Wednesday, August 15, 2012

Pikiran-pikiran Lepas dari London (14)

HARI TERAKHIR

Hari ini adalah hari terakhir untuk bisa menggunakan komputer gratis perpustakaan Ilford. Seperti biasa 90 menit ini saya coba untuk membuat sebuah artikel di blog ini. Hari terakhir menyebabkab kita merenung sekilas tentang negeri yang akan ditinggalkan.
Pertama-tama, seperti kesan pertama kali datang, London adalah kota tua yang sangat tertib dan aman. Begitu amannya, karena kejahatan menurun, gara-gara di mana-mana dipasang CCTV camera , ada pemikiran untuk mengurangi anggaran kepolisian dengan tidak menerima polisi baru lagi. Kemarin anak saya dapat surat panggilan dari town council  untuk menyerahkan denda £50 gara-gara parkir di tempat terlarang. Kata anak saya, pemerintah kota jadi kaya setelah dipasang kamera TV di mana-mana memonitor pelanggar-pelanggar peraturan. Kalau di Indonesia tentu yang menegur adalah polantas yang mengancam tilang lalu bisa nego sehingga bisa cukup bayar dia sebagai denda yang didiskon cukup besar tapi masuk ke kantongnya. Barangkali untuk mengurangi denda siluman polisi di Indonesia setiap kota juga di lengkapi dengan TV yang gak bisa dibayar.
Kedua, gara-gara anak saya dan cucu saya sakitan, maka banyak lokasi turis di London belum saya kunjungi, seperti misalnya Big Ben , Tower of London , halaman depan Buckingham Palace  dan National Museum of London apa lagi London's Eye  . Untungnya saya tidak terlalu bergairah untuk mengunjungi situs-situs sejarah kendati menyukai sejarah. Bicara sejarah saya baru tahu bahwa kota London dibangun oleh Romawi di awal milenium ini, jadi umurnya sudah dua milenium lebih. Jadi bisa dimengerti kenapa dia lebih teratur ketimbang kota-kota di Indonesia yang umurnya baru ratusan tahun. Saya baru tahu itu ketika ingin mengisi posting blog ini di hari-hari awal di Inggris. Saya "terpaksa" membaca sejarah Inggris untuk mengetahui bahwa Inggris pernah dijajah imperium Romawi selama ratusan tahun. Lebih dari satu milenium kemudian dia melahirkan virus imperialisme dan industrialisi yang  menjadikan dia sebuah imperium yang jauh lebih luas dari sang penjajahnya dahulu kala. Mungkin Indonesia harus menunggu satu milenium lagi untuk jadi sebuah imperium dunia.
Sudah 37 menit habis untuk mengetik tulisan di atas dan saya sudah kehabisan ide. Karena itu saya hentikan saja di sini OK

No comments:

Post a Comment