MUSLIM SEBAGAI PENEMU AMERIKA[1]
(Sumber dan Perspektif Muslim dan Barat, serta Pengamatan lapangan Suku Indian Amerika)
(Sumber dan Perspektif Muslim dan Barat, serta Pengamatan lapangan Suku Indian Amerika)
Oleh
:
Dr.H. Saifullah SA, MA[2]
Dr.H. Saifullah SA, MA[2]
Bersafarlah,
niscaya kan kau dapatkan ganti orang yang kau tinggalkan
Berbekalllah,
karena kenikmatan hidup kan didapat dalam kelelahan
Aku
lihat air yang beku berubah menjadi busuk
Jika
ia bergerak tentu akan baik rasa dan rupanya
Harimau,
jika tidak meninggalkan sarangnya tentu tak kan memangsa
Dan
anak panah jika tidak meninggalkan busur, tak kan mengenai sasaranya
Serbuk
emas, ketika masih di tempatnya, sama dengan tanah
Dan
kayu gaharu di negeri asalnya sama dengan kayu bakar
(Imam
Syafi’i)
ISLAM DAN DORONGAN UNTUK MELAKSANAKAN RIHLAH
Istilah
“Rihlah” berasal dari kata Arab Irtihal, yang berarti “Berpindah dari satu
tempat ke tempat lain untuk mencapai suatu tujuan tertentu”. Sedang seluruh
proses pergerakan selama rihlah dinamakan safar. Kata-kata rihlah dalam
Al-Qur’an terdapat dalam surat Quraisy ayat 1-2, sedang kata-kata safar
terdapat antara lain dalam Surat Saba’ ayat 19.
Dapat
dikatakan bahwa manusia, semenjak ia masih janin hingga menghembuskan nafas
terakhir, selalu dalam kondisi rihlah terus menerus. Setiap tahap kehidupan
merupakan pangkal bertolak menuju tahap berikutnya. Secara biologis, manusia
berpindah atau mengalami rihlah dari anak-anak, remaja, dewasa dan tua dan
berakhir dengan kematian. Selanjutnya, bagi manusia, bumi adalah tempat lahir,
tempat penghunian dan tempat kematian, yang diperintahkan Allah untuk
dimakmurkan. Karenanya manusia senantiasa mengalami rihlah atau migrasi dari
satu tempat ke tempat lainnya dimuka bumi itu, dalam rangka menunaikan perintah
memakmurkan bumi tersebut.
Al-Qur’an
berisi banyak sekali dorongan atau motivasi untuk melakukan rihlah dimuka bumi,
dengan tujuan untuk dapat melihat keagungan ciptan-Nya berupa alam semesta
dengan seluruh isinya; gunung dan lembah, langit bumi dan apa yang terdapat
pada keduanya atau antara keduanya, tetumbuhan dan hewan-hewan. Juga dengan
memperhatikan bukti-bukti arkeologis dan historis sejarah umat-umat terdahulu
sehingga dapat menjadi pelajaran bagi generasi berikutnya. Ayat-ayat Al-Qur’an
yang berisi dorongan untuk melakukan rihlah, antara lain Surat al-Muluk
ayat 15 : “Dialah Yang menjadikan bumi itu mudah bagimu, maka berjalankah di
segala penjurunya dan makanlah sebahagian dari rezeki-Nya. Dan hanya kepada-Nya
lah kamu (kembali setelah) dibangkitkan”. Juga : Ali Imran : 137, Al-An’am :
11, an-Nhl : 36, an-Naml : 69, al-‘Ankabut : 20, Rum : 42,
Islam
memberikan arahan dan tuntunan dalam melakukan rihlah, termasuk tujuan dan
maksud rihlah, yakni :
Rihlah untuk mencari keselamatan
Hijrah.
Secara spesifik adalah hijrah pada masa Nabi (Hijrah ke Habasyah I, ke Habasyah
II dan ke Madinah). Kisah Hijrahnya Nabi Ibrahim ke Syam (al-Ankabut : 26-27,
al-Anbiya’ : 71-73, al-Isra’: 1), Rihlah Ibrahim ke Mesir, kisah keluarnya Musa
dari Mesir ke Madyan (al-Qashash : 18-19, Qashash : 21-22), Rihlah Musa bersama
Khaidir as
Keluar
dari daerah yang didominasi oleh Bid’ah dan yang haram, karena mencari sesuatu
yang halal adalah kewajiban setiap muslim.
Melarikan
diri dari ancaman yang menyangkut keselamatan jiwa dan harta (al-’Ankabut : 26,
Ash-Shafat : 99, al-Qashash : 21). Contoh rihlah yang populer dalam Al-Quran
misalnya kisah Rihlah Nabi Nuh. As (Hud : 36-41, al-Qamar : 13-14, Hud ; 44,
Rihlah untuk tujuan keagamaan
Rihlah untuk tujuan keagamaan
Untuk
dapat menyaksikan keagungan Allah melalui ciptan-Nya (ar-Rad : 4, al-Mukmin :
57, Ali Imran : 190-191, Yunus : 101, al-A’raf : 185, dan Yusuf : 109). Dan
agar umat lebih bersyukur kepada Allah atas segala limpahan rahmat-Nya yang
dapat kita saksikan dengan menjelajahi bumi dengan semua isinya (al-A’raf : 10,
Yunus : 14)..
Untuk
menyampaikan dakwah keseluruh pelosok dunia (Saba’ : 28, al-Anbiya’ : 107).
Untuk
menuntut ilmu pengetahuan. Sebagaimana maksud Hadits : ”Tuntutlah ilmu
sekalipun sampai ke Negeri China”.
Untuk menunaikan ibadah haji dan umrah
Berjihad
dijalan Allah atau waspada menghadapi musuh.
Ziarah
ketempat-tempat yang mulia (ziarah ke Masjid Haram, Masjid Madinah dan Masjid
al-Aqsha serta tempat-tempat mulia lainnya).
Bersilaturrahim, ta’awwun mengunjungi ikhwan sesama Muslim
Safar
untuk mendapatkan ’ibrah dari kejadian sejarah masa lampau (Ali Imran : 137,
Al-An’am : 11, an-Nahl : 36, an-Naml : 69, Rum : 42). .
Rihlah untuk mendapatkan kemaslahatan duniawi
Safar
untuk mencari kebutuhan hidup, berusaha berdagang dan usaha lainnya (al-Baqarah
: 198)
Melakukan
tugas diplomatik (an-Naml ; 20-31)
Turisme
atau darmawisata/melancong, Kisah rihlah Zulqarnain ke wilayah barat (al-Kahfi
: 83-85), Rihlah Zulqarnaini ke wilayah timur (Kahfi : 86-88), ke penjurtu
dunia (Kahfi : 92-98).
Melakukan
rihlah akan sangat bermanfaat bagi pribadi yang melakukannya, bagi peradaban
manusia sezaman dan bagi generasi berikutnya. Surat al-Furqan ayat 63-76 dengan
sangat bagus menggambarkan betapa rihlah akan dapat meningkatkan derajat,
martabat dan kedudukan kaum Muslim yang melakukan rihlah sesuai dengan tuntunan
dan etika Islam.
Dalam
menunaikan perintah rihlah itulah muncul para tokoh penjelajah, peneroka bumi,
penemu daerah baru, dan penemu berbagai peralatan, perangkat dan media yang
memudahkan rihlah. Dengan rihlah juga ditemukan berbagai ilmu pengeatahuan dan
kemahiran serta ketrampilan baru.
PARA PENJELAJAH, PENULIS RIWAYAT PERJALANAN,
PENCIPTA PETA DAN GLOBE MUSLIM :
Perkembangan
pesat Ilmu Geografi di dunia Islam dimulai ketika Khalifah al-Ma’mun (813-833)
memerintahkan sarjana Muslim melakukan pengukuran jarak-jarak antara beberapa
kota dan wilayah Islam. Sejak itulah munculnya istilah “mil” untuk ukuran jarak
tertentu, dimana sebelumnya Orang yunani menghunakan istilah “stadion”.
Khalifah Al-Ma’mun memerintahkan untuk membuat peta bumi dan
globe. Diperkirakan Musa al-Khawarizmi dan kawan-kawan merupakan
tokoh paling awal yang mempu menciptakan globe tahap awal.
Al-Khawarizmi
Al-Khawarizmi
menulis buku Geografi yang berjudul Surah al-Ard (Morfologi bumi), sebuah
koreksi terhadap Ptolemaeus. Pada abad yang sama al-Kindi juga menulis buku
bertajuk Keterangan tentang Bumi yang Berpenghuni. Sejak itu geografi
berkembang kian pesat.
Setidak-tidaknya
tercatat nama-nama penulis, peneliti, penjelajah dan pembuat peta Muslim
sebagai berikut : Muhammad bin Musa al-Razi (w. 273H/882M), Qasim bin Asbagh
al-Bayani (244-340H/859-951M), Ahmad bin Muhd. Al-Razi (284-344H), Ahmad bin
Umar bin Anas al-‘Azri al-Dalaie (393-476H/1002-1083M), Abu ‘Ubaid al-Bakri
(432-487H/1040-1094M), Abdullah bin Ibrahim al-Hijari (kurun ke 6H/12M),
al-Idrisi (110-1166M), Ibn Bashkawal (494-578H/1101-1183M), al-Yasa’ bin Isa
bin Hazm al-Ghafiqi (w. 575H/1179M), Abu Hamid al-Gharnati (lahir
473H/1080-1081M), Mohammad bin Abi Bakr al-Zuhri (kurun ke 6H/12M), Abu Bakar
bin al-‘Arabi (468-542H/1076-1148M), Ibn Jubayr (1145-1217M), Muhammad bin Ayub
bin Ghalib al-Gharnaiti, Abu al-Hasan Ali bin Sa’id (610-685H/1213-1286M), Abu
Abdullah Muhd. Al-Abdari, Muhd. Bin Abd. Al-Mun’im al-Hamiri (w. 900H/1494M) dan
lainnya.
Al-Balkhi
Pada
awal abad ke 10M, Abu Zayd al-Balkhi yang berasal dari Balk mendirikan sekolah
di Bagdad yang khusus mengkaji geografi. Selanjutnya, abad ke 11M, geografer
Muslim Spanyol Abu Ubaid al-Bakri menulis Mu’jam al-Ista’jam (Ensiklopedia
Geografia) dan al-Masalik wa al-Mamalik (Jalan dan Kerajaan). Buku pertama
berisi nama-nama tempat di Jazirah Arab, sedangkan buku kedua berisi pemetaan
geografis dunia Arab zaman itu.
Seabad
kemudian, dua geografer Muslim, Qutbuddin Asy-Syirazi (1236-1311M) dan Yaqut
ar-Rumi (1179-1229M), kembali membuat keajaiban. Qutbuddin mampu membuat peta
Laut Tengah (Laut Mediternia) yang dihadiahkan kepada Raja Persia. Sedangkan Yaqut
menulis enam jilid ensiklopedia bertajuk Mu’jam al-Buldan (Ensiklopedi
Negeri-negeri).
Ibn
Battuta
Penjelajah
Muslim asal Maroko, Ibn Battuta pada abad ke-14 M, memberi sumbangan dalam
menemukan rute perjalanan baru. Hampir selama 30 tahun, Ibn Battuta menjelajahi
daratan dan mengharungi lautan mngelilingi dunia. Penjelajah Muslim lainnya
adalah laksamana Cheng Ho dari Tiongkok. Dia melakukan ekspedisi sebanyak tujuh
kali dari tahun 1405-1433M.
Al-Biruni
Al-Biruni
digelari sebagai “Bapak Geodesi”, karena berjasa dalam mengembangkan ilmu
geografi dan geologi. John J.O’Connor dan Edmund F. Rebertson memberikan
pengakuan terhadap kontribusi besar al-Biruni dalam bukunya Mac-Tutor
Histopry of Mathematics. Menurut mereka, al-Biruni telah menyumbangkan
kontribusi penting bagi pengembangan geografi dan geodesi.
Al-Buruni-lah
kata mereka, yang memperkenalkan teknik pengukuran bumi dan jarak-jaraknya
dengan menggunakan teknik triangulation. Al-Biruni juga yang menemukan radius
bumi mencapai 6.339,6 km. Hingga abad ke-16M, Barat belum mampu mengukur radius
bumi seperti yang dilakukan al-Biruni.
Al-Idrisi
Siapakah
al-Idrisi ?. nama lengkapnya Abu Abdullah Muhammad Ibn al-Idrisi Ash-Sharief,
atau al-Syarif al-Idrisi al-Qurtubi, sedang orang barat mempopulerkannya dengan
Edrisi atau Dreses. Dilahirkan di Ceuta, maroko, Afrika Utara pada tahun 1100,
mendapat pendidikan di Cordova, Spanyol. Sejak muda ia telah tertarik dengan
geografi, untuk itu dia telah menjelajahi Laut Mediterania, Eropah (Spanyol,
Perancis, Potugal, Inggeris dan beberapa negeri Eropah lainnya), disamping
Afrika Utara tempat wilayah asalnya. Al-Idrisi meninggal di Sicilia pada
tahun 1160.
Pada
abad ke-12, Geografer Muslim, Al-Idrisi berhasil membuat peta dunia. Al-Idrisi
yang lahir tahun 1100M di Ceutia Spanyol juga menulis kitab Geografi berjudul
Nazhah al-Muslak fi Ikhtira al-Falak (Tempat Orang yang rindu Menembus
Cakrawala). Kitab ini sangat fenomenal sehingga diterjemahkan kedalam bahasa
Latin dengan judul Geographia Nubiensis.
Di Palermo, Sicilia, 1138M, sebuah
pertemuan istimewa antara seorang raja Kristen dengan ilmuan Muslim berlangsung
di Istana kerajaan Sicilia. Dalam suasana keakraban, Raja Roger II – penguasa
Sicilia – secara khusus menyambut kedatangan tamu Muslim yakni al-Idrisi,
seorang geografer dan kartografer (pembuat peta) termasyhur abad ke-12M. Raja
Roger II sangat tertarik dengan studi geografi dan minta dibuatkan peta oleh
sang ilmuan Muslim bersangkutan. Pada era itu belum ada ahli geografi dan
kartografi Kristen Eropah yang dapat membuat peta bumu secara akurat.
”Pada saat itu, ahli geografi dan kartografi Barat masih menggunakan pendekatan simbolis, fantasi bahkan mistis”, demikian ungkap Frances Carney Gie dalam tulisannya berjudul al-Idrisi and Roger’s Book. Dalam pertemuan tersebut diatas, Roger II dan al-Idrisi sepakat untuk membuat peta dunia pertama yang akurat, yang memakan waktu 15 tahun. Mega proyek pembuatan peta dunia itu melibatkan 12 sarjana, 10 orang ilmuan Muslim dan dua dari Kristen, dipusatkan di Palermo.
”Pada saat itu, ahli geografi dan kartografi Barat masih menggunakan pendekatan simbolis, fantasi bahkan mistis”, demikian ungkap Frances Carney Gie dalam tulisannya berjudul al-Idrisi and Roger’s Book. Dalam pertemuan tersebut diatas, Roger II dan al-Idrisi sepakat untuk membuat peta dunia pertama yang akurat, yang memakan waktu 15 tahun. Mega proyek pembuatan peta dunia itu melibatkan 12 sarjana, 10 orang ilmuan Muslim dan dua dari Kristen, dipusatkan di Palermo.
Di kota Palermo berkumpul para
navigator dan pelaut dari berbagai wilayah, seperti Mediterania, Atlantik dan
perairan utara. Dari merekalah al-Idrisi dan kelompoknya menggali dan mengembangkan
ilmu geografi dalam rangka pembuatan peta dunia. Pada 1154, maka peta pesanan
Roger II dapat diselesaikan, bagaimana al-Idrisi mempersembahkan peta tersebut
kepada Roger II, dapat disimak dalam bukunya Nuzhat al-Mustaq fi Ikhtirak
al-Afaq.
Sebagai
geografer yang meyakini bahwa bumi berbentuk bulat, al-Idrisi secara gemilang
membuat globe (bula bumi) dari perak. Bola bumi tersebut memiliki berat 400 kg.
Dalam globe itu, al-Idrisi menggambarkan enam benua, lautan, jalur perdagangan,
danau, sungai, kota-kota utama, daratan dan gunung-gunung. Lebih dari itu,
globe itu juga memuat informasi tentang jarak, panjang dan tinggi satu ke
tempat lainnya. Untuk menjelaskan globe tersebut al-Idrisi menulis komplomenter
berjudul al-Kitab al-Rujari (Buku Roger).
Seperti
sudah disebut, al-Idrsi juga menulis buku Nuzhat al-Mushtaq fi Ikhtiraq
al-Afaq, yang dapat disebut sebagai Ensiklopedia Geografi yang berisi Peta dan
informasi mengenai negara-negara di Erpah, Afrika dan asia yang pertama.
Selanjutnya al-Idrisi juga menulis buku yang bertajuk Rawd un-Nas wa Nuzhat
al-Nafs, buku geografi yang lebih detail dan lebih komprehensif. Selama
mendedikasikan dirinya di Sicilia, al-Idrisi sempat membuat 70 peta
daerah-daerah yang sebelumnya tak tercatat dalam peta.
Al-Syarif al-Idrisi (1099-1166), pakar
Geografi dan ahli pembuata peta, dalam bukunya Nuzhat al-Musytaq fi Ikhtiraq
al-Afaq (Ekskursi dari yang rindu mengharungi Ufuk) menulis, sekelompok pelaut
Muslim dari Afrika Utara berlayar mengharungi samudera yang gelap dan berkabut.
Ekspedisi yang berangkat dari Lisbon (Portugal) ini, dimaksudkan untuk
mendapatkan jawaban apa yang ada di balik samudera itu ?, berapa luasnya dan
dimana batasnya?, Merekapun menemukan daratan yang penghuninya bercocok tanam.
Al-Wazn
Al-Wazzan
terlahir di Granada, Andalusia (Spanyol) pada 1493 (ada yang menyebut
1494). Menurut Prof. Mohammad Hajji, penyusun Ensiklopedia Maroko, nama asal
al-Wazzan adalah Hassan, ayahnya Muhammad, seorang terpandang di istana
Sultan Granada. Al-Wazzan dan keluarganya hijrah ke kota Fez, Maroko, ketika
umat Islam terusir dan dibantai oleh penguasa Kristen pada abad ke-15. Prof.
Hajji menuturkan, sang ayah dan paman al-Wazzan bekerja untuk Sultan Fez.
Al-Wazzan sempat menimpa ilmu di Perguruan al-Qarawiyyin. Disinilah sebenarnya
al-Wazzan mengenal seluk-beluk Afrika secara mendalam, mulai dari geografi,
adat-istiadat, sosiologi, masyarakat Afrika yang sangat majemuk itu, sehingga
kemudian terkenal sebagai “Ahli tentang Afrika atau Leo Africanus”.
Seorang
tokoh lain dalam bidang geografi dan kartografi yang cukup misterius adalah
al-Hassan Ibn Muhammad al-Wazzan al-Fassi sedang masyarakat Eropah menyebutnya
dengan ”Leo Africanus”, karena. dia seorang spesialis geografi Afrika.
Al-Wazzan adalah seorang ilmuan yang unik. Sejarawan Tom Verde menyebut
al-Wazzan sebagai ”Manusia dua wajah”. Saat berada di Afrika Utara, dia
mengabdikan dirinya untuk Sultan di Maroko. Ketika di Barat, ia bekerja untuk
kepentingan pemimpin tertinggi umat Katholik, Paus. Menurut Bouchentouf,
al-Wazzan adalah seorang Muslim yang hidup sebagai seorang Kristen dan menulis
dunia Islam untuk masyarakat Kristen.
Layaknya
intelektual Muslim sekaliber Ibnu Battuta, Ibnu Khaldun dan Ibnu Jubair, maka
al-Wazzan adalah juga seorang yang serba bisa. Ia adalah seorang penjelajah,
navigator, karena itu dia geografer dan kartografer, lanjutannya dia Sejarawan
dan diplomat. Secara khusus ternyata Al-Wazzaan juga seorang ahli
hukum, bahkan pengelola rumah sakit. Al-Wazzan mampu menjembatani
peradaban yang berseberangan melalui keilmuan dan kamus tiga bahasa yang
ditulisnya : Arab-Latin dan Yahudi.
Perjalanan
intelektual a-Wazzan, kelihatan ketika berumur 14 tahun dia sudah menjadi
qadli. Dua tahun kemudian dia mulai menjalankan tugas sebagai diplomat. Pada
usia 16 tahun, al-Wazzan telah menemani pamannya menjalankan tugas diplomatik
mewakili Sultan Wattasid, untuk kawasan Afrika Utara. Ia juga sempat
mendatangi Timbuktu dan Gaodua, yang berada di wilayah Mali dan dibawah
kekuasaan Kerajaan Songhai. Karena kemampuannya mencatat dan memperkenalkan
Timbukti secara luas, dan menjelaskan jalur perdagangan timur-barat-dan
utara-tengah Afrika melalui Sub-Sahara, akhirnya dia diangkat menjadi duta
kepercayaan Sultan untuk Mali dan Nigeria.
Kariernya
yang cemerlang sebagai diplomat membawanya hingga ke Istambul (Turki Utsmani),
dan berkenalan dengan beberapa penguasa Eropah Timur. Pada 1518, dalam
perjalanan pulang dari Istambul, rombongannya ditangkap bajak laut yang bekerja
untuk Ksatria Saint Jhon. Anggota rombongan dijual ke pasar budak di Pisa dan
Genoa, tapi karena keilmuannya, al-Wazzan diserahkan pada Paus Leo X.
Karena
pada waktu itu sedang berlangsung Perang salib, maka kehadiran Al-Wazzan di
Roma menjadi begitu istimewa, dia diminta menjelasklan kekuatan Turki Utsmani,
dan kekuatan Islam lainnya di belahan Asia Kecil dan Asia Barat, guna
mempermudah perjalanan angkatan Salib.
Sesuatu
yang misteri dan tidak terungkap secara jelas, adalah tentang (terpaksanya)
Al-Wazzan masuk Kristen. Menurut sumber Barat, pada tanggal 6 Januari 1520,
saat al-Wazzan berusia 24 tahun, dia sempat dibaptis oleh Paus Leo X dan diberi
nama baptis “Johannes Leo de Medicis” atau “Giovanni Leone” atau dalam sebutan
Arabnya “Yuhanna al-Asad”. Dari beberapa nama itulah kemudian dia
dipopulerkan di Barat oleh penulis buku dari Venetsia, Giovanni Battista
Ramusio dengan “Leo Africanus”. Tapi sumber-sumber Islam menyatakan bahwa
hakekatnya al-Wazzan tetap seorang Muslim, karena bagaimanapun dia pernah juga
pulang ke Afrika Utara. Apa yang dilakukannya di Roma dihadapan Sri Paus,
adalah sebuah upaya penyelamatan diri dan posisi keilmuannya (Taqiyyah). Pada
waktu Roma diserang Raja Charles V, pada Mei 1527, menurut kalangan barat,
al-Wazzan meninggal dunia di Roma pada waktu itu, sedang menurut kalangan
Muslim, Al-Wazzan sempat melarikan diri ke Tunis, Tunisia, dan meninggal dunia
di Tunis pada 1550.
Benarkah
al-Wazzan menjadi Kristen?, menurut Prof. Hajji, pembaptisan oleh Paus itu
hanyalah strategi agar lepas dari penjara Paus, juga lepas dari pembayaran
pajak tahanan/tawanan yang cukup tinggi. ”Pada saat itu, hal seperti itu biasa
terjadi”, kata Sejarawan Ahmed Bouchard, mantan Dekan Sekolah Seni dan Sains
Universitas Muhammad Khamis di Maroko.
”Saat
itu, demi keselamatannya, orang Islam dan Yahudi pindah menjadi Kristen, orang
Kristen menjadi Muslim”, ujar Bouchard. Sebagaimana misalnya dalam sejarah
terbaca Kekhalifahan Turki diperkuat prajurit yang sebenarnya (pada mulanya)
beragama Kristen, atau kesultanan Maroko memiliki prajurit yang (pada
awalnya) sebenarnya beragama Kristen.
Pada
masa dia berada dilingkungan Paus itulah dia menyelesaikan buku besarnya
Cosmographia Del Africa, Maret 1526. Buku ini juga diterbitkan dalam bahasa
Italia berjudul Della Descrittionedell’Africa et Delle Cose Notabli che Ivi
Sono. Buku ini kemudian diedit ulang pada 1554, 1563, 1588, 1606 dan
1613M. Pada edisi 1588, editor dan penerbit mengklaim Leo al-Wazzan
meninggal di Roma. Adalah juga ketika di Roma dia menulis beberapa buku Tentang
Bahasa Arab, buku Tentang Sejarah Islam daln lain nya.
Selain
itu, buku berjudul Fenomenal al-Wazzan juga diterjemahkan ke dalam bahasa
Perancis pada 1556 oleh Jean Temporal dengan judul Historiale Description de
l’Afrique Tierce Partie du Monde. Diterjemahkan kedalam bahasa Latin dengan
judul De Totius Africae descriptione Libri IX, tahun 1559 dan 1632. Kedalam
bahasa Jerman, diterjemahkan dan diterbitkan oleh Lorbach dengan judul
Beschreibung von Africa pada 1805. Bahkan tiga abad kemudian diterbitkan
di Perancis dengan judul Description de l’Afrique pada 1896.
MUSLIM SEBAGAI PENEMU AMERIKA :
SUMBER-SUMBER DAN PRESPEKTIF MUSLIM
SUMBER-SUMBER DAN PRESPEKTIF MUSLIM
Selama
ribuan tahun, selalu dipersepsikan bahwa penemu Benua Amerika adalah
Christopher Colombus pada 12 Oktober 1492. Menurut versi tersebut, ketika
pertama kali menginjakkkan kakinya di daratan, dia menyangka mendarat di
semenanjung Hindia, sehingga penduduk aslinya disebut ”Indian”.
Tapi
menurut versi lain, penelitian ulang yang dilakukan oleh beberapa peneliti
Barat, atau penelitian dari sumber-sumber tertulis dari kalangan
Muslim, ilmuan Muslim, ditemukan data-data baru bahwa Benua Amerika telah
ditemukan oleh penjelajah Muslim 603 tahun sebelum Colombus menginjakkan
kakinya di benua Amerika.
Literatur
yang menerangkan bahwa penjelajah Muslim sudah datang ke Amerika sebelum
Colombus, antara lain pakar sejarah dan geografer Abul Hassan Ali Ibnu
al-Hussain al-Masudi (871-957M). Dalam bukunya Muruj Adh-Dhahabwa Maad
al-Jawhar (The Meadows of Gold and Quarries of Jewels / Hamparan Emas dan
tambang Permata), al-Masudi telah menuliskan bahwa Khaskhas Ibnu Sa’ied Ibn
Aswad, seorang penjelajah Muslim dari Cordova, Spanyol, berhasil mencapai benua
Amerika pada 889M.
Pelayaran
melintasi samudera Atlantik dari Maroko juga dicatat oleh penjelajah Shaikh
Sayn-eddin Ali bin Fadhel al-Mazandarani. Kapalnya melepas jangkar dari
pelabuhan Tarfay di Maroko pada masa Sultan Abu Yacoob Sidi Yossef
(1286-1307M), penguasa keenam Kekhalifahan Marinid. Rombongan ekspedisi ini
mendarat di Pulau Green di Laut Karibia pada 1291. menurut Dr. Mroueh, catatan
perjalanan pelaut Maroko ini banyak dijadikan referensi oleh ilmuan Islam pada
era sesudahnya.
Al-masudi
menjelaskan, semasa pemerintahan Khalifah Abdullah Ibn Muhammad (888-912M) di
Andalusia, Khaskhas berlayar dari Pelabuhan Delbra (Palos) pada 889,
menyeberangi lautan Atlantik hingga mencapai sebuah negeri yang asing
(al-ardh majhul). Sekembalinya dari benua asing tersebut, dia membawa pulang
barang-barang yang menakjubkan, yang diduga berasal dari benua baru yang
kemudian berama Amerika.
Sejak
itulah, pelayaran menembus Samudera Atlantik yang saat itu dikenal sebagai
”lautan yang gelap dan berkabut”, semakin sering dilakukan oleh pedagang
dan penjelajah Muslim. Literatur yang paling populer adalah essay Dr. Yossef
Mroueh dalam Prepatory Committe for International Festivals to Celebrate the
Millenium of the Muslims Arrival to the America tahun 1996. Dalam essay
berjudul Precolumbian Muslims in America (Muslim di Amerika Pra Colombus), Dr.
Mroueh menunjukkan sejumlah fakta bahwa Muslimin dari Anadalusia dan
Afrika Barat tiba di Amerika sekurang-kurangnya lima abad sebelum Colombus.
Pada
pertengahan abad ke-10, pada masa pemerintahan Bani Umayyah Andalusia: Khalifah
Abdurrahman III (929-961M), kaum Muslimin dari Afrika berlayar ke arah barat
dari pelabuhan Delbra (Palos) di Spanyol menembus “samudera yang gelap dan
berkabut”. Setelah menghilang beberapa lama, mereka kembali dengan sejumlah harta
dari negeri yang “tak dikenal dan aneh”. Dalam pelayaran itu, ada sejumlah kaum
Muslimin yang tinggal bermukim di negeri baru itu. Mereka inilah imigran Muslim
gelombang pertama yang tiba di Amerika.
Masih
menurut Dr. Mroueh, berdasarkan catatan sejarawan Abu Bakr Ibnu Umar
al-Gutiyya, yang hidup pada masa pemerintahan Khalifah Hisyam II (976-1009) di
Andalusia, penjelajah dari Granada bernama Muhammad Ibnu Farrukh meninggalkan
pelabuhan Kadesh, Februari 999. M.Farrukh melintasi Lautan Atlantik, mendarat
di Gando (Kepulauan canary) dan berkunjung pada Raja Guanariga. Ia melanjutkan
pelayaran ke arah barat, melihat dua pulau dan menamakannya dengan Cpraria
serta Pluitana. Ia kembali ke Andalusia Mei 999 M.
Al-Syarif
al-Idrisi (1099-1166), pakar Geografi dan ahli pembuata peta, dalam bukunya
Nuzhat al-Musytaq fi Ikhtiraq al-Afaq (Ekskursi dari yang rindu mengharungi
Ufuk) menulis, sekelompok pelaut Muslim dari Afrika Utara berlayar mengharungi
samudera yang gelap dan berkabut. Ekspedisi yang berangkat dari Lisbon
(Portugal) ini, dimaksudkan untuk mendapatkan jawaban apa yang ada di balik
samudera itu ?, berapa luasnya dan dimana batasnya?, Merekapun menemukan
daratan yang penghuninya bercocok tanam.
Pelayaran
melintasi samudera Atlantik dari Maroko juga dicatat oleh penjelajah Shaikh
Sayn-eddin Ali bin Fadhel al-Mazandarani. Kapalnya melepas jangkar dari
pelabuhan Tarfay di Maroko pada masa Sultan Abu Yacoob Sidi Yossef
(1286-1307M), penguasa keenam Kekhalifahan Marinid. Rombongan ekspedisi ini
mendarat di Pulau Green di Laut Karibia pada 1291. menurut Dr. Mroueh, catatan
perjalanan pelaut Maroko ini banyak dijadikan referensi oleh ilmuan Islam pada
era sesudahnya.
Sultan-sultan
dari Kerajaan Mali di Afrika Barat yang beribukota Timbuktu, juga melakukan
penjelajahan hingga mendarat di benua Amerika. Sejarawan Chihab Addin Abul
Abbas Ahmad bin Fadhl al-Murai (1300-1384), menulis catatan tentang geografi
Timbuktu, yang waktu itu ternyata telah menjadi kota pusat peradaban dan cukup
maju di Afrika Barat.
Ekspedisi
laut yang berawal dari Timbuktu, antara lain dilakukan oleh Sultan Abu Bakari I
(1285-1312M) yang merupakan saudara dari Sultan Mansa Kankan Musa (1312-1337M0.
Sultan Abu Bakar I melakukan dua kali ekspedisi menembus Lautan Atlantik dan
mendarat di Amerika. Bahkan, penguasa Afrika Barat ini sempat menyusuri sungai
Missisippi, dan mencapai pedalaman Afrika Tengah antara tahun 1309-1312. Selama
berada di benua baru ini, para eksplorer ini tetap berkomunikasi dengan bahasa
Arab dengan penduduk setempat.
Dua
abad kemudian tepatnya tahun 1513, penemuan benua Amerika ini diabadikan dalam
peta berwarna yang disebut Piri Re’isi. Peta ini dipersembahkan kepada Khalifah
Ottoman, Sultan Selim I, tahun 1517 di Turki. Peta ini berii informasi akurat
tentang belahan bumi bahagian barat, Amerika Selatan, dan pesisir pantai
Brasil. Piri sendiri sebenarnya merupakan nama seorang pejabat laut sekaligus
pembuat peta kerajaan Turki Utsmani, yang berbakti pada kerajaan Turki
Utsmanimasa pemerintahan Sultan Salim (1512-1520) sampai pemerintahan Sultan
Sulaiman al-Qanuny (1520-1566). Gelaran ”Reis” (berasal dari bahasa Arab Raais,
yang berarti panglima atau Pimpinan), diberikan pada Piri setelah yang
bersangkutan memenangkan peperangan laut melawan Bendeqia.
Peta
Piri Reis yang bertarikh 1513 M itu disimpan di Tobco Serai/Top Kopi, dan
kemudian pada tahun 1929, dikaji ulang oleh seorang orientalkis Jerman Prof.
Paul Kalhe yang membentangkannya dalam Kongres Kajian Oriental di Leiden pada
1931. Untuk mengenang jasa-jasanya, pemerintah Turki mengabadikannya menjadi
perangko Peta Piri Reis itu.
MUSLIM
SEBAGAI PENEMU AMERIKA :
Sumber-sumber dan Perspektif Barat
Sumber-sumber dan Perspektif Barat
:
Pertama, dalam
bukunya Saga America (New York, 1980), Dr. Barry Fell, arkeolog dan ahli bahasa
berkebangsaan Selandia Baru jebolan Harvard University menunjukan bukti-bukti
detail bahwa berabad-abad sebelum Colombus, telah bermukim kaum Muslimin dari
Afrika Utara dan Barat di beua Amerika. Tak heran jika bahasa masyarakat Indian
Pima dan Algonquain memiliki beberapa kosakata yang berasal dari bahasa Arab.
Di
negara bahagian Inyo dan California, Dr. Barry menemukan beberapa kaligrafi
Islam yang ditulis dalam bahasa Arab salah satunya bertuliskan ”Yesus bin
Maria” yang artinya ”Isa anak Maria”. Kaligrafi ini dapat dipastikan datang dari
ajaran Islam yang hanya mengakui nabi Isa sebagai anak manusia dan bukan anak
Tuhan. Dr. Barry menyatakan bahwa usia kaligrafi ini beberapa abad lebih tua
dari usia Negara Amerika Serikat. Bahkan lebih lanjut, Dr. Barry menemukan
reruntuhan, sisa-sisa peralatan, tulisan, digram, dan beberapa ilustrasi pada
bebatuan untuk keperluan pendidikan di Sekolah Islam. Tulisan, diagram dan
ilustrasi ini merupakan mata p[elajaran matematika, sejarah, geografi,
astronomi dan navigasi laut. Semuanya ditulis dalam tulisan Arab Kufi dari
Afrika Utara.
Penemuan
sisa-sisa sekolah Islam ini ditemukan dibeberapa lokasi seperti di Valley of
Fire, Allan Springs, Logomarsino, Keyhole, Canyon Washoe, Hickison Summit Pas
(Nevada), Mesa Verde (Colorado), Mimbres Valley (New Mexico) dan Tipper Canoe
(Indiana). Sekolah-sekolah Islam ini diperkirakan berfungsi pada tahun 700-800
M. Keterangan yang sama juga ditulis olh Donald Cyr dalam bukunya yang berjudul
Exploring Rock Art (Satna barbara, 1989).
Kedua, dalam
bukunya Africa and the Discovery of America (1920), pakar sejarah dari Harvard
University, Loe Weiner, menulis bahwa Colombus sendiri sebenarnya juga
mengetahui kehadiran orang-orang Islam yang tersebar di Karibia, Amerika Utara,
Tengah dan Selatan, termasuk Canada. Tapi tak seperti Colombus yang ingin
menguasai dan memperbudak penduduk asli Amerika, umat Islam datang untuk
berdagang, berasimilasi dan melakukan perkawinan dengan orang-orang India suku
Iroquis dan Algonquin. Colombus juga mengakui, dalam pelayaran antara gibara dan
Pantai Kuba, 21 Oktober 1492, ia melihat masjid berdiri diatas bukit dengan
indahnya. Saat ini, reruntuhan masjid-masjid itu telah ditemukan di Kuba,
Mexico, Texas dan Nevada.
Ketiga, John
Boyd Thacher dalam, bukunya Christopher Colombus yang terbit di New York, 1950,
menunjukkan bahwa Colombus telah menulis bahwa pada hari Senin, 21 Oktober
1492, ketika sedang berlayar di dekat Cibara, bahagian tenggara pantai Cuba, ia
menyaksikan mesjid di atas puncak bukit yang indah. Sementara itu , dalam
rangkaian penelitian antropologis, para antropolog dan arkeolog memang
menemukan reruntuhan beberapa masjid dan menaranya serta ayat-ayat al-Qur’an di
Cuba, Mexico, Texas dan Nevada.
Keempat, Clyde
Ahmad Winters dalam bukunya Islam in Early North and South America, yang
diterbitkan penerbit Al-Ittihad, Juli 1977, halaman 60 menyebutkan, para
antropo0log yang melakukan penelitian telah menemukan prasasti dalam bahasa
Arab di lembah Mississipi dan Arizona. Psasasti itu menerangkan bahwa imigran
Muslim pertama tersebut juga membawa gajah dari Afrika.
Sedangkan
Ivan Van Sertima, yang dikenal karena karyanya They Came Before Colombus,
menemukan kemiripan arsitrektur bangunan penduduk asli Amerika dengan kaum
Muslim Afrika. Sedang dalam bukunya yang lain African Presence in Early
America, juga menegaskan tentang telah adanya pemukiman Muslim Africa sebelum
kehadiran Colombus di Amerika.
Kelima, ahli
sejarah Jerman, Alexander Von Wuthenan juga memberikan bukti bahwa orang-orang
Islam sudah berada di Amerika tahun 300-900 M. Artinya, umat Islam sudah ada di
Amertika, paling tidak setengah abad sebelum Colombus lahir. Bukti berupa
ukiran kayu berbentuk kepala manusia yang mirip dengan orang Arab diperkirakan
dipahat tahun 300 dan 900 M. Beberapa ukiran kayu lainnya diambil gambarnya dan
diteliti, ternyata memiliki kemiripan dengan orang Mesir.
Keenam, salah
satu buku karya Gavin Menzies, seorang bekas pelaut yang menerbitkan hasil
penelusurannya, menemukan peta empat pulau di Karibia yang dibuat pada tahun
1424 dan ditandatangani oleh Zuanne Pissigano, kartografer dari Venezia, yang
sudah diterjemahkan ke bahasa Indonesia. Peta ini berarti dibuat 68 tahun
sebelum Colombus mendarat di Amerika. Dua pulau pada peta ini kemudian
diidentifikasi sebagai Puertorico dan Guadalupe.
Henry
Ford dalam bukunya The Complete International Jew, terdapat cuplikan yang
menjelaskan bagaimana kondisi riil Umat Islam pada akhir kekuasaan Islam di
Spanyol, yang mengalami penyiksaan yang sangat luar biasa, dan bagaimana dari
penyiksaan tersebut akhirnya ada yang melarikan diri bersama rombongan Colombus
ke Amerika. Dalam buku tersebut dapat disarikan sebagai berikut :
Perjalanan
Colombus dimulai 3 Agustus 1492, sehari setelah jatuhnya Granada, benteng
terakhir umat Islam di Spanyol. Dalam pertarungan hidup-mati itu, 300 ribu
orang Yahudi diusir dari Spanyol oleh raja Ferdinand yang Kristen. Selanjutnya,
dalam buku tersebut dikisahkan bagaimana perjuangan penggalanagan dana oleh
kaum Yaahudi untuk mendukung perjalanan Colombus dan pada hakekatnya juga pelayaran
bagi pelarian Yahudi Spanyol ke Amerika. Tapi ada bahagian informasi yang
sengaja tidak dipublikasikan, yakni bahwa Colombus membawa dua kapal, yakni
kapal Pinta dan Nina. Kedua kapal ini dibantu oleh nakhoda Muslim bersaudara.
Martin Alonso Pinzon menakhodai kapal Pinta, dan Vicente Yanex Pinzon
menakhodai kapal Nina. Keduanya menggunakan Spanyol namun keduanya sebenarnya
masih keluarga Sultan Maroko Abu Zayan Muhammad III (1362-1366) yang menguasai
kekhalifahan Marinid (1196-1465). Informasi tersebut juga ditemukan dalam buku
karya John Boyd Thacher, Christopher Colombus, New York, 1950.
MUSLIM
SEBAGAI PENEMU AMERIKA :
HASIL PENGAMATAN LAPANGAN DAN
PERSPEKTIF SUKU-SUKU INDIAN AMERIKA (CHEROKEE)
HASIL PENGAMATAN LAPANGAN DAN
PERSPEKTIF SUKU-SUKU INDIAN AMERIKA (CHEROKEE)
Hari
ini, kalau kita membuka peta Amerika paling mutakhir buatan Rand McNally dan
mencermati nama-nama tempat. Hampir di semua bagian benua ini akan ditemukan
jejak-jejak umat Islam jauh sebelum Colombus. Di tengah kota Los Angeles
misalnya, terdapat kawasan Alhambra, teluk El-Morro dan al-Amitos serta
nama-nama kawasan seperti Andalusia, Attilla, Alla, Aladdin, Albany, Al-Cazar,
Alameda, Alomar, al-Mansor, Almar, Alva, Amber, Azuredan La Habra.
Nama-nama
Tempat
Di
bahagian tengah Amerika, dari selatan hingga Illionis terdapat nama-nama kota
Albany, Andalusia, Attalla, Lebanon dan Tullahoma. Di negara bagian Washington
ada kota Salem. Di Karibia (berasal dari bahasa Arab Qariiban) dan Amerika
Tengah terdapat kawasan bernama Jamaika, Pulau Cuba (dari kata Quba) dengan
ibukotanya Havana (dari La-Habana). Juga nama-nama pulau Grenada, Barbados,
Bahama dan Nassau.
Di
Amerika Selatan terdapat nama kota seperti Cordova (di Argentinma), Al-Cantara
(di Brazil), Bahia (di Brazil dan Argentina). Selanjutnya , ada nama-nama
pegunungan seperti Appalachian (Afala-che) di pantai timur dan pegunungan
Absarooka (Abshaaruka) di pantai barat. Kota besar di negara bagian Ohio yang
terletak di muara sungai Wabash yang panjang dan meliuk-liuk bernama Toledo,
nama Universitas Islam ternama pada masa kejayaan Islam di Andalusia.
Menurut
Dr. Youssef Mroueh, hari ini di Amerika Utara terdapat 565 nama tempat, baik
nergara bagian, kota, sungai, gunung, danau dan desa yang diambil dari nama
Islamatau nama dengan akar kata dari bahasa Arab. Selebihnya, sebanyak 484 nama
terdapat di Amerika Serikat dan 81 di Kanada. Nama-nama ini diberikan oleh
penduduk asli yang telah ada sebelum Colombus menginjakkan kaninya di Amerika.
Dr.
A. Zahoor juga menulis bahwa nama negara bagaian seperti Alabama berasal dari
kata Allah Bamya. Nama negara bagian Arkansas berasal dari kata Arkan-Sah dan
Tenesse dari Tanasuh. Demikian njuga nama kota besar seperti Tallahassee di
Florida, berasal dari bahasa Arab yang artinya ”Allah akan menganugerahkan
sesuatu dikemudian hari”.
Dr.
Mroueh juga menulis, beberapa nama yang dicatatnya merupakan nama kota suci
seperti Mecca di Indiana. Medina merupakan nama paling populer di Amerika.
Medina terdapat di Idaho, Medina di New York, Medina dan Hazen di North Dakota.
Medina di Ohio, Medina di Tenesse. Medina di Texas dengan penduduk 26 ribu
jiwa. Medina di Ontario Canada, kota Mahomet di Illionis, Moda di Utah dan Arva
di Ontario Canada.
Ketika
Colombus mendarat di kepulauan Bahama, 12 Oktober 1492, pulau itu sudah diberi
nama Guanahani oleh penduduknya. Guanahani berasal dari kata Arab ikhwana
(saudara), kemudian dibawa ke bahasa Mandika (kerajaan Islam di barat Afrika)
yang berarti ”tempat keluarga Hani bersaudara”. Tapi kemudian Colombus secara
”seenaknya” memberinya nama San Salvador, dan merampas pulau ini dari pemilik
awalnya.
Nama
kepala suku Cherokee
Hari
ini, seandainya kita mengunjungi Washington, dan sempat mengunjungi
Perpustakaan Kongres (Library of Congress), dan meminta arsip perjanjian
pemerintah Amerika Serikat dengan Suku Indian Cherokee, salah satu suku
terkemuka Indian, tahun 1787. Di arsip tersebut secara fakta akan ditemukan
tandatangan Kepala Suku Cherokee saat itu, bernama Abdel Khak and Muhammad Ibn
Abdullah. Nama suku Cherokee sendiri diperkirakan berasal dari bahasa Arab
Sharkee
Isi
perjanjian itu antara lain adalah hak suku Cherokee untuk melangsungkan
keberadaannya dalam bidang perdagangan dan pemerintahan suku yang ternyata
didasarkan pada hukum Islam. Lebih lanjut, akan ditemukan kebiasaan berpakaian
wanita suku Cherokee yang menutrup aurat, sedangkan kaum lelakinya memakai turban
(sorban) dan gamis hingga sebatas lutut.
Cara
berpakaian ini dapat ditemukan dalam foto atau lukisan suku Cherokee yang
diambil gambarnya sebelum tahun 1832. Kepala suku terakhir Cherokee sebelum
akhirnya secara perlahan punah atau dipunahkan dari daratan Amerika adalah
seorang Muslim bernama Ramadhan Ibn Wati.
Mengenai
aksara Cherokee yang kemudian diteliti, digali dan dihidupkan kembali oleh
seorang tokoh Cherokee modern bernama Sequoyah, adalah terdapatnya kemiripan
antara aksara Cherokee yang disebut Syllabari dengan aksara Arab . Bahkan
beberapa pahatan peninggalan lama Cherokee di Nevada, ternyata mempunyai
kemiripan dengan aksara Arab.
Yang
lebih mengherankan adalah, ternyata keterkaitan Islam/Arab tidak hanya dengan
Suku Cherokke, tapi juga dengan suku-suku Indian lainnya, seperti Anasazi,
Apache, Arawak, Arikana, Chavin Cree, Makkah, Hohokam, Hupa, Hopi, Mahigan,
Mohawk, Nazca, Zulu dan Zuni. Beberapa kepala suku Indian juga mengenakkan
tutup kepala khas corang Islam. Misalnya kepala suku Chippewa, Creek, Iowa,
Kansas, Miami, Potawatomi, Sauk, Fox, Seminole, Shawnee, Sioux, Winnebago dan
Yuchi. Hal ini dibuktikan pada foto-foto antara tahun 1835 hingga 1870.
KESIMPULAN DAN PENUTUP
- Al-Qur’an berisi banyak sekali dorongan atau motivasi untuk melakukan rihlah dimuka bumi, dengan tujuan untuk dapat melihat keagungan ciptan-Nya berupa alam semesta dengan seluruh isinya; gunung dan lembah, langit bumi dan apa yang terdapat pada keduanya atau antara keduanya, tetumbuhan dan hewan-hewan. Juga dengan memperhatikan bukti-bukti arkeologis dan historis sejarah umat-umat terdahulu sehingga dapat menjadi pelajaran bagi generasi berikutnya. Surat al-Muluk ayat 15 : “Dialah Yang menjadikan bumi itu mudah bagimu, maka berjalankah di segala penjurunya dan makanlah sebahagian dari rezeki-Nya. Dan hanya kepada-Nya lah kamu (kembali setelah) dibangkitkan”.
- Nama-nama penulis, peneliti, penjelajah dan pembuat peta Muslim sebagai berikut : Muhammad bin Musa al-Razi (w. 273H/882M), Qasim bin Asbagh al-Bayani (244-340H/859-951M), Ahmad bin Muhd. Al-Razi (284-344H), Ahmad bin Umar bin Anas al-‘Azri al-Dalaie (393-476H/1002-1083M), Abu ‘Ubaid al-Bakri (432-487H/1040-1094M), Abdullah bin Ibrahim al-Hijari (kurun ke 6H/12M), al-Idrisi (110-1166M), Ibn Bashkawal (494-578H/1101-1183M), al-Yasa’ bin Isa bin Hazm al-Ghafiqi (w. 575H/1179M), Abu Hamid al-Gharnati (lahir 473H/1080-1081M), Mohammad bin Abi Bakr al-Zuhri (kurun ke 6H/12M), Abu Bakar bin al-‘Arabi (468-542H/1076-1148M), Ibn Jubayr (1145-1217M), Muhammad bin Ayub bin Ghalib al-Gharnaiti, Abu al-Hasan Ali bin Sa’id (610-685H/1213-1286M), Abu Abdullah Muhd. Al-Abdari, Muhd. Bin Abd. Al-Mun’im al-Hamiri (w. 900H/1494M) dan lainnya. pakar sejarah dan geografer Abul Hassan Ali Ibnu al-Hussain al-Masudi (871-957M). Dalam bukunya Muruj Adh-Dhahabwa Maad al-Jawhar (The Meadows of Gold and Quarries of Jewels / Hamparan Emas dan tambang Permata), al-Masudi telah menuliskan bahwa Khaskhas Ibnu Sa’ied Ibn Aswad, seorang penjelajah Muslim dari Cordova, Spanyol, berhasil mencapai benua Amerika pada 889M
- Dr. Barry Fell, arkeolog dan ahli bahasa berkebangsaan Selandia Baru jebolan Harvard University menunjukan bukti-bukti detail bahwa berabad-abad sebelum Colombus, telah bermukim kaum Muslimin dari Afrika Utara dan Barat di beua Amerika. Tak heran jika bahasa masyarakat Indian Pima dan Algonquain memiliki beberapa kosakata yang berasal dari bahasa Arab. Clyde Ahmad Winters dalam bukunya Islam in Early North and South America, yang diterbitkan penerbit Al-Ittihad, Juli 1977, halaman 60 menyebutkan, para antropo0log yang melakukan penelitian telah menemukan prasasti dalam bahasa Arab di lembah Mississipi dan Arizona. Prasasti itu menerangkan bahwa imigran Muslim pertama tersebut juga membawa gajah dari Afrika. ahli sejarah Jerman, Alexander Von Wuthenan juga memberikan bukti bahwa orang-orang Islam sudah berada di Amerika tahun 300-900 M. Artinya, umat Islam sudah ada di Amertika, paling tidak setengah abad sebelum Colombus lahir.
- Dalam peta Amerika paling mutakhir buatan Rand McNally dan mencermati nama-nama tempat. Hampir di semua bagian benua ini akan ditemukan jejak-jejak umat Islam jauh sebelum Colombus. Di tengah kota Los Angeles misalnya, terdapat kawasan Alhambra, teluk El-Morro dan al-Amitos serta nama-nama kawasan seperti Andalusia, Attilla, Alla, Aladdin, Albany, Al-Cazar, Alameda, Alomar, al-Mansor, Almar, Alva, Amber, Azuredan La Habra.
Di
bahagian tengah Amerika, dari selatan hingga Illionis terdapat nama-nama kota
Albany, Andalusia, Attalla, Lebanon dan Tullahoma. Di negara bagian Washington
ada kota Salem. Di Karibia (berasal dari bahasa Arab Qariiban) dan Amerika
Tengah terdapat kawasan bernama Jamaika, Pulau Cuba (dari kata Quba) dengan
ibukotanya Havana (dari La-Habana). Juga nama-nama pulau Grenada, Barbados,
Bahama dan Nassau. Di Amerika Selatan terdapat nama kota seperti Cordova (di
Argentinma), Al-Cantara (di Brazil), Bahia (di Brazil dan Argentina).
Selanjutnya, ada nama-nama pegunungan seperti Appalachian (Afala-che) di pantai
timur dan pegunungan Absarooka (Abshaaruka) di pantai barat. Seluruhnya
membuktikan hubungan antara Arab-Andalus-Mali-Afrika Barat dan Amerika.
DAFTAR BACAAN
Abdul
Hakam Ash-Sha’idi, Dr, Bepergian (Rihlah) Secara Islam, terjemahan dari
Ar-Rihlatu fil Islam, oleh Abdul Hayyie al-Kattanie, Gema Insani Press,
jakarta, 1988.
Abul
Hassan Ali Ibnu al-Hussain al-Masudi, Muruj Adh-Dhahabwa Maad al-Jawhar (The
Meadows of Gold and Quarries of Jewels),
Ahmad,
Ahmad Ramashan, Dr., al-Rihlat wa al-Rahalat al-Muslimun, Jeddah, Dar al-Bayan
al-‘Arabi, (t.t.).
Al-Syarif
al-Idrisi, Nuzhat al-Musytaq fi Ikhtiraq al-Afaq (Ekskursi dari yang rindu
mengharungi Ufuk)
Anuar
‘Abdul ‘Alim, Dr., Ibn Majid al-Mallah, Dar al-Katib al-Arabi, 1967.
Anwar
G. Chejne, Muslim Spain: Its History and Culture, Minneapolis, The University
of Minneapolis Press, 1974.
Asma’
Wardah Bt Surtahman, Prof.Madya Dr. Ahmad Zaki Hj Berahim @ Ibrahim, Penemuan
Benua Amerika Berdasarkan Keilmuan Tamadun Islam Di Andalusia: Sorotan Terhadap
Pelayaran Eropah, makalah dibentangkan dalam Seminar Antarabangsa bertema
“Andalusia 1300 tahun”, oleh USM Pulau Pinang bekerjasama dengan Jabatan Mufti
Negeri Pulau Pinang, pada tanggal 5-6 Maret 2008.
Barry Fell, Dr. Saga America,
New York, 1980
Chairul
Akhmad, “Ibnu Battuta : Pemuda Pencari Tepi Dunia”, sebagaimana termuat dalam
Majalah Islam Sabili , Edisi Khusus (Special Edition), The Great Muslim
Travelers, nomot 13 tahun XVI 15 Januari 2009/18 Muharram 1430H.
Clyde
Ahmad Winters, Islam in Early North and South America, Al-Ittihad, Juli 1977
Diyah
Kusumawardhani, “Petualangan Sindbad Menjelajahi Tujuh Lautan Menuju Cina”,
sebagaimana termuat dalam Majalah Islam Sabili , Edisi Khusus (Special
Edition), The Great Muslim Travelers, nomot 13 tahun XVI 15 Januari 2009/18
Muharram 1430H.
Donald Cyr, Exploring Rock Art,
Satna Barbara, 1989
Dwi
Hardianto, “Penjelajah : Kisah Para Pembuat Peta”, sebagaimana termuat dalam
Majalah Islam Sabili , Edisi Khusus (Special Edition), The Great Muslim
Travelers, nomot 13 tahun XVI 15 Januari 2009/18 Muharram 1430H.
——————,
“Laksamana Cheng Ho : sebelum Colombus Menembus Atlantik”, sebagaimana termuat
dalam Majalah Islam Sabili , Edisi Khusus (Special Edition), The Great Muslim
Travelers, nomot 13 tahun XVI 15 Januari 2009/18 Muharram 1430H.
——————,
“Cheroke Suku Indian Muslim yang musnah”, sebagaimana termuat dalam Majalah
Islam Sabili , Edisi Khusus (Special Edition), The Great Muslim Travelers,
nomot 13 tahun XVI 15 Januari 2009/18 Muharram 1430H
Eman
Mulyatman, “Hijrah dan Perjalanan Peradaban Baru”, sebagaimana termuat dalam
Majalah Islam Sabili , Edisi Khusus (Special Edition), The Great Muslim
Travelers, nomot 13 tahun XVI 15 Januari 2009/18 Muharram 1430H
Herry
Nurdi (Pemred), Majalah Islam Sabili, nomor 13 tahun XVI 15 Januari 2009/18
Muharram 1430 H, edisi khusus (Special Edition) “The Great Muslim
Travelers”, Penerbit PT Bina Media Sabili, jakarta, 2009.
Herry
Nurdi, “Para Sahabat : Pengembara di Zaman Nabi”, sebagaimana termuat
dalam Majalah Islam Sabili , Edisi Khusus (Special Edition), The Great Muslim
Travelers, nomot 13 tahun XVI 15 Januari 2009/18 Muharram 1430H.
Husin
Mu’nis, Tarikh al-Jugrafiyah wa al-Jugrafiyyin fi al-Andalus, Madrid, Mathba’ah
Ma’had al-Dirasat al-Islamiyyah, 1967.
‘Izzuddin
Farag, Fadl ‘Ulama al-Muslimin ‘ala al-Hadarah al-Urubiyahh.(t.t.)
Ivan
Van Sertima, They Came Before Colombus
John
Boyd Thacher, Christopher Colombus, New York, 1950.
Loe
Weiner, Africa and the Discovery of America, Harvard University, 1920.
Yossef
Mroueh, Dr. Prepatory Committe for International Festivals to Celebrate the
Millenium of the Muslims Arrival to the America tahun 1996.
(nahimunkar.com)
No comments:
Post a Comment