1965, Augustus C.Long terpilih sebagai Direktur Chemical Bank, salah satu perusahaan Rockefeller. Augustus 1965, Long diangkat menjadi anggota dewan penasehat intelejen kepresidenan AS untuk masalah luar negeri. Badan ini memiliki pengaruh sangat besar untuk menentukan operasi rahasia AS di Negara-negara tertentu. Long diyakini salah satu tokoh yang merancang kudeta terhadap Soekarno, yang dilakukan AS dengan menggerakkan sejumlah perwira Angkatan Darat yang disebutnya sebagai Our Local Army Friend.
Salah satu bukti sebuah telegram rahasia Cinpac 342, 21 Januari 1965, pukul 21.48, yang menyatakan jika kelompok Jendral Suharto akan mendesak angkatan darat agar mengambil-alih kekuasaan tanpa menunggu Soekarno berhalangan. Mantan pejabat CIA Ralph Mc Gehee juga pernah bersaksi jika hal itu benar adanya.
Awal November 1965, satu bulan setelah tragedi terbunuhnya sejumlah perwira loyalis Soekarno, Forbes Wilson mendapat telpon dari Ketua Dewan Direktur Freeport, Langbourne Williams, yang menanyakan apakah Freeport sudah siap mengekplorasi gunung emas di Irian Barat. Wilson jelas kaget. Ketika itu Soekarno masih sah sebagai presiden Indonesia bahkan hingga 1967, lalu dari mana Williams yakin gunung emas di Irian Barat akan jatuh ke tangan Freeport?
Lisa Pease mendapatkan jawabannya. Para petinggi Freeport ternyata sudah mempunyai kontak dengan tokoh penting di dalam lingkaran elit Indonesia. Mereka adalah Menteri Pertambangan dan Perminyakan Ibnu Soetowo dan Julius Tahija. Orang yang terakhir ini berperan sebagai penghubung antara Ibnu Soetowo dengan Freeport. Ibnu Soetowo sendiri sangat berpengaruh di dalam angkatan darat karena dialah yang menutup seluruh anggaran operasional mereka.
Sebab itulah, ketika UU no 1/1967 tentang Penanaman Modal Asing (PMA) yang draftnya dirancang di Jenewa-Swiss yang didektekan Rockefeller, disahkan tahun 1967, maka perusahaan asing pertama yang kontraknya ditandatangani Suharto adalah Freeport!. Inilah kali pertama kontrak pertambangan yang baru dibuat. Jika di zaman Soekarno kontrak-kontrak dengan perusahaan asing selalu menguntungkan Indonesia, maka sejak Suharto berkuasa, kontrak-kontrak seperti itu malah merugikan Indonesia.
Untuk membangun konstruksi pertambangan emasnya itu, Freeport mengandeng Bechtel, perusahaan AS yang banyak mempekerjakan pentolan CIA. Direktur CIA John McCone memiliki saham di Bechtel, sedangkan mantan Direktur CIA Richards Helms bekerja sebagai konsultan internasional di tahun 1978.
Tahun 1980, Freeport menggandeng McMoran milik !0Jim Bob!1 Moffet dan menjadi perusahaan raksasa dunia dengan laba lebih dari 1,5 miliar dollar AS pertahun.
Tahun 1996, seorang eksekutif Freeport-McMoran, George A.Maley, menulis sebuah buku berjudul !0Grasberg!1 setebal 384 halaman dan memaparkan jika tambang emas di Irian Barat itu memiliki deposit terbesar di dunia, sedangkan untuk bijih tembaganya menempati urutan ketiga terbesar didunia.
Maley menulis, data tahun 1995 menunjukkan jika di areal ini tersimpan cadangan bijih tembaga sebesar 40,3 miliar dollarAS dan masih akan menguntungkan 45 tahun ke depan. Ironisnya, Maley dengan bangga juga menulis jika biaya produksi tambang emas dan tembaga terbesar di dunia yang ada di Irian Barat itu merupakan yang termurah di dunia!!
Istilah Kota Tembagapura itu sebenarnya menyesatkan dan salah. Seharusnya EMASPURA. Karena gunung tersebut memang gunung emas, walau juga mengandung tembaga. Karena kandungan emas dan tembaga terserak di permukaan tanah, maka Freeport tinggal memungutinya dan kemudian baru menggalinya dengan sangat mudah. Freeport sama sekali tidak mau kehilangan emasnya itu dan membangun pipa-pipa raksasa dan kuat dari Grasberg-Tembagapura sepanjang 100 kilometer langsung menuju ke Laut Arafuru dimana telah menunggu kapal-kapal besar yang akan mengangkut emas dan tembaga itu ke Amerika. Ini sungguh-sungguh perampokan besar yang direstui oleh pemerintah Indonesia sampai sekarang!!!
Kesaksian seorang reporter CNN yang diizinkan meliput areal tambang emas Freeport dari udara. Dengan helikopter ia meliput gunung emas tersebut yang ditahun 1990-an sudah berubah menjadi lembah yang dalam. Semua emas, perak, dan tembaga yang ada digunung tersebut telah dibawa kabur ke Amerika, meninggalkan limbah beracun yang mencemari sungai-sungai dan tanah-tanah orang Papua yang sampai detik ini masih saja hidup bagai di zaman batu.
Freeport merupakan lading uang haram bagi para pejabat negeri ini, yang dari sipil maupun militer. Sejak 1967 sampai sekarang, tambang emas terbesar di dunia itu menjadi tambang pribadi mereka untuk memperkaya diri sendiri dan keluarganya. Freeport McMoran sendiri telah menganggarkan dana untuk itu yang walau jumlahnya sangat besar bagi kita, namun bagi mereka terbilang kecil karena jumlah laba dari tambang itu memang sangat dahsyat. Jika Indonesia mau mandiri, sektor inilah yang harus dibereskan terlebih dahulu.
Lima Gunung di Tangan Asing
Kita boleh berbangga dengan kekayaan alam yang dimiliki oleh Indonesia, tetapi kita juga pasti menangis jika melihat kenyataan bahwa kekayaan alam kita dikuasai oleh asing. Sumber kekayaan alam Indonesia dieksploitasi hanya untuk memenuhi kebutuhan industri Negara-negara maju seperti Amerika, Inggris, Australia, Jepang dan China. Pertanyaan yang muncul kemudian adalah Indonesia mendapatkan apa dari penglolaan kekayaan alam yang dilakukan oleh asing? Di negeri sendiri rakyat Indonesia hanya dijadikan sebagai penonton atau sapi perahan pendukung eksploitasi SDA. Berdasarkan catatan Badan Pemeriksa keuangan (BPK) dominasi asing di sektor Migas 70%, batu bara, bauksit, nikel dan timah 75%, tembaga dan emas sebesar 85% serta diperkebunan sawit sebesar 50%. Jumlah ini menunjukkan bahwa betapa lemahnya posisi pemerintah untuk melindungi aset Negara. Selain itu peran pemerintah untuk mencegah terjadinya konflik agraria di sektor pertambangan juga sangat lemah. Pada tahun 2013 Konsorsium Pembaruan Agraria (KPA) mencatat ada 38 konflik di sektor pertambangan dengan luas konflik 197.365,90 ha. Indonesia ada beberapa gunung yang dikuasai oleh asing dan dijadikan area pertambangan.
Pertama, Gunung Tembagapura yang ada di Mimika, Papua dikuasai oleh Freeport sejak 1967.
Kedua Gunung Meratus yang ada di Kalimantan Selatan dikuasai oleh PT Antang Gunung Meratus (AGM) sejak 1999.
Ketiga Gunung Salak yang ada dibogor dikuasai oleh PT Chevron.
Keempat,
Gunung Pongkor yang dikuasai PT Aneka Tambang (Antam).
Kelima adalah Gunung Ceremai yang ada di Jawa Barat yang dikuasai Chevron baru-baru ini.
1. Gunung Tembagapura
Dalam artikel Lisa Pease, “JFK, Indonesia, CIA and Freeport” menceritakan bahwa Freeport Sulphur sempat mengalami kebangkrutan pada 1959. Fidel Castro yang berhasil menggulingkan rezim Baptista melakukan nasionaslisasi di Kuba. Freeport Sulphur yang ingin melakukan pengapalan produksi nikel terkendala. Namun kondisi Freeport Sulphur terselamatkan setelah presiden Soeharto memberikan ijin pengelolaan tambang tembaga yang ada di Tembagapura, Papua tahun 1967. Kehadiran Freeport yang ada di Tembagapura, Papua bagaikan sebuah kutukan. Pasalnya adalah sejak lahan seluas 178.000 ha dikuasai Freeport masyarakat tidak pernah merasakan manfaat perusahan tersebut. Malahan masyarakat adat yang sudah mendiami lahan tersebut secara turun-temurun tergusur. Sejak 1995 Freeport mengeruk 2 miliar ton emas dan tahun 2007 keuntungan perusahaan ini adalah $ 6.255 miliar (Muhaedhir abuchai). Setelah tembaga dan emas di Gunung Tembaga habis maka Freeport akan mengeruk keuntungan uranium yang harganya jauh lebih mahal dari emas. Saham PT Freeport Indonesia dikuasai oleh Freeport Mc Mo Ran Cooper & Gold Inc 81,28%, sedangkan sisanya PT. Indocopper Investama Corporation 9,36% dan Indonesia 9,36% (Witrianto). Jadi sangat wajar kehidupan di Papua tidak sejahtera karena hasil tambangnya sebagian besar dibawa ke Amerika. Selain dari ketidak pedulian Freeport terhadap masyarakat sekitar, perusahaan asing tersebut juga tidak memperhatikan lingkungan. Sisa penambangan emas yang dilakukan olehFreeport telah meninggalkan lubang yang sangat besar. Proses penambangan yang selama ini dilakukan oleh freeport hanya memberikan kerugian, baik materi maupun kerusakan lingkungan serta konflik terhadap masyarakat adat. Foto:Jakarta Greater, kerusakan lingkungan yang disebabkan oleh aktivitas pertambangan freeport.
2. Gunung Meratus
PT Antang Gunung Meratus yang bergerak dalam pertambangan batubara mulai beroperasi di Banjarmasin, Kalimantan Selatan sejak dikeluarkannya keputusan menteri pertambangan dan energi nomor 50/28/SJNT/1999. Luas kawasan pertambangan PT AGM adalah 22.433 ha yang ada di empat kabupaten (Banjar, Tapin, Hulu Sungai Tengah, Hulu Sungai Selatan). Dari hasil keputusan ini PT AGM mengelola pertambangan batu bara dengan luas 1,767 ha dengan produksi 1,5 juta ton per tahun selama delapan tahun. Namun pada perpanjangan ijin pertambangan PT AGM mendapat ijin pengelolaan lahan pertambangan selama 26 tahun sejak 2002. Jumlah kemiskinan di Kalimantan Selatan pada tahun 2011 berjumlah 194.623 jiwa. Angka ini mengalami peningkatan sebesar 0,07% dari tahun sebelumnya (181.960 jiwa). Ini menunjukkan keberadaan PT AGM tidak memiliki dampak yang positif kepada masyarakat Kalimantan Selatan. Hal ini memang sangat disayangkan karena hanya segelintir orang yang menikmati hasil tambang di Kalimantan Selatan.
3. Gunung Salak
Di sekitar Gunung Salak terdapat perusahaan besar, yaitu PT Chevron yang membangun Gheothermal. Sebelum Chevron melakukan kegiatan geothermal lahan tersebut dikuasai oleh Perhutani yang mengelola hutan produksi. Namun pada tahun 1997 sejak Chevron masuk maka lahan tersebut berubah menjadi areal pertambangan geothermal. Petani yang pada awalnya menggarap lahan Perhutani berubah statusnya menjadi perambah hutan sehingga Perhutani mempunyai alasan untuk menggusur mereka. Tambang geothermal yang dibangun oleh Chevron bertujuan untuk mengaliri listrik ke PLN. Saat ini Chevron yang ada di Gunung Salak sedang mengelola 69 sumur dengan suhu temperatur rata-rata 220-315oC. Fungsi geothermal yang bertujuan untuk memasok listrik ke PLN tidak sampai kepada masyarakat. Buktinya sampai saat ini di Bogor ada 6.000 orang yang belum menikmati listrik bahkan desa Leuwikaret belum pernah masuk listrik. Selain itu pemadaman listrik secara bergilir masih sering terjadi di kota Bogor. Listrik yang dihasilkan oleh geothermal Gunung Salak ditujukan untuk mengaliri listrik tambang minyak milik Chevron yang tersebar di tanah air. Aktivitas Chevron yang ada di Sukabumi telah merusak 500 unit rumah warga Kecamatan Kalapanunggal. Sampai saat ini ganti rugi bangunan warga belum selesai.
4. Gunung Pongkor
Gunung Pongkor merupakan surga bagi PT Aneka Tambang (Antam) karena gunung tersebut menghasilkan 200 kg/bulan. Cadangan emas seluas 6.047 ha yang dikuasai oleh Antam akan habis pada tahun 2019. Jika tidak ada lagi temuan baru, wilayah tersebut akan dijadikan tempat objek wisata tambang, sejarah dan keanekaragaman hayati. Hasil 200 kg emas setiap bulan tidak bisa menuntaskan kemiskinan yang ada di Kebupaten Bogor. Pada tahun lalu berdasarkan data BPS angka kemiskinan sebesar 446.040 jiwa. Tentu yang menjadi pertanyaan kita adalah kemana hasil tambang emas yang dikelola oleh Antam? Pengelolaan tambang yang ada di Bogor, baik geothermal maupun tambang emas membuktikan bahwa swasta dan negara gagal meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Hal serupa juga terjadi pada masyarakat Pongkor, yaitu hasil tambang hanya dinikmati segelintir orang.
5. Gunung Ceremai
Baru-baru ini kita dikagetkan dengan berita tentang penjualan Gunung Ceremai kepada Chevron. Jika berita ini benar, kita tidak perlu terkejut karena sekarang ini pemerintah memang sudah menjadi kaki tangan pemodal, baik dari dalam negeri maupun dari luar negeri. Empat contoh gunung di atas yang dijual kepada swasta maupun dikelola oleh Negara tidak memiliki manfaat positif bagi peningkatan taraf ekonomi masyarakat. Gunung-gunung tersebut dieksploitasi tanpa memperhatikan kondisi sosial masyarakat. Tidak mengherankan jika jumlah rakyat miskin di Indonesia mancapai 31,02 juta jiwa. Pemerintah membuka peluang yang cukup besar kepada pemilik modal untuk menguasai sumber agraria secara berlebih. Dampaknya, masyarakat yang tidak mampu mengelola kekayaan alam karena kerterbatasan modal dan pengetahuan menjadi tergilas. Untuk melindungi kepentingan para investor maka pemerintah melibatkan aparat yang terlatih dalam penyelesaian konflik di masyarakat. Demikian yang terjadi di Gunung Ceremai, berdasarkan penuturan Sekda Kuningan, Yosep Setiawan bahwa tender pengelolaan panas bumi (geothermal) telah dimenangkan oleh Chevron. Nasib masyarakat yang ada di Gunung Ceremai tidak akan berbeda dengan masyarakat yang ada Gunung Salak. Masyarakat hanya akan mendapat dampak negatif dari pembangunan geothermal tersebut, seperti kerusakan lingkungan akibat aktivitas pertambangan, pengkaplingan lahan yang melarang aktivitas pertanian dan non pertanian disekitar area pertambangan serta manfaat listrik dari geothermal tidak akan dirasakan masyarakat. Untuk itu sangat tepat jika ada seruan dari rakyat Indonesia, khususnya sekitar Ceremai untuk mengusir Chevron. Pola pembangunan pertambangan yang dikelola oleh swasta sangat berorientasi pada keuntungan sehingga kepentingan masyarakat terabaikan. Dalam mengelola kekayaan alam yang paling berhak adalah rakyat Indonesia. Wujudnya bisa diwakili oleh Negara ataupun kumpulan individu yang berasal dari warga sekitar. Inisiatif untuk melakukan nasionalisasi aset Negara bisa dimulai oleh rakyat yang terkena dampak langsung dari pembangunan pertambangan. Rakyat tidak pernah merasakan hasil pertambangan dari Freeport , Chevron maupun perusahaan swasta lainnya, jadi keberadaan mereka di negeri ini menyimpang dari amanat konstitusi Pasal 33 dan UUPA dimana, reforma agraria menjadi kerangka utama pembangunan ekonomi nasional. Mari periksa, apa gunung di wilayah anda sudah dibidik, diincar bahkan telah dijamah kaki tangan asing untuk diekspolitasi? SEMOGA TIDAK! (AP) SUMBER : http://www.kpa.or.id/?p=3265&preview=true
Kita boleh berbangga dengan kekayaan alam yang dimiliki oleh Indonesia, tetapi kita juga pasti menangis jika melihat kenyataan bahwa kekayaan alam kita dikuasai oleh asing. Sumber kekayaan alam Indonesia dieksploitasi hanya untuk memenuhi kebutuhan industri Negara-negara maju seperti Amerika, Inggris, Australia, Jepang dan China. Pertanyaan yang muncul kemudian adalah Indonesia mendapatkan apa dari penglolaan kekayaan alam yang dilakukan oleh asing? Di negeri sendiri rakyat Indonesia hanya dijadikan sebagai penonton atau sapi perahan pendukung eksploitasi SDA. Berdasarkan catatan Badan Pemeriksa keuangan (BPK) dominasi asing di sektor Migas 70%, batu bara, bauksit, nikel dan timah 75%, tembaga dan emas sebesar 85% serta diperkebunan sawit sebesar 50%. Jumlah ini menunjukkan bahwa betapa lemahnya posisi pemerintah untuk melindungi aset Negara. Selain itu peran pemerintah untuk mencegah terjadinya konflik agraria di sektor pertambangan juga sangat lemah. Pada tahun 2013 Konsorsium Pembaruan Agraria (KPA) mencatat ada 38 konflik di sektor pertambangan dengan luas konflik 197.365,90 ha. Indonesia ada beberapa gunung yang dikuasai oleh asing dan dijadikan area pertambangan.
Pertama, Gunung Tembagapura yang ada di Mimika, Papua dikuasai oleh Freeport sejak 1967.
Kedua Gunung Meratus yang ada di Kalimantan Selatan dikuasai oleh PT Antang Gunung Meratus (AGM) sejak 1999.
Ketiga Gunung Salak yang ada dibogor dikuasai oleh PT Chevron.
Keempat,
Gunung Pongkor yang dikuasai PT Aneka Tambang (Antam).
Kelima adalah Gunung Ceremai yang ada di Jawa Barat yang dikuasai Chevron baru-baru ini.
1. Gunung Tembagapura
Dalam artikel Lisa Pease, “JFK, Indonesia, CIA and Freeport” menceritakan bahwa Freeport Sulphur sempat mengalami kebangkrutan pada 1959. Fidel Castro yang berhasil menggulingkan rezim Baptista melakukan nasionaslisasi di Kuba. Freeport Sulphur yang ingin melakukan pengapalan produksi nikel terkendala. Namun kondisi Freeport Sulphur terselamatkan setelah presiden Soeharto memberikan ijin pengelolaan tambang tembaga yang ada di Tembagapura, Papua tahun 1967. Kehadiran Freeport yang ada di Tembagapura, Papua bagaikan sebuah kutukan. Pasalnya adalah sejak lahan seluas 178.000 ha dikuasai Freeport masyarakat tidak pernah merasakan manfaat perusahan tersebut. Malahan masyarakat adat yang sudah mendiami lahan tersebut secara turun-temurun tergusur. Sejak 1995 Freeport mengeruk 2 miliar ton emas dan tahun 2007 keuntungan perusahaan ini adalah $ 6.255 miliar (Muhaedhir abuchai). Setelah tembaga dan emas di Gunung Tembaga habis maka Freeport akan mengeruk keuntungan uranium yang harganya jauh lebih mahal dari emas. Saham PT Freeport Indonesia dikuasai oleh Freeport Mc Mo Ran Cooper & Gold Inc 81,28%, sedangkan sisanya PT. Indocopper Investama Corporation 9,36% dan Indonesia 9,36% (Witrianto). Jadi sangat wajar kehidupan di Papua tidak sejahtera karena hasil tambangnya sebagian besar dibawa ke Amerika. Selain dari ketidak pedulian Freeport terhadap masyarakat sekitar, perusahaan asing tersebut juga tidak memperhatikan lingkungan. Sisa penambangan emas yang dilakukan olehFreeport telah meninggalkan lubang yang sangat besar. Proses penambangan yang selama ini dilakukan oleh freeport hanya memberikan kerugian, baik materi maupun kerusakan lingkungan serta konflik terhadap masyarakat adat. Foto:Jakarta Greater, kerusakan lingkungan yang disebabkan oleh aktivitas pertambangan freeport.
2. Gunung Meratus
PT Antang Gunung Meratus yang bergerak dalam pertambangan batubara mulai beroperasi di Banjarmasin, Kalimantan Selatan sejak dikeluarkannya keputusan menteri pertambangan dan energi nomor 50/28/SJNT/1999. Luas kawasan pertambangan PT AGM adalah 22.433 ha yang ada di empat kabupaten (Banjar, Tapin, Hulu Sungai Tengah, Hulu Sungai Selatan). Dari hasil keputusan ini PT AGM mengelola pertambangan batu bara dengan luas 1,767 ha dengan produksi 1,5 juta ton per tahun selama delapan tahun. Namun pada perpanjangan ijin pertambangan PT AGM mendapat ijin pengelolaan lahan pertambangan selama 26 tahun sejak 2002. Jumlah kemiskinan di Kalimantan Selatan pada tahun 2011 berjumlah 194.623 jiwa. Angka ini mengalami peningkatan sebesar 0,07% dari tahun sebelumnya (181.960 jiwa). Ini menunjukkan keberadaan PT AGM tidak memiliki dampak yang positif kepada masyarakat Kalimantan Selatan. Hal ini memang sangat disayangkan karena hanya segelintir orang yang menikmati hasil tambang di Kalimantan Selatan.
3. Gunung Salak
Di sekitar Gunung Salak terdapat perusahaan besar, yaitu PT Chevron yang membangun Gheothermal. Sebelum Chevron melakukan kegiatan geothermal lahan tersebut dikuasai oleh Perhutani yang mengelola hutan produksi. Namun pada tahun 1997 sejak Chevron masuk maka lahan tersebut berubah menjadi areal pertambangan geothermal. Petani yang pada awalnya menggarap lahan Perhutani berubah statusnya menjadi perambah hutan sehingga Perhutani mempunyai alasan untuk menggusur mereka. Tambang geothermal yang dibangun oleh Chevron bertujuan untuk mengaliri listrik ke PLN. Saat ini Chevron yang ada di Gunung Salak sedang mengelola 69 sumur dengan suhu temperatur rata-rata 220-315oC. Fungsi geothermal yang bertujuan untuk memasok listrik ke PLN tidak sampai kepada masyarakat. Buktinya sampai saat ini di Bogor ada 6.000 orang yang belum menikmati listrik bahkan desa Leuwikaret belum pernah masuk listrik. Selain itu pemadaman listrik secara bergilir masih sering terjadi di kota Bogor. Listrik yang dihasilkan oleh geothermal Gunung Salak ditujukan untuk mengaliri listrik tambang minyak milik Chevron yang tersebar di tanah air. Aktivitas Chevron yang ada di Sukabumi telah merusak 500 unit rumah warga Kecamatan Kalapanunggal. Sampai saat ini ganti rugi bangunan warga belum selesai.
4. Gunung Pongkor
Gunung Pongkor merupakan surga bagi PT Aneka Tambang (Antam) karena gunung tersebut menghasilkan 200 kg/bulan. Cadangan emas seluas 6.047 ha yang dikuasai oleh Antam akan habis pada tahun 2019. Jika tidak ada lagi temuan baru, wilayah tersebut akan dijadikan tempat objek wisata tambang, sejarah dan keanekaragaman hayati. Hasil 200 kg emas setiap bulan tidak bisa menuntaskan kemiskinan yang ada di Kebupaten Bogor. Pada tahun lalu berdasarkan data BPS angka kemiskinan sebesar 446.040 jiwa. Tentu yang menjadi pertanyaan kita adalah kemana hasil tambang emas yang dikelola oleh Antam? Pengelolaan tambang yang ada di Bogor, baik geothermal maupun tambang emas membuktikan bahwa swasta dan negara gagal meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Hal serupa juga terjadi pada masyarakat Pongkor, yaitu hasil tambang hanya dinikmati segelintir orang.
5. Gunung Ceremai
Baru-baru ini kita dikagetkan dengan berita tentang penjualan Gunung Ceremai kepada Chevron. Jika berita ini benar, kita tidak perlu terkejut karena sekarang ini pemerintah memang sudah menjadi kaki tangan pemodal, baik dari dalam negeri maupun dari luar negeri. Empat contoh gunung di atas yang dijual kepada swasta maupun dikelola oleh Negara tidak memiliki manfaat positif bagi peningkatan taraf ekonomi masyarakat. Gunung-gunung tersebut dieksploitasi tanpa memperhatikan kondisi sosial masyarakat. Tidak mengherankan jika jumlah rakyat miskin di Indonesia mancapai 31,02 juta jiwa. Pemerintah membuka peluang yang cukup besar kepada pemilik modal untuk menguasai sumber agraria secara berlebih. Dampaknya, masyarakat yang tidak mampu mengelola kekayaan alam karena kerterbatasan modal dan pengetahuan menjadi tergilas. Untuk melindungi kepentingan para investor maka pemerintah melibatkan aparat yang terlatih dalam penyelesaian konflik di masyarakat. Demikian yang terjadi di Gunung Ceremai, berdasarkan penuturan Sekda Kuningan, Yosep Setiawan bahwa tender pengelolaan panas bumi (geothermal) telah dimenangkan oleh Chevron. Nasib masyarakat yang ada di Gunung Ceremai tidak akan berbeda dengan masyarakat yang ada Gunung Salak. Masyarakat hanya akan mendapat dampak negatif dari pembangunan geothermal tersebut, seperti kerusakan lingkungan akibat aktivitas pertambangan, pengkaplingan lahan yang melarang aktivitas pertanian dan non pertanian disekitar area pertambangan serta manfaat listrik dari geothermal tidak akan dirasakan masyarakat. Untuk itu sangat tepat jika ada seruan dari rakyat Indonesia, khususnya sekitar Ceremai untuk mengusir Chevron. Pola pembangunan pertambangan yang dikelola oleh swasta sangat berorientasi pada keuntungan sehingga kepentingan masyarakat terabaikan. Dalam mengelola kekayaan alam yang paling berhak adalah rakyat Indonesia. Wujudnya bisa diwakili oleh Negara ataupun kumpulan individu yang berasal dari warga sekitar. Inisiatif untuk melakukan nasionalisasi aset Negara bisa dimulai oleh rakyat yang terkena dampak langsung dari pembangunan pertambangan. Rakyat tidak pernah merasakan hasil pertambangan dari Freeport , Chevron maupun perusahaan swasta lainnya, jadi keberadaan mereka di negeri ini menyimpang dari amanat konstitusi Pasal 33 dan UUPA dimana, reforma agraria menjadi kerangka utama pembangunan ekonomi nasional. Mari periksa, apa gunung di wilayah anda sudah dibidik, diincar bahkan telah dijamah kaki tangan asing untuk diekspolitasi? SEMOGA TIDAK! (AP) SUMBER : http://www.kpa.or.id/?p=3265&preview=true
Thursday, December 03, 2015
Logika, saya dan spiritualitas
SAYA,
LOGIKA DAN SPIRITUALITAS
Armahedi Mahzar (c) 2015
Armahedi Mahzar (c) 2015
Ketika Tuhan menciptakan manusia
pertama, maka Dia mengajarkan nama-nama padanya yang tak pernah diajarkan pada
malaikat ataupun makhluk-makhluk lain di alam ini. Maka manusia pun di angkat
menjadi khalifahNya di muka bumi. Begitulah kisah penciptaan manusia menurut
kitab suci.
Sains menyatakan manusia lahir
dari evolusi sebagai binatang yang berbahasa lisan yang membuat manusia
bekerjasama satu sama lainnya melalui simbol-simbol bunyi yang sangat beragam.
Simbol-simbol terkecil itu disebut sebagai "kata" yang dalam bahasa
Yunani disebut sebagai "logos."
Jadi, manusia unggul dari makhluk
lain karena mempunyai sistem komunikasi dan informasi simbolik yang bernama
bahasa dengan kata-kata atau nama-nama sebagai unit terkecilnya. Melalui bahasa
itulah manusia merangkum pengalaman-pengalamannya dalam pengetahuan tersusun
secara teratur yang disebut sebagai ilmu atau sains.
Bahasa itu adalah pada hakekatnya
adalah sebuah sistem simbolik lisan yang memungkinkan manusia bisa berbicara
dan bercakap-cakap dengan sesamanya. Ketika dia berbicara dengan dirinya, tanpa
suara, maka proses itu disebut sebagai berpikir. Jadi berpikir bisa dianggap
sebagai berbicara dengan diri-sendiri yang menggunakan kata-kata atau logoi.
Itulah sebabnya ilmu tentang berpikir disebut sebagai "logika"
Logika diciptakan manusia, ketika
mereka bisa menangkap kata-kata ke dalam rangkaian tanda-tanda visual, yang
disebut sebagai huruf-huruf. Manusia pun bisa membedakan satu kata dengan kata
lain sebagai kombinasi huruf-huruf yang berbeda.
Rangkaian kata-kata yang bermakna disebut sebagai
pernyataan. Pernyataan bermakna bisa salah atau benar.
Logika Peradaban Yunani Kuno
Pernyataan yang tersederhana,
menghubungkan dua buah rangkaian kata yang masing-masingnya melambangkan sebuah
pengertian. Pengertian yang disebut pertama adalah pokok atau subyek.
Pengertian kedua disebut sebagai sebutan atau predikat. Pengertian yang ada
dalam kedua alasan disebut sebagai pengertian perantara.
Tiga pernyataan yang benar yang
masing-masingya menghubungkan dua dari tiga pengertian yang berbeda disebut
oleh Aristoteles (384-322 S.M.)sebagai silogisme kategoris.[1]
Dalam suatu silogisme kedua pernyataan terdahulu disebut sebagai alasan.
Pernyataan ketiga disebut sebagai kesimpulan.
Alasan yang mengandung sebutan
dari kesimpulan disebut alasan besar atau premis major. Yang mengandung pokok
dari kesimpulan disebut sebagai alasan kecil atau premis minor. Dalam pembakuan
logikawan abad pertengahan, alasan pertama adalah alasan besar dan alasan kedua
adalah alasan kecil.
Sebuah pernyataan dibedakan
berdasarkan jumlah pokoknya. Jika diawali oleh kata "semua" disebut
sebagai pernyataan "umum", jika diawali oleh kata
"sebagian" disebut sebagai pernyatan "khusus".
Sebuah pernyataan dibedakan
berdasarkan sifat sebutannya. Jika diawali oleh kata "itu" disebut
sebagai sebuah "pengakuan" , jika diawali oleh kata "tidak"
disebut sebagai sebuah "penyangkalan"
Dengan demikian hanya ada empat
macam pernyataan fundamental Aristoteles, yaitu
(1)
pengakuan umum: SEMUA a ITU b
(2)
penyangkalan umum: SEMUA a TIDAK b
(3)
pengakuan khusus: SEBAGIAN a ITU b dan
(4)
penyangkalan khusus: SEBAGIAN a TIDAK b
Silogisme dikelompokkan
bersadarkan letak pengertian perantara pada kedua alasannya. Jika disebut
pertama dalam alasan besar dan disebut kedua dalam alasan kecil, silogisme itu
disebut sebagai skema silogisme pertama.
Jika kedua pengertian pada alasan
pertama silogisme skema pertama dipertukarkan maka kita peroleh silogisme skema
kedua. Jika yang dipertukarkan adalah kedua pengertian dalam alasan kedua
disebut sebagai skema ketiga.
Jika kedua pengertian pada kedua buah
alasan sama-sama dipertukarkan, maka kita peroleh silogisme skema keempat. Akan
tetapi, hanya skema kesatu, kedua dan ketiga yang perlu dibahas menurut
Aristoteles. Skema empat hanyalah pembalikan dari skema kesatu.
Chrysippus,[2]
seabad
setelah Aristoteles, filosof Stoa menyempurnakan logika kategoris Aristoteles
dengan logika proposisi dengan cara memasukkan silogisme hipotetis dan
silogisme disjungtif. Silogisme hipotetis mengambil sebuah pernyataan bersyarat
(JIKA p MAKA q) sebagai premis, sedangkan silogisme disjungtif mengambil sebuah
pernyataan pilihan (p ATAU q) sebagai premis.
Eropa Abad Pertengahan
Untuk memudahkan kita mengingat
silogisme yang banyak itu, para logikawan Eropa abad pertengahan menamai
keempat pernyataan Aristoteles itu dengan dengan keempat huruf hidup pertama
dalam alfabet, yaitu A, E, I dan O. Pengakuan umum disebut sebagai pernyataan A
dan penyangkalan umum disebut E. Pengakuan khusus disebut I dan penyangkalan
khusus disebut O. Oleh karena itu setiap silogisme dikodekan dengan semua
kombinasi tiga huruf A, I, E dan O.
Sebuah silogisme disebut absah
jika dan hanya jika penyimpulannya adalah sebuah keniscayaan. Aristoteles
mengenal ada empat belas silogisme absah. Oleh logikawan abad pertengahan
diberi nama-nama anak Romawi yang merangkai ketiga huruf hidup lambing alasan
dan kesimpulan silogisme absah itu dengan huruf-huruf mati sebagai berikut: Barbara,
Celarent, Darii, Ferio, Baroco, Cesare, Camestres, Festino, Bocardo, Datisi,
Disamis, Ferison, Darapti dan Felapton.
Akan tetapi Galenus[3]
justru menerima silogisme skema keempat sebagai silogisme yang juga harus diperhitungkan.
Oleh karena itu logikawan abad pertengahan menambahkannya ke empatbelas
silogisme absah Aristoteles sehingga memperoleh sembilas belah silogisme absah
keselurujannya
Untuk memudahkan identifikasi
skema bagi silogisme absah itu, William Sherwood dari Inggris menggubah sebuah
sajak yang merangkai nama-nama silogisme absah berikut
Barbara, Celarent, Darii,
Ferioque prioris
Cesare, Camestres, Festino, Baroco secundae
Tertia grande sonans recitat Darapti, Felapton
Disamis, Datisi, Bocardo, Ferison. Quartae
Sunt Bamalip, Calemes, Dimatis, Fesapo, Fresison.
Cesare, Camestres, Festino, Baroco secundae
Tertia grande sonans recitat Darapti, Felapton
Disamis, Datisi, Bocardo, Ferison. Quartae
Sunt Bamalip, Calemes, Dimatis, Fesapo, Fresison.
Dalam sajak ini ditunjukkan bahwa
bagi silogisme absah Aristoteles itu
·
Barbara, Celarent, Darii dan Ferio adalah skema
pertama
·
Cesare, Camestres, Festini dan Barooco masuk dalam
skema kedua
·
Darapti, Felapton, Disamis, Datisi, Bocardo dan
Ferison masuk dalam skema ketiga
dan silogisme absah Galenus adalah
·
Bamalip, Calemes, Dimatis, Fesapo dan Fresison
yang masuk skema keempat.
Logika dalam Peradaban Islam
Setelah penangkapan pembuat kertas dari Cina pada pertempuran Talas pada tahun 751, oleh tentara muslim, mushaf Quran mulai dituliskan pada lembaran-lembaran kertas. Disamping itu berbagai kitab dituliskan dengan menggunakan teknologi baru berupa kertas. Teknologi ini menyebabkan banyaknya buku-buku ditulis pada zaman daulah Abbasiyah.
Dalam salah satu bab bukunya yang
berjudul Alasan mengapa Buku Filsafat dan
Ilmu-ilmu Kuno Menjadi Banyak di Negeri Ini, Ibn al-Nadim menceritakan
sebuah kisah yang aneh di mana khalifah al-Ma’mun bermimpi bertemu dengan
Aristoteles yang meyakinkannya bahwa tak ada pertentangan antara akal dan
wahyu. Keyakinan ini menyebabkan dia membangun Bait al-Hikmah pada tahun 830
sebagai pusat penterjemahan buku-buku ilmiah Bahasa Yunani ke Bahasa Arab.
Di antara penterjemah itu adalah Ya'qub
ibn Ishaaq al-Kindi (801-873) adalah filsafat muslim pertama yang
menterjemahkan sebagian dari kitab Organon karya Aristoteles dan memberi banyak
komentar terhadapnya. Dia menganalisis bagian-bagian dari karya itu dan
meletakkannya dalam konteks pemikiran keagamaan Islam.
Logika
bagi al-Farabi (871-950) adalah pelayan bagi semua ilmu, karena itu dia
meletakkannya pada urutan kedua setelah ilmu bahasa, diikuti oleh matematika,
fisika, metafisika, politika, hukum dan teologi dalam bukunya Katalog Imu-ilmu
yang terjemahan Latinnya dijadikan buku dasar di universitas-universitas Eropa
abad pertengahan..
Penerusnya adalah Al-Husayn Ibn
Abdallah Ibn Sina (980-1037) yang ketika
remaja membaca risalah Aristoteles tentang metafisika sebanyak empat puluh
kali, namun masih saja tidak mengerti sampai dia membaca komentar al-Farabi
tentang logika Aristoteles. Ilmu logika itu ternyata sangat berguna untuk ilmu
kedokteran yang kemudian dia tekuni dan dituliskan dalam kitabnya Al-Qanun fi t-Tibb yang 14 jilid yang
terjemahan Latinnya menjadi buku daras ilmu kedokteran di universitas-universitas
Eropa.
Muhammad Abu Hamid al-Ghazali
(1058-1111) mempelajari logika dari buku-buku karya Al-Farabi dan Ibnu Sina
ketika ingin memahami filsafat. Dalam Maqasid
Al-Falasifah[4],
dia mempelajari 14 silogisme kategoris absah Aristoteles dan menolak silogisme
skema empat yang diajukan oleh Galenus. Diapun mempelajari silogisme hipotetis
filsuf Stoa yang terdiri dari silogisme kondisional dan silogisme disjungtif.
Dengan menggunakan logika yang telah
dipelajari dan dipaparkan dalam bukunya Maqasid al Falasifah dia menunjukkan
adanya 20 kesalahan fikir Al-Farabi dan Ibnu Sina dalam metaisika mereka yang
dituliskan dalam bukunya yang terkenal sebagai Tahafut Al-Falasifah.[5]
Buku ini kemudian dikritik oleh Ibnu Rusyd dalam bukunya yang dinamai Tahafut
al-Tahafut.
Walaupun begitu al-Ghazali tidak
menganggap logika sebagai ilmu asing yang bertentangan dengan keyakinan
beragama Islam. Ia bahkan mengislamisasi logika dengan menafsirkan kata
al-Mizan di dalam Al-Quran Mulia sebagai silogisme yang dianggapnya sebagai
timbangan pengukur kebenaran sebuah penalaran. [6]
Dia menamai ketiga skema
silogisme kategoris Aristoteles sebagai al-Mizan
al-Ta’adul akbar, awsath dan asghar. Sedangkan silogisme kondisional disebutnya sebagai al-Mizan al-Talazum dan silogisme
disjungtif disebutnya sebagai al-Mizan
al-Ta’anuts. Bahkan dia menunjukkan bahwa kelima al-Mawazin itu bisa ditemui dalam ayat-ayat al-Quran.
Logika dalam Quran
Sang Hujjatul Islam menamakan
ketiga bentuk silogisme yaitu silogisme kategoris (yang ditemukan oleh
Aritoteles), silogisme kondisional dan silogisme disjungtif (yang ditemukan
filsuf Stoa) sebagai ‘Neraca Al Qur’an’ (mizan Al Qur’an), serta menafsirkan
ayat-ayat Al Qur’an yang menyebut mizan dengan model pembuktian logis ini.
Silogisme kategoris disebutnya
sebagai al-Mizan al-Ta’adul yang
dibaginya menjadi tiga: akbar (besar), awsath (sedang) dan asghar (kecil).
Silogisme kondisional disebutnya sebagai al-Mizan
al-Talazum. Sedangkan silogisme disjungtif disebutnya sebagai al-Mizan al-Ta’anuts. Kelima bentuk
silogisme itu ditemukan oleh al-Ghazali dalam beberapa ayat al-Quran.
Al-Mizan al-Ta'adul Akbar
“Sesungguhnya Allah menerbitkan matahari dari timur,
maka (jika kau tuhan) terbitkanlah dari barat!” (QS Al Baqarah [2]: 258).
maka (jika kau tuhan) terbitkanlah dari barat!” (QS Al Baqarah [2]: 258).
Argumentasi ayat ini adalah Barbara skema pertama
Aristoteles.
Setiap yang mampu menerbitkan matahari adalah tuhan (alasan
besar A)
Allah mampu menerbitkan matahari (alasan kecil A)
Kesimpulan: Allah tuhan (pernyataan A)
Allah mampu menerbitkan matahari (alasan kecil A)
Kesimpulan: Allah tuhan (pernyataan A)
Al-Mizan al-Ta'adul Awsath
“Ketika bulan itu terbenam, ia berkata aku tak suka sesuatu
yang tenggelam.”
(QS Al An’am [6]: 7)
(QS Al An’am [6]: 7)
Argumentasi ayat ini adalah silogisme Camestres dalam skema
dua Aristoteles)
Bulan tenggelam (alasan
besar A)
Tuhan tidak mungkin tenggelam (alasan kecil E)
Kesimpulan: Bulan bukan tuhan (pernyataan E)
Al-Mizan al-Ta'adul Asghar
Tuhan tidak mungkin tenggelam (alasan kecil E)
Kesimpulan: Bulan bukan tuhan (pernyataan E)
Al-Mizan al-Ta'adul Asghar
“Mereka tidak menghargai Allah dengan
seharusnya ketika mereka berkata Allah tidak menurunkan (wahyu) apapun kepada
manusia. Katakanlah, ‘Lalu siapa yang menurunkan Kitab kepada Musa sebagai
cahaya dan petunjuk bagi manusia?’” (QS 6:91)
Argumentasi ayat ini adalah Darapti skema ketiga
Aristoteles:
Musa As menerima wahyu (Al Kitab) dari Allah {alasan besar A}
Musa As manusia {alasan besar A}
Kesimpulannya: Sebagian manusia ada yang menerima wahyu {pernyataan I}
Musa As manusia {alasan besar A}
Kesimpulannya: Sebagian manusia ada yang menerima wahyu {pernyataan I}
Al-Mizan al-Talazum
“Jika ada tuhan selain Allah, niscaya langit
dan bumi akan hancur.” (QS Al Anbiya [21]: 22).
Jika di dunia ini ada tuhan lain, maka dunia akan hancur {karena
alasan maka kesimpulan}
Nyatanya dunia tidak hancur {penyangkalan kesimpulan}
Kesimpulan: Tidak ada tuhan lain {penyangkalan alasan}
Argumentasinya adalah Modus Tollens kaum Stoa.
Nyatanya dunia tidak hancur {penyangkalan kesimpulan}
Kesimpulan: Tidak ada tuhan lain {penyangkalan alasan}
Argumentasinya adalah Modus Tollens kaum Stoa.
Al Mizan al-Ta'anud
“Katakanlah (wahai Muhammad), ‘Siapa yang memberi rizki kepada kalian dari langit dan bumi?’ katakanlah, ‘Allah, dan kami atau kalian yang mendapat petunjuk atau dalam kesesatan yang nyata.’” (QS Saba [34]: 24).
“Katakanlah (wahai Muhammad), ‘Siapa yang memberi rizki kepada kalian dari langit dan bumi?’ katakanlah, ‘Allah, dan kami atau kalian yang mendapat petunjuk atau dalam kesesatan yang nyata.’” (QS Saba [34]: 24).
Kami atau kalian (salah satu dari kita) berada di dalam
kesesatan {alternatif pilihan}
Kami tidak dalam kesesatan {penyangkalan satu pilihan}
Kesimpulan: Kalian berada dalam kesesatan {pengakuan pilihan lainnya}
Argumentasinya adalah modus tollendo ponens kaum Stoa.
Kami tidak dalam kesesatan {penyangkalan satu pilihan}
Kesimpulan: Kalian berada dalam kesesatan {pengakuan pilihan lainnya}
Argumentasinya adalah modus tollendo ponens kaum Stoa.
Dengan mengutip ayat-ayat
tersebut di atas, Al Ghazali menempatkan
mantiq bukan sebagai warisan tradisi Hellenistik, tetapi merupakan bagian
inheren dari Al Qur’an. Itulah sebabnya Hujjatul Islam ini memfatwakan bahwa
mempelajari ilmu mantik sebuah fardhu kifayah, dan barangsiapa tidak menguasai
ilmu ini pengetahuannya patut diragukan.
Pendapat al-Ghazali tidak dapat
diterima oleh semua ulama Islam. Taqiyaddin Ibn Thaimiyah (-1328), misalnya,
menyerang pandangan al-Ghazali yang menganggap Mantiq sebagai ilmu universal
yang disebut sebagai al-Mizan.
Menurut Ibn Taimiyah logika Yunani
itu memang berguna untuk ilmu kealaman, namun tak berguna untuk ilmu keagamaan.
Dia mengritik konsep definisi dan metoda silogisme. Soalnya, dia tak bisa
menerima ide universal yang berdiri di luar alam fisik. Baginya, konsep
universal hanya ada dalam pikiran manusia sebagai abstraksi dari realitas
eksternal.
Logika dalam Peradaban Barat Modern
Teknologi pembuatan kertas yang
dikembangkan oleh peradaban Islam menjalar ke Eropah yang dirundung kegelapan
setelah runtuhnya kerajaan Romawi. Dampak dari transfer teknologi ini adalah
didirikannya berbagai universitas di Eropa sejak tahun 1100. Salah satu
universitas itu adalah Universitas Paris di mana gambar Ibn Sina diabadikan
dalam salah satu ruang di fakultas Kedokteran.
Leibniz di abad XVII mempelajari
logika Aristoteles secara kombinatorik akhirnya menambahkan lima lagi silogisme
absah, yang mengasumsikan eksistensi salah satu pengertian, yaitu: Barbari, Camestros,
Celaront, Cesaro dan Calemos sehingga keseluruhannya dapat ditabelkan berikut
ini.
Leibniz, mengikuti renaissance yang dipicu oleh revolusi Gutenberg, juga bermimpi untuk menyusun sebuah ilmu logika
sebagai Calculus Ratiocinator sebagai cabang dari matematika.
Impian Leibniz itu baru bisa
dicapai oleh matematikawan Inggris di abad XIX George Boole[7]
yang merumuskan logika sebagai sebuah bentuk aljabar. Dia pun merumuskan silogika dalam bentuk
sepasang persamaan dua variabel di mana masing-masing variabel yang dituliskan
sebagai huruf adalah lambang bagi pengertian. Dengan ini maka pencarian
kesimpulan menjadi proses pelenyapan variabel sama yang dimiliki oleh kedua
persamaan itu.
Aljabar logika Boole itu kemudian
disempurnakan menjadi sebuah sistem aksiomatika mirip dengan sistem aksioma
ilmu ukur Euklides. Dengan demikian aljabar Boole menjadi sebuah aljabar yang
sangat abstrak.
Di lain pihak Claude Shanon[8]
menemukan bahwa aljabar Boole ini juga berlaku untuk rangkaian pemutus arus
listrik yang sangat kongkret. Aljabar Boole yang sangat kongkret inilah yang
kemudian jadi sarana untuk membuat komputer hingga telepon genggam yang meraja-lela
sekarang.
Sementara itu aksiomatisasi
aljabar logika Boole itu terus mengalami penyederhanaan. Misalnya Bertrand
Russell dapat mereduksi aksiomanya menjadi lima buah dengan satu kaidah
inferensi logika. Huntington berhasil mengurangi aksioma itu menjadi hanya tiga
buah.
George Spencer-Brown mereduksi
lebih lanjut menjadi dua aksioma dengan cara melakukan inovasi aljabar di mana
kekosongan dianggap sebagai lambang SALAH, pendampingan sebagai lambang operasi
ATAU dan PALANG sebagai simbol dua dimensi atau gambar. [9]
Bahkan Louis Kauffman seorang
matematikawan dari Amerika Serikat berhasil mengganti kedua aksioma
Spencer-Brown dengan hanya sebuah aksioma tunggal yaitu salah satu aksioma
Huntington dan membuang dua aksioma Huntington yang lainnya karena tak
diperlukan lagi dalam simbolisasi dua dimensi alias gambar. Kaufman juga mengganti notasi PALANG
Spencer-Brown dengan notasi KOTAK. [10]
Dalam notasi KOTAK Kaufman, aksioma tunggal Huntington itu
adalah sebagai berikut
Logika dalam Pencarian Saya …….
Perjalanan saya ke dunia logika berawal dengan kebingungan saya membaca risalah
logika Aristoteles yang menguntai huruf-huruf dengan kata-kata dalam
deskripsinya tentang silogisme. Padahal saya melihat aljabar logika Boole, yang
merakai huruf-huruf dengan tanda-tanda ilmu hitung, sangatlah mudah, karena
berdasarkan aritmetika yang berbasis dua nilai. Namun, sayangnya, saya tidak
bisa memahami bagaimana Boole membuktikan semua silogisme Aristoteles.
Kebingungan itu berkurang setelah
mempelajari simbolisme piktorial aljabar Boole yang dilakukan oleh Peirce di
abad kesimbilan belas dan oleh George Spencer-Brown dan Louis Kaufman.
Alhamdulillah, saya akhirnya bisa mensimulasi aljabar logika mereka dengan sebuah
permainan yang menggunakan barang-barang kongkret yang bisa kita lihat, pegang
dan pindahkan.
Sementara itu, saya juga
menemukan bahwa jika saya menggunakan notasi asli Boole yang menyatakan TIDAK x
dengan 1- x dan menyatakan x ATAU y dengan x+y, maka melalui hukum De Morgan
saya mendapatkan bahwa x DAN y adalah x-1+y. Selanjutnya pernyataan A adalah
1-x+y, pernyataan E adalah 1-x+1-y, pernyataan I adalah x-1+y dan pernyataan O
adalah x-y.
Dengan notasi seperti ini saya
dapat membuktikan bahwa ‘semua b alah c DAN semua a adalah b’ ekspresi Boolenya
adalah ‘1-b+c-1+1-a+b’ yang nilainya sama dengan ‘1-a+c’ yaitu ekspresi Boole
untuk ‘semua a adalah c’ yang tak lain dari pada kesimpulan silogisme Barbara.
Prosedur ini bisa saya lakukakan untuk mencari ke 24 silogisme absah Leibniz.
Dengan kata lain, kita dapat
menyatakan bahwa rumus aritmetik kesimpulan suatu silogisme absah adalah hasil
penghitungan rumus aritmetik gabungan DAN kedua alasan beserta asumsi
eksistensial jika memang ada. Penemuan ini membuat saya sadar mengapa
al-Ghazali menyatakan sebuah silogisme sebagai sebuah kesetimbangan, karena
kesimpulan memang ekivalen dengan gabungan
alan
Proses penyimpulan ini juga
berlaku bagi aljabar logika Sommers yang menyatakan DAN dengan + dan menyatakan
pernyatan-pernyataan A, E, I dan O masing-masingnya adalah –a+b, -a-b, +a+b dan
+a-b. Aljabar Sommers ini dapat disimulasi dengan mengganti huruf-huruf dengan
barang-barang dan tanda plus minus didepan huruf menyatakan dua keadaan barang
yang berbeda.
Menemukan permainan barang-barang
ini membuat saya bahagia bukan main. Soalnya penurunan logis suatu silogisme
menjadi begitu mudah tidak memerlukan matematika yang sulit dan rumit. Begitu
mudahnya sehingga dapat diajarkan pada anak pra-sekolah. Namun sayangnya ketika
saya sampaikan permainan mudah ini di internet. Tampaknya tak ada yang
mengomentarinya.
…. berujung pada Metoda Sastra
Karena itu saya lalu melakukan simulasi dari permainan barang-barang menjadi
permainan tulisan dengan metoda sastra. Setiap barang diganti dengan tulisan
nama barang itu. Keadaan barang dinyatakan oleh besar kecilnya huruf pertama
penulisan nama barang tersebut.
Misalnya barang-barang itu
diwakili tulisan 'sendok', 'piring' dan 'garpu', maka keadaan lain dari barang
diwakili oleh tulisan 'Sendok', 'Piring' dan 'Garpu'. Dengan demikian setiap
pernyataan kategoris fundamental dinyatakan oleh pasangan dua nama tertulis
benda-benda itu.
Menurut Aristoteles semua
silogisme absah, bisa diubah menjadi dua silogisme sempurna yang oleh logikawan
abad pertengahan diberi nama sebagai Barbara dan Celarent di mana setiap
alasannya adalah pernyataan umum. Barbara adalah silogisme KARENA semua b
adalah c DAN semua a adalah b MAKA semua a adalah c'. Celarent adalah silogisme
'KARENA semua b tidak c DAN semua a adalah c'
Selanjutnya, dia mengatakan bahwa
semua silogisme lain dapt diturunkan dari kedua silogisme sempurna ini. Namun
sebenarnya, silogisme Celarent dapat diperoleh dari silogisme Barbara dengan
mengganti predikat yang ada pada kesimpulan yang sekaligus ada pada salah satu
alasannya dengan lawannya. Misalnya Semua a itu b menjadi semua a tidak b.
Sebagian a itu b menjadi sebagian a tidak b.
Dalam metoda sastra, kita bisa
saja menggantikan huruf-huruf itu dengan nama benda langit. Misalnya, a dengan
'bulan', b dengan'bintang' dan c dengan 'matahari' atau tiga nama prabotan
makan seperti telah disampaikan di atas.
Dalam permainan tulisan, keempat
pernyataan Aristoteles cukup dinyatakan oleh cukup dituliskan dengan dua nama:
·
'semua a itu b' ditulis sebagai 'Bulan bintang',
·
semua a tidak b ditulis sebagai 'Bulan Bintang',
·
'sebagian pokok itu b' ditulis sebagai 'bulan
bintang' dan
·
'sebagian a tidak b' ditulis sebagai 'bulan
Bintang'.
Penggabungan dua buah alasan satu
silogisme dinyatakan dengan mendampingkan kedua alasan tersebut melalui
hubungan DAN yang dilambangkan oleh KOSONG. Jika sudah digabungkan, kita dapat
mencari kesimpulannya melalui metoda sastra.
Dengan metoda sastra ini Barbara ditulis sebagai ‘KARENA Bintang matahari Bulan
bintang MAKA Bulan matahari’ dan Celarent ditulis sebagai ‘KARENA
Bintang Matahari Bulan bintang MAKA Bulan
Matahari ‘
Kalau diperhatikan dalam kedua
silogisme sempurna itu ada dua keteraturan
(1) nama pengertian bersama pada
alasan huruf awalnya berlawanan
(2) kesimpulannya adalah gabungan dari dua pengertian yang berbeda dalam kedua alasan
(2) kesimpulannya adalah gabungan dari dua pengertian yang berbeda dalam kedua alasan
Jadi penyimpulan silogisme
sempurna dalam metoda sastra ini adalah sebagai berikut
(1) coret tulisan nama yang
berlawanan huruf awal pada kedua alasan
(2) kesimpulan adalah gabungan tulisan nama yang tak dicoret
(2) kesimpulan adalah gabungan tulisan nama yang tak dicoret
Cara penyimpulan ini ternyata
dapat digunakan bagi penyimpulan semua silogisme absah Leibniz, termasuk yang
membutuhkan asumsi tambahan tentang eksistensi pengertian dalam alasan. Tentu
saja hal ini tidak konsisten dengan definisi silogisme yang hanya melibatkan
tiga pernyataan menurut Aristoteles. Itulah sebabnya Aristoteles menolaknya
sebagai suatu silogisme absah.
Begitu juga Aristoteles tidak mau
menerima silogisme skema keempat, karena mereka tak lain dari pembalikan dari
silogisme skema kesatu, kedua dan ketiga.
Soalnya, jika kita membalik bulan
dan matahari pada kesimpulan Darii Skema 1 yaitu 'JIKA Bintang matahari bulan bintang MAKA bulan matahari' dan membalik
urutan alasan, maka kita akan memperoleh silogisme skema keempat Dimatis yaitu
‘JIKA bulan bintang Bintang matahari
MAKA
matahari bulan'
matahari bulan'
Begitu juga, jika kita membalik
Bulan dan Matahari pada Celarent skema 1 yaitu 'JIKA Bintang Matahari
Bulan bintang MAKA Bulan Matahari' lalu membalik urutan alasan, maka kita akan memperoleh silogisme skema keempat Calemes yaitu 'JIKA Bulan bintang Bintang Matahari MAKA
Matahari Bulan'
Bulan bintang MAKA Bulan Matahari' lalu membalik urutan alasan, maka kita akan memperoleh silogisme skema keempat Calemes yaitu 'JIKA Bulan bintang Bintang Matahari MAKA
Matahari Bulan'
Selanjutnya, jika kita membalik
bulan dan bintang pada alasan Festino skema 2
yaitu 'JIKA Matahari Bintang
bulan bintang MAKA bulan Matahari', maka kita akan memperoleh
silogisme skema keempat Fresison yaitu 'JIKA Matahari Bintang bintang bulan
MAKA bulan Matahari'
Dengan demikian melalui metoda
sastra ini, kita dapat mencari kesimpulan keempatbelas silogisme absah
Aristoteles dengan sangat mudah. Artinya kebingungan saya membaca risalah
kata-kata Aristoteles akhirnya terpecahkan dengan cara yang sederhana yaitu:
mencoret pasangan nama sama yang huruf awalnya berbeda jenis.
CATATAN AKHIR
Di awal masa kuliah, saya diminta paman saya untuk mempelajari buku Ihya
Ulumuddin karangan Imam al-Ghazali lalu mencoba mengamalkannya di sisa hidup
saya. Bagi saya mistisisme Islam atau tasawwuf adalah komplementasi bagi
teologi Islam atau ilmu kalam. Ini adalah pewujudan komplementasi fungsi
psikologis intuisi dan rasio sesuai dengan komplementasi mistika dan logika
seperti yang dinyatakan Bertrand Russel.
Secara kolektif komplementasi itu
mewujud pada komplementasi seni dan sains. Komplentasi ini adalah pewujudan
manusiawi dari komplementasi Yin dan Yang di alam seperti diajarkan Lao Zi
dalam nukunya Dao De King. Karena itu saya mencoba mengidentifikasi diri saya
dengan dua tokoh besar pemikiran Islam yaitu Al-Ghazali dan Ibn Rusyd yang
saling melengkapi, meskipun dalam mitologi Barat dikatakan bahwa peradaban
pengikut al-Ghazali yaitu peradaban Islam dikalahkan oleh peradaban Barat
pengikut Ibnu Rusyd.
Dalam sejarah kedua sisi ini
tampak pada dua peradaban besar yaitu peradaban Islam religius tradisional dan
peradaban Barat sekuler modern. Dengan dikalahkannya daulah Utsmaniyah dan
kerajaan-kerajaan Islam di Nusantara oleh penjajah dari Eropa, maka tampak
bahwa orang yang didominasi otak kanan yang menekankan pelestarian seni dan
budaya akan dikalahkan oleh orang yang didominasi otak kanan yang menekankan
pengembangan sains dan teknologi.
Itulah sebabnya saya aktif di
masjid Salman berusaha meyakinkan mahasiswa bahwa peradaban Islam kurun pertama
yang menggabungkan kedua sisi peradaban itu secara seimbang, yaitu peradaban
Islam kurun pertama sebelum Jatuhnya Bagdad dari serbuan Mongol dari Timur dan
Kordoba dari serbuan tentara Salib dari Barat, pernah berjaya di samping
peradaban Eropa yang mengalami masa kegelapannya.
Saya berharap jika kesadaran
Islam ditingkatkan dari kesadaran personal religius menjadi kesadaran integral
peradaban, maka insya Allah, kita dapat membangkitkan peradaban Islam kurun
ketiga di masa depan yang menjadikan spiritualitas religius sebagai
pengintegrasi dimensi material, dimensi sosial, dimensi kultural dan dimensi moral seperti yang
pernah terjadi pada peradaban Islam kurun pertama. Semoga memang demikian
adanya. Amin ya Rabbal ‘alamin.
Catatan kaki
[1]
Aristoteles, Categories bisa dibaca online di http://www.gutenberg.org/files/2412/2412-h/2412-h.htm
[3] Nicholas Rescher, Galen and the Syllogism, University
of Pittsburgh Pre, May 15, 1966
[4]
Terjemahan Bahasa Inggris dari terjemahan Bahasa Ibrani: THE LOGICAL PART OF AL-GHAZALI'S
MAQASID AL-FALASIFA, IN AN ANONYMOUS HEBREW TRANSLATION WITH THE HEBREW
COMMENTARY OF MOSES OF NARBONNE, EDITED AND TRANSLATED WITH NOTES AND AN
INTRODUCTION AND TRANSLATED INTO ENGLISH. CHERTOFF, GERSHON BARUCH, PHD. COLUMBIA
UNIVERSITY, 1952. http://www.ghazali.org/books/chertoff.pdf
[5] Al Ghazali, Tahafut al Falasifah, editor Sulyman Dunya, Cairo:
Dar al Maarif, tanpa tahun.
[6]
Al-Ghazali, al-Qistas al-mustaqim: The Correct Balance (Terjemahan. R. McCarthy) http://www.ghazali.org/books/jb-4.pdf .
[7] George Boole. 1854/2003. The Laws of Thought, facsimile of
1854 edition, with an introduction by J. Corcoran. Buffalo: Prometheus Books
(2003). http://www.gutenberg.org/files/15114/15114-pdf.pdf?session_id=440004f1dfdc8810a63b2f29a80d6c2f1674b177
[8] Claude Shannon, "A Symbolic Analysis of Relay and Switching
Circuits," unpublished MS
Thesis, Massachusetts Institute of Technology, August 10, 1937.
[9]
George Spencer-Brown, Laws of Form, Bantam Books, paperback (1973)
Subscribe to:
Posts
(
Atom
)