Saya,
Logika dan Internet
Bagian Tiga
Armahedi Mahzar (c) 2013
Melanjutkan
kisah perjalanan saya di dunia logika dengan wahana mayantara.
Pada
blog yang lalu saya bercerita bahwa semua itu bermula dari pertemuan saya di mayantara
dengan aljabar Brown
dari
dalam buku Laws of Form yang samar itu.
Di
mayantara itu juga saya menemukan aljabar Kotak Kauffman yang mengganti SILANG
dalam aljabar Brown dengan KOTAK. Dalam notasi kotak itu, kedua aksioma aljabar
Brown adalah
+----+
|+-+
|
||p|p|
=
|+-+
|
+----+
+---------+ +-------+
|+--+
+--+| |+-+ +-+|
||pr|
|qr|| = ||p| |q|| r
|+--+
+--+| |+-+ +-+|
+---------+ +-------+
Ketika
saya mengganti huruf-huruf di aljabar kotak Kauffman dengan bola-bola
warna-warni
,
maka sampailah saya pada sebuah permainan hapus-hapusan kotak warna yang isomorfik dengan aljabar logika Boole. Yang tak saya duga adalah kenyataan bahwa dengan permainan hapus-hapusan kotak warna yang kekanak-kanakan itulah saya bisa menemukan sejumlah fakta logika yang sebelumnya belum pernah ditemukan orang.
,
maka sampailah saya pada sebuah permainan hapus-hapusan kotak warna yang isomorfik dengan aljabar logika Boole. Yang tak saya duga adalah kenyataan bahwa dengan permainan hapus-hapusan kotak warna yang kekanak-kanakan itulah saya bisa menemukan sejumlah fakta logika yang sebelumnya belum pernah ditemukan orang.
PENEMUAN
PERTAMA:
aksioma REDUCTIO AD ABSURDUM
Logika
Brown yang isomorfik dengan aljabar Boole itu ternyata disederhanakan menjadi
aljabar Kauffman dengan satu aksioma saja, yaitu aksioma Huntington
[[a][b]][[a]b]=a yang dalam notasi aljabar kotak adalah
Sebenarnya,
tak ada yang original dari penemuan Kauffman ini. Soalnya, Huntington jauh-jauh
hari telah menemukan bahwa aljabar Boole dapat diturunkan dari ketiga
aksiomanya yaitu Komutativitas, Asosiativitas dan aksioma yang dijadikan
aksioma tunggal oleh Kauffman itu. Kauffman bisa menghilangkan kedua aksioma
Huntington yang lain karena penggunaan notasi kotak berdimensi dua itu
komutativitas dan asosiativitas merupakan kenyataan visual yang tak perlu
dinyatakan secara simbolik.
Namun,
apakah sebenarnya aksioma Huntington itu? Setelah saya amati dengan cermat,
jika kita menafsirkan
pendampingan dua gambar sebagai operasi DAN
dan
menafsirkan KOSONG sebagai BENAR,
maka
rumus Huntington itu tak lain dari rumus Boole
(a'->b')(a'->b)
= a
bagi
sebuah prinsip logika yang sangat kuno, mendahului Aristoteles, yang dikenal
sebagai prinsip REDUCTIO AD ABSURDUM.
Prinsip
REDUCTIO AD ABSURDUM mengatakan bahwa
sebuah pernyataan itu benar
jika dan hanya jika
penyangkalannya menyimpulkan suatu yang
kontradiktif atau SALAH.
Melihat
hal itu tentu saja mencengangkan saya: ternyata logika modern yang matematis
itu landasan terdasarnya adalah prinsip kuno yang mendahului logika tradisional
Aristoteles.
PENEMUAN
KEDUA:
PEMBUKTIAN KONJEKTUR ROBBINS
Penemuan
lain yang menakjubkan saya adalah kenyataan bahwa dengan aljabar kotak kita
bisa membuktikan aksioma Robbins dengan sangat singkat. Robbins, mahasiswa
Huntington, menyatakan bahwa aksioma Huntington itu sebaiknya diganti dengan
rumus Boolean yang lebih sederhana yang kemudian disebut sebagai rumus Robbins.
[[a[b]][ab]]
= a
Tetapi
sayangnya, Robbins tidak bisa membuktikan bahwa memang seluruh aljabar Boole
bisa diturunkan dari rumusnya beserta aksioma komutasi dan aksioma asosiasi.
Berpuluh tahun matematikawan mencoba membuktikan kebenaran konjektur atau
dugaan Robbins itu, namun gagal semua. Baru pada awal milenium ketiga ini William Mccune
dengan bantuan program komputer ... bisa membuktikannya dengan menggunakan
waktu mesin komputer selama lima hari.
Kauffman
sendiri dengan menggunakan aljabar kotak bisa mereduksi pembuktian komputer
yang sangat panjang itu menjadi pembuktian 14 buah lemma atau dalil bantu.
Saya
tidak menyangka bahwa saya, menggunakan aljabar kotak, bisa menurunkan aksioma
Huntington dari rumus Robbins dengan menggunakan sifat dualitas aljabar Boole
hanya dalam 3 langkah.
[[a[b]][ab]]=a
Langkah
1: negasikan kedua ruas x=y -> [x]=[y]
[[[a[b]][ab]]]=[a]
Langkah
2: hapus negasi ganda karena [[x]]=x
[a[b]][ab]
=[a]
Langkah
3: ganti [a] dengan A, sebaliknya a dengan [A] dan b dengan B
[[A][B]][[A]B]=
A
yang
tak lain dari pada Aksioma Huntington itu sendiri
Ajaib.
Namun sebenarnya saya telah menggunakan dua identitas Boole yang belum
dibuktikan sebagai kaidah inferensi.Bagi
banyak orang ini mungkin sebuah penyelundupan yang ilegal, namun bagi saya ini
bukannya sebuah kesalahan, tetapi keunggulan manusia untuk memilih kaidah
inferensi yang tepat. Misalnya Charles Sanders Peirce mempunyai lima kaidah inferensi fundamental..
Bagaimana
pun, yang lebih mengherankan saya adalah kenyataan bahwa aksioma Robbins itu
pun tak lain tak bukan daripada prinsip REDUCTIO AD ABSURDUM juga jika rumusnya
dibaca dengan penafsiran Brown tentang aljabar kotak, dimana
pendampingan dibaca sebagai ATAU dan
KOSONG dibaca sebagai SALAH.
Bagi
saya penemuan ini memperkuat ketercengangan saya ketika mengetahui bahwa
prinsip REDUCTIO AD ABSURDUM adalah fondasi aljabar logika modern Boole.
PENEMUAN
KETIGA:
KESATUAN SEMUA SILOGISME
Dengan
bermain kotak logika berwarna ini, akhirnya saya menemukan bahwa semua
silogisme absah Aristoteles Leibnitz itu, sebenarnya, adalah satu adanya.
Asalnya, saya membaca di internet bahwa Christine Ladd-Franklin menemukan satu
rumus antilogisme yang bisa menurunkan semua silogisme absah yang menurut
Leibnitz ada 24. Untuk membuktikan kebenaran dalil Ladd-Franklin itu saya
mengubah formula antilogisme itu dalam gambar aljabar kotak yang dengan aturan
hapus-hapusan menghasilkan satu kotak kosong. Ini artinya kedua alasan satu
silogisme jika digabungkan dengan penyangkalan kesimpulannya adalah
kontradiktif alas SALAH.
Sayangnya
pada mulanya saya hanya menemukan dua buah antilogisme
Ebc Aab Iac
Abc Aab Oac
yang
bisa menurunkan hanya 15 buah silogisme absah.
Namun
belakangan saya dapat menemukan dua lagi antilogisme yaitu
Eaa Ebc Aab Aac
Ebb Abc Aab Eac
Ebb Abc Aab Eac
yang
bisa menurunkan 9 buah silogisme sisanya.
Untunglah,
pada akhirnya saya bisa membuktikan bahwa keempat antilogisme itu ekivalen satu
sama lainnya.
Dengan
demikian dalil Ladd-Franklin itu terbukti kebenarannya.
Namun,
sebagai dampak sampingan, justru ada dalil lebih umum yang saya temukan:
semua silogisme itu ekivalen satu sama
lainnya.
Jadi
setiap silogisme absah sebenarnya, bukan hanya bisa diturunkan bukan hanya dari
sebuah antilogisme, tetapi dari silogisme absah yang mana pun.
PENEMUAN
KEEMPAT:
SISTEM GRAF EKSISTENSIAL SEDERHANA
Namun
perjalanan selanjutnya di Internet, saya menemukan suatu sistem logika simbolik
yang lebih sederhana dari aljabar Brown yaitu sistem graf eksistensial dari
Charles Sanders Peirce yang hanya mengenal aksioma tunggal yaitu KOSONG. Namun
sayangnya sistem Peirce itu memerlukan lima kaidah inferensi.
Jadi
sistem Graf Eksistensial Peirce terdiri dari
satu
aksioma
kebenaran
: KOSONG
dan
lima kaidah inferensi
Delesi
: pq -> p
Insersi
: [p] -> [pq]
Iterasi
: p[q] -> p[pq]
Deiterasi
: p[pq] -> p[q]
Negasi ganda: [[p]] = p
Rupanya
Peirce menyembunyikan rumus-rumus implikatif Boole ke dalam kaidah-kaidah
inferensi.
Tentu
saja, saya agak kecewa melihat kenyataan ini. Namun, alhamdulillah, saya
akhirnya menemukan bahwa kita dapat mermbuang empat kaidah inferensi itu
menjadi satu saja yaitu ITERASI p[q]->p[pq], jika saja kita mau mengganti
aksioma tunggal Peirce itu dengan sebuah aksioma baru yaitu KONSISTENSI
p->p.
Dengan
demikian seluruh aljabar Boole dapat diturunkan dari sistem graf eksistensial
sederhana
M0
aksioma KONSISTENSI: p -> p
M1
Kaidah ITERASI : p[q]= p[pq]
Tentu
saja penemuan ini sangat membahagiakan saya. Soalnya, pada akhirnya saya
menemukan bahwa semua isi alam logika sebenarnya berdasarkan satu asas saja
yaitu konsistensi.
Setelah
saya perhatikan dengan teliti ternyata bahwa aksioma konsistensi p->p bagi
sistem graf eksistensial sebenarnya dapat diganti dengan dengan aksioma yang
lebih sederhana yaitu INDIFERENSI p->BENAR atau [p[ ]] . Dengan demikian
sistem graf eksistensial yang paling sederhana adalah
M0
aksioma INDIFERENSI: p -> 1
M1
kaidah ITERASI : p[q] = p[pq].
CATATAN AKHIR
Kalau
diperhatikan keempat penemuan itu sebenarnya sebuah perjalanan menuju proses
penyederhanaan sistem aksiomatika logika. Ini adalah dimensi abstrak perjalanan
logika saya. Sisi lain perjalanan saya yang lain adalah perjalanan menuju
penyederhanaan notasi logika dari yang literal menuju yang obyektif konkret,
dari aljabar logika abstrak menuju permainan logika kongkret. Bagaimana hasil
pencarian saya akan permainan logika tersederhana itulah yang akan saya
ceritakan pada blog lainnya lagi.
No comments:
Post a Comment