Transformasi Filsafat Ilmu
Armahedi Mahzar (c) 2010Ilmu berupa pengetahuan kolektif manusia berkembang sesuai dengan sarana kominfo yang dominan pada suatu waktu. Pengetahuan sosial dari masa ke masa berkembang dari mitologi ke teologi terus ke filsafat yang digantikan sains yang segera diganti oleh ideologi yang kini pada gilirannya digantikan oleh imagologi. Teologi dan filsafat dilahirkan oleh teknologi tulis, sedangkan sains dilahirkan oleh teknologi cetak. Sementara itu ideologi menjadi dominan di abad 20 ketika media elektronik seperti radio dan televisi menjadi dominan. Kini imagologi dominan ketika komputer dan internet menjadi dominan di abad 21.
Pada mulanya : pramodernitas
Ketika percakapan lisan adalah teknologi kominfo yang dominan di era prasejarah maka ilmu dinyatakan dalam cerita-cerita pusaka turun-temurun yang sekarang kita kenal sebagai mitologi. Dalam era mitologi ini tak ada filsafat ilmu, karena logika pun belum ada. Logika baru muncul setelah ditemukannya alfabet yang fonetik. Kemudian manusia mengalami revolusi urban, teknologi kominfo utama adalah tulisan . Dengan tulisan manusia bisa berpikir tentang berpikir, sehingga berkembanglah ilmu logika. Berdasarkan logika ini maka manusia bisa menuangkan pengetahuannya dalam teologi yang logis. Namun sayang kominfotek ini hanya dikuasai para pendeta di kuil-kuil mereka, karena sulitnya memperbanyak naskah-naskah tulis.
Dalam era naskah ini, Plato menyatakan bahwa pengetahuan manusia adalah anamnesis atau pengingatan akan obyek-obyek sempurna di alam ide yang merupakan realitas abadi lebih nyata dari alam benda-benda. Murid Plato, Aristoteles
, justru mengatakan bahwa benda-benda sekitar kita yang mempunyai eksistensi nyata, sedangkan ide hanyalah abstraksi yang hanya ada dalam pikiran manusia. Pandangan Plato disebut idealisme, sedangkan pandangan Aristoteles disebut sebagai realisme.
Di abad pertengahan peradaban Kristen Eropa pandangan Plato didukung oleh SantoAgustinus , sedangkan pandangan Aristoteles menjadi matang di tangan Santo Thomas Aquinas
. Di dunia Islam, pandangan Plato terbayang dalam filsafat Al Ghazali
, sedangkan pandangan Aristoteles menjadi matang di tangan Ibnu Rusyd
yang kemudian ajarannya dikenal di Eropa sebagai Averoisme. Gereja menentang Averoisme dengan argumen-argumen yang mirip dengan argumen Al-Gazali melawan kaum falasifah eperti Ibnu Sina
. Bahkan Thomas Aquinas melawan Averoisme dan mengembangkan pandangan sendiri yang menyatukan rasionalisme Aristoteles dengan iman Kristen.
Renaissance: lahirnya modernitas
Pada abad XV, Johan Gutenberg Adalah Francis Bacon (1561 – 1626) yang menyatakan bahwa mesin cetak, mesiu dan kompas telah membentuk peradaban setelah Renaissance. Bacon juga yang mengajukan metoda induksi sebagai komplemen bagi metoda deduksi yang ditemukan Aristoteles. John Locke (1632-1704)
kemudian mengambil pandangan ekstrim empirisme yang mengatakan bahwa sumber semua pengetahuan adalah pengindraan manusia. Pandangan empirisme ini ditentang oleh Rene Descartes (1696-1750)
dengan filsafat rasionalisme yang mengatakan bahwa dengan skeptisisme sistematik dia mengambil kesimpulan bahwa sumber pengetahuan yang sejati adalah akal budi atau rasio manusia.
Revolusi sains: modernisasi lebih lanjut
Isaac Newton (1643-1726) Sukses Newton dibidang fisika ini menghasilkan sebuah wawasan mekanisme yang menggantikan wawasan organisme Aristoteles yang ternyata gagal menyatukan pengetahuan tentang gerak di bumi dan gerak di langit. Sukses mekanisme di fisika itu segera menjadi model bagi pencarian mekanisme di bidang-bidang ilmu kealaman lainnya seperti misalnya biologi oleh Charles Darwin bahkan juga di ilmu-ilmu kemanusiaan seperti ekonomi oleh Adam Smith
dan psikologi oleh Sigmund Freud
. Pandangan bahwa alam sebagai mesin yang mendasari sains itu kini dikenal sebagai paradigma Newtonian.
Pandangan mekanisme ini menjadi sangat dominan setelah mesin uap ciptaan James Watt menjadi pendorong selanjutnya demokratisasi politik dan ekspansi ekonomi negara-negara Eropa sehingga mereka memasuki peradaban industrial. Tentu saja mekanisasi kemanusiaan ini mengalami reaksi filosofis yang menekankan bahwa masyarakat manusia tidak mengikuti suatu mekanika melainkan sebuah dialektika. Hanya saja reaksi filosofis ini tidaklah satu melainkan dua. Hegel
mengajarkan idealisme dialektik dan Karl Marx
mengajarkan materialisme dialektik. Kedua filsafat itu kemudian menjadi bentuk pengetahuan sosial yang disebut sebagai ideologi.
Abad 20: maksimasi modernitas
Abad ke-20 kemudian menjadi era konflik ideologis yang ditandai oleh dua perang dunia dan satu perang dingin. Perang ideologis ini dimungkinkan oleh lahirnya media elektronik radioAbad ke-21: Akhirnya .... posmodernitas
Namun untungnya awal abad ke-20 terjadi dua revolusi di bidang fisika yang mengoreksi mekanika klasik Newton. Revolusi yang pertama adalah lahirnya teori relativitas temuan Albert Einstein Sebaliknya di kalangan ilmuwan, diilhami komplementaritas partikel gelombang di fisika kuamtum, justru muncul kecendrungan melihat materi dan pikiran ataupun sains dan agama sebagai sisi-sisi komplementer suatu realitas utuh menyeluruh yang saling melengkapi satu sama lainnya. Pandangan seperti inilah yang disebut sebagai holisme seperti yang disebarkan oleh fisikawan Amerika Fritjof Capra yang menulis buku "The Tao of Physics"