Boudicca:
Pahlawan Pertama Kota London
Armahedi Mahzar (c) 2010
Boadicea menyeru rakyat Briton oleh John Opie
Satu hal yang saya simpulkan setelah beberapa minggu di London. London lebih tertib dari Jakarta karena umurnya jauh lebih panjang dari Jakarta. Londinium dibangun bangsa Romawi di pinggir sungai Thamicus pada tahun 43 masehi setelah kaisar ke-5 Romawi Clausius Nero , pengganti kaisar Caligula, berhasil menaklukannya. Namun siapa sangka bahwa baru 17 tahun kota itu dibangun sebuah pemberontakan berkobar sehingga memusnahkan kota Londinium. Yang tak diduga pula, perlawanan rakyat Briton itu dipimpin oleh seorang wanita: ratu Boudicca.
Pangkal masalahnya begini. Ratu itu adalah janda dari Raja kerajaan suku Iceni yaitu Prasutagus yang menuntut balas. Soalnya, seperti tradisi imperium Romawi, raja yang ditaklukkan boleh memerintah terus dengan sebuah perjanjian. Dalam perjanjian itu disebutkan bahwa kerajaan akan dibagi dua setelah mangkatnya sang raja antara pewaris kerajaan dan kaisar Rumawi. Sayangnya, perjanjian itu dikhianati sang penakluk. Ketika Prasutagus mangkat, tentara romawi justru menangkap sang permaisuri dan menghukumnya dengan lecutan cambuk sementara kedua purinya diperkosa dihadapan matanya.
Rasa kehormatan rakyat Briton tercemar. Itulah sebabnya Ratu Boudicca menghasut raja-raja tetangganya, seperti misalnya Trimovantes, untuk bersama-sama melawan tentara penjajah Romawi. Pada waktu itu gubernur romawi untuk Britania adalah Gaius Suetonius , Gaius sedang berperang menaklukkan pulau Mona (kini Anglesey) di Wales Utara yang merupakan tempat pengungsian para pemberontak dan daerah pertahanan kaum Druida.
Sasaran pertama para pemberontak adalah Camulodunum (Colchester), bekas ibukota kerajaan Trinovantian dan sudah menjadi koloni. Para purnawirawan tentara Roma di sana telah melakukan kesalahan terhadap penduduk pribumi dengan memaksa mereka membangun kuil dengan biaya ditanggung para pribumi. Penduduk kolonial Romawi hanya dibantu oleh duaratus orang tentara sehingga dengan mudah dikalahkan oleh para pemberontak dan kota itu dibumi hanguskan.
Ketika berita jatuhnya Camulodunum tiba pada Suetonius, dia segera pergi ke jalan Watling di kota Londinium. Suetonius mencoba melawan di sana, tetapi karena kalah jumlah tentara akhirnya mengorbankan kota itu demi menyelamatkan propinsi. Londinium ditinggalkan dan para pemberontak segera membasmi semua penduduk yang ditinggalkan Suetonius. Kota itupun habis dibakar.
Suetonius mencari bantuan dan berhasil mengumpulkan 10 000 tentara kemudian kembali menyerbu Londinium yang direbut oleh 23000 tentara pemberontak. Tentara romawi berhasil mengalahkan mereka, karena mereka lebih terlatih dan terorganisir dari pada para pemberontak yang dipimpin oleh Boudicca bersama kedua orang putrinya. Merasa dikalahkan, sang ratu bunuh diri daripada menjadi tawanan perang yang dipermalukan di depan umum.
Karena waktu komputer gratis tinggal 5 menit, maka ceritanya saya hentikan disini. dan terpaksa disambung dirumah nanti.
Penutup (dibuat di rumah)
Untuk menghargai perjuangan Ratu Boudicca tersebut, Pangeran Albert (suami dari Ratu Victoria , 1819-1861). membangun sebuah patung perunggu yang diletakkan di ujung jembatan Westminster.
No comments:
Post a Comment