Tuesday, March 05, 2013

Sri Indrawarman: Raja Muslim Sriwijaya

Sri Indrawarman:
raja muslim Sriwijaya


S Fatimi, seorang sejarawan Malaysia menulis dan dikutip oleh Azyumardi Azra dalam bukunya Islam Nusantara bahwa ada dua buah surat yang kemungkinan besar ditulis oleh Raja Sriwijaya untuk Kalifah Arab. Bagian pembukaan dari surat pertama dikutip oleh al Jahiz dalam bukunya Kitab al Hayawan (Buku Fauna) berdasarkan 3 rantai isnad.
Gambar dari buku Mahluk Ajaib nya Qazwini memperlihatkan Raja duduk disinggasana memakai mahkota emas dikelilingi perempuan telanjang (atau kasim/sida-sida?)
Sri Indrawarman atau Sri Maharaja Indra Warmadewa merupakan seorang maharaja Kedatuan Sriwijaya. Dalam catatan orang Cina, ia dikenal dengan sebutan Shih-li-t-’o-pa-mo.

Ada pun kronik Cina menyebutkan Shih-li-fo-shih dengan rajanya Shih-li-t-’o-pa-mo pada tahun 724 M di mana raja bersangkutan mengirimkan hadiah buat kaisar Cina, berupa ts’engchi (zanji dalam bahasa Arab.

Di masa Bani Umayyah dan Bani Abbasiyah, Daulah Islamiyah mengirim duta -duta resminya ke berbagai pusat peradaban di seberang lautan seperti Tiongkok dan Sriwijaya, yang dalam pengucapan lidah mereka disebutnya sebagai Zabqj atau Sribuza.


Dalm buku karangan H.A. Dt. Rajo Mangkuto ditulis bahwa pada 89 H atau 708 M, Khalifah Walid bin Abdul Malik telah menghantar 35 kapal dagang utk membeli kampher dan lada ke pulau Sumatera dan mereka berlabuh di Muara Sabak, di kanan muara Sungai Batang Hari yang di jadikan sebagai daerah transit perdagangannya. Pedagang2 ini telah bertemu dan berdakwah mengenai kebaikan Islam kepada Lokitawarman iaitu seorang ahli kerabat raja-raja Pariangan, lalu beliau telah mengucap dua kalimah syahadah dan menerima Islam sebagai agamanya.

Buzurg bin Shahriyar al Ramhurmuii pada tahun 1000 Masehi menulis sebuah kitab yang menggambarkan betapa di zaman keemasan Kerajaan Sriwijaya sudah berdiri beberapa perkampungan Muslim. Perkampungan itu berdiri di dalam wilayah kekuasaan Sriwijaya. Hanya karena hubungan yang teramat baik dengan Dunia Islam, Sriwijaya membolehkan warganya yang memeluk agama Islam hidup dalam damai dan memiliki perkampungannya sendiri di mana di dalamnya berlaku syariat Islam.’ Jadi semacam daerah istimewa.



Surat-surat kepada Dua Khalifah Bani Umayyah 


Salah satu bukti eratnya persahabatan antara Sriwijaya dengan Daulah Islamiyah adalah dengan adanya dua pucuk surat yang dikirimkan Raja Sriwijaya kepada khalifah Bani Umayyah. Surat pertama dikirim kepada Muawiyyah, dan surat kedua dikirim kepada Umar bin Abdul Aziz.’ Surat pertama ditemukan dalam lemari arsip Bani Umayyah oleh Abdul Malik bin Umayr, yang disampaikan kepada Abu Ya’yub Ats-Tsaqofi, yang kemudian disampaikan lagi kepada Al-Haytsam bin Adi. Yang mendengar surat itu (Lori AI-Haytsam menceriterakan kembali pendahuluan surat tersebut

  • Dari Raba Al-Hind yang kandang binatangnya berisikan seribu gajah, (dan) yang istananya terbuat dari emas dan Perak, yang dilayani putri raja-raja, dan yang memiliki dua sungai besar yang mengairi pohon gaharu, kepada Muawiyah….
Surat kedua lebih lengkap karena terdapat pembukaan dan isi, terdapat dalam buku Ibnu Abdul Rabbih Al Iqd al Farid (Kalung Istimewa) ditujukan untuk Khalifah Umar bin Abdul Azis memperlihatkan betapa mewahnya Maharaja dan kerajaannya:


“Dari Raja di Raja (Malik al amlak) yang adalah kemrunan seribu raja; yang beristeri juga tutu seribu raja; yang di dalam kandang binatangnya terdapat seribu galab; yang di wilayabnya terdapat duo sungai yang mengairi pohon gaharu nan harum, bumbu-bumbu n’emangian, pala, dan kapur barus yang semerbak wanginya bingga nzenjangkau yarak 12 mil; kepada Raja Arab yang tidak menyekutukan tuhan-tuhan lain dengan Tuhan. Saya telah mengirimkan kepada Anda hadthb, yang sebenarnya merupakan hadiah yang tak begitu banyak, tetapi sekadar tanda persahabatan. Dengan seculars bail, saya ingin Anda mengirimkan kepada saya seseorang yang dapat mengajarkan Islam kepada saya dan menjelaskan kepada saya tentang bukum-hukumnya.”

Ibnu Taghribirdi dalam bukunya al Nujum al Zahirah fi Muluk Misr wa al Qahirah (“Perbintangan Terang Raja Mesir dan Kairo”) mempunyai tambahan untuk akhir surat kepada Khalifah Umar tersebut:
  • “Saya mengirim hadiah jebat (musk), batu ratna, dupa dan barus. Terimalah dari saudara Islammu.”

Diperkirakan surat di atas diterima Khalifah Umar bin Abdul Aziz sekitar tahun 100H atau 717 M, di mana Srwijaya tengah dirajai oleh Sri Indrawarman.  Khalifah Umar bin Abdul-Aziz sendiri kemungkinan besar memberikan hadiah untuk utusan Sriwijaya dan mereka kembali dengan membawa hadiah zanji (budak wanita berkulit hitam). Sumber: ^ Azra, Azyumardi (2006). Islam in the Indonesian world: an account of institutional formation. Mizan Pustaka. ISBN 979-433-430-8.

Pada tahun 718, Sri Indrawarman akhirnya mengucap dua kalimat syahadat. Sejak itu kerajaannya disebut orang sebagai “Kerajaan Sribuza yang Islam”. Tidak lama setelah Sri Indrawarman bersyahadat, pada tahun 726 M, Raja Jay Sima dari Kalingga (Jepara, Jawa Tengah), putera dari Ratu Sima juga memeluk agama Islam.’

Menurut Mid Jamal dalam bukunya Manyigi Tambo Alam Minangkabau, pada tahun 730 Sri Indrawarman terbunuh dalam suatu revolusi Istana. Keluarganya mengungsi ke pedalaman Minangkabau mendirikan kerajaan di Sungaiang berseberangan dengan kerajaan Darmasraya di Pulau Punjung/ Sungai Dareh yang beragama Budha.

No comments:

Post a Comment