INTEGRALISASI PERADABAN
TEKNOLOGI
sebuah refleksi integralisme Islam
Armahedi Mahzar (c) 2013
Alhamdulillah Tribute Lecture for
Armahedi Mahzar telah berlangsung secara lancar dengan menghadirkan
pembicara-pembicara muda yang telah membahas integralisme dari berbagai sisi.
Tentunya saya sangat berterima kasih atas apresiasi dan kritik terhadap wawasan
integralisme yang selama ini telah saya kembangkan. Setelah mendengarkan
berbagai sudut pandang terhadap wawasan
integralisme tersebut, saya mencoba menekankan kembali beberapa aspek
integralisme yang pada ujungnya adalah upaya integralisasi peradaban dunia yang
sekarang cenderung didominasi oleh teknologi.
Integralisasi peradaban
teknologi itu pada dasarnya sebuah tahap akhir dari proses tazkiyah atau pensucian.
Tazkiyah
adalah esensi dari rukun Islam jika ditinjau dari kehidupan di dunia. Tahap-tahap
tazkiyah
bermula dengan tataran diri pribadi (tazkiyah al-nafsi) lalu tataran kelompok (tazkiyah al jama’ati),
tataran masyarakat (tazkiyah al-ijtima’i), tataran bangsa (tazkiyah al-ummati) dan
berakhir pada tataran ummat sedunia (tazkiyah al-madaniyati).
Oleh karena terdapat kesejajaran
antara seorang pribadi sebagai sebuah organisme dan sebuah peradaban sebagai
mega-organisme, maka kita akan mengambil tahap-tahap tazkiyah al-nafsi sebagai
pola untuk reintegralisasi peradaban teknologi. Namun untuk bisa lebih mudah
memahaminya ada baiknya jika kita memperhatikan dinamika perkembangan peradaban
teknologi dalam pandangan integralisme.
Multilektika Integralitas:
Dinamika Sistem Integral
Jadi sebenarnya sistem integral
atau integralitas mempunyai prinsip dinamikanya sendiri yang saya sebut
multilektika. Sayangnya saya tak
pernah menuliskannya dalam buku, namun secara lisan selalu saya sampaikan dalam
diskusi antarpribadi ataupu diskusi-diskusi kelompok. Neo-adaptasionisme
biologis mewujud dalam pasar bebas dalam atau liberalisme ekonomi dan mewujud
sebagai demokrasi dalam politik. Dalam sektor budaya ada pasar bebas gagasan
yang kini disebut sebagai multi-kulturalisme. Neo-adapsionisme, liberalisme,
demokrasi dan multikulturalisme adalah pewujudan dari multilektika
integralitas.
Dengan multilektika sebuah sistem integral berinteraksi melalui kompetisi
dan koperasi dengan sistem-sistem lainnya membangun sistem-sistem baru yang
lebih tinggi. Dalam tataran gagasan dan wawasan, setiap tesis harus melawan
atau bergabung banyak altitesis untuk membangun supratesis-supratesis baru.
Sebagai contoh di Eropa strukturalisme dan pos-strukturalisme bergabung menjadi
plastisisme dan bentuk-bentuk dialektisisme lain, seperti misalnya
strukturasionisme Anthony Giddens , dan sintesa fenomenologi dan strukturalisme
oleh Pierre Bourdieu dalam sebuah praksisisme.
Itu pula yang saya lakukan ketika mengadu strukturalisme dan isme-isme Barat
lainnya dengan islamisme sehingga menghasilkan wawasan integralisme yang
herannya merupakan reformulasi baru dari filsafat tradisional Islam yang
ternyata merupakan esensi struktural dari filsafat-filsafat tradisional lainnya
baik dari Barat maupun dari timur. Perjenjangan
materi-energi-informasi-nilai-sumber bukan hanya ada dalam tasauf, fiqh dan
kalam Islam tetapi juga dalam konsep manusia dan alam filsafat agama-agama
tradisional lainnya.
Multilektika inilah yang menjadi esensi dari proses evolusi/involusi yang
berjalan dari Yang Tunggal Mutlak ke yang aneka nisbi dan dari proses devolusi/envolusi
dam proses yang berjalan sebaliknya. Proses pertama itu adalah proses konstruksi dan proses kedua adalah
proses dekonstruksi. Proses konstruksi/dekonstruksi itu berjalan terus menerus
tanpa hentinya sehingga akhir zaman. Pada tataran terkecil materi itu adalah
proses kreasi/anihilasi partikel elementer. Pada tataran pribadi proses itu
adalah proses kelahiran/kematian dan pada tataran peradaban, proses itu berjalan
sebagai kebangkitan/kejatuhan.
Koevolusi Sosio-Teknologi:
Perkembangan Peradaban Teknologi
Sebagai dampak dinamika mutilektik itu dalam perjalanan sejarah, teknologi dan
peradaban berkembang beriringan. Misalnya, Lewis Mumford pada tahun 1930 melihat
sejarah pada Technic and Civilization bahwa masayarakat berkembang dari masa Eoteknik (kira-kira
1000 sampai dengan 1800) tang diawali oleh penemuan jam dan berujung pada
penemuan mesin uap.
Kemudian berkembang memasuki masa
paleoteknik (1700-1900) di mana kehidupan dibentuk oleh pabrik-pabrik berisikan
mesin-mesin uap berbasis batubara yang dijalankan oleh buruh-buruh tak
berketrampilan. Masa ini lalu diikuti oleh masa neoteknik (1900-1930 dan
seterusnya) ketika listrik ditemukan sehingga
pabrik-pabrik terbebaskan dari dari batu-bara sehingga bisa didirikan jauh dari
pegunungan lokasi tambang batu bara.
Belakangan pada tahun 1970 dalam
bukunya The Myth of the Machine Vol II: The
Pentagon of Power, Mumford
mengamati bahwa teknologi mencapai tahap megateknik di mana produksi
barang-barang dikendalikan oleh pasar konsumen yang seleranya dibentuk oleh
iklan-iklan di media massa koran, majalah terutama radio dan televisi.
Saya memperlengkap pentahapan sejarah teknologi oleh Lewis Mumford itu menjadi 8 tahap memundurkan fase eoteknik menjadi masa ketika ditemukannya pesawat pada setelah revolusi perkotaan dan menambahkan satu masa arkeoteknik (ditemukannya mesin cetak Gutenberg yang mendorong Renaissance dan revolusi sains) yang mendahului masa paleoteknik (ditemukannya mesin Watt yang melahirkan revolusi industri) dan mencirikan neotelnik dengan ditemukannya generator listrik oleh Faraday).
Saya menganggap masa megateknik
lahir dengan ditemukannya telegraf oleh Marconi dan dan diperkokoh ditemukannya telefon, radio, film dan televisi.
Penemuan Marconi inilah yang saya sebut sebagai revolusi komunikasi yang
mendahului revolusi informasi yang berawal dengan ditemukannya komputer
elektronik yang kemudian saling terjaring secara global melalui satelit satu
sama lainnya dan dengan telepon genggam pintar. Masa akhir inilah yang saya
sebut sebagai masa metateknik.
Masyarakat dan teknologi, keduanya mengalami evolusi bersamaan atau koevolusi. Koevolusi itu berkembang dengan cara bertahap yang menunjukkan perubahan karakteristik teknologi yang berkaitan secara umpan balik positip dengan tujuh perubahan revolusiner peradaban menuju suatu keseimbangan baru. Dari peradaban prateknik terdapat tujuh revolusi sosial yang didorong oleh diciptakannya jenis-jenis teknologi dengan karakteristik yang baru. Kedelapan fase perkembangan peradaban teknologi itu ditampilkan pada tabel berikut ini.
Koevolusi Peradaban Teknologi
KARAKTER
|
TEKNOLOGI
|
PERADABAN
|
Material
|
ORGANIK
(tangan) |
PRATEKNIK
(perburuan paleolitik) |
SUBORGANIK
(perkakas) |
PROTOTEKNIK
(revolusi pertanian) |
|
PARAORGANIK
(pesawat) |
EOTEKNIK
(revolusi perkotaan) |
|
Energetik
|
EKSTRAORGANIK
(kincir) |
PALEOTEKNIK
(revolusi Gutenberg)
|
SEMIORGANIK
(mesin uap) |
ARKEOTEKNIK
(revolusi Watt) |
|
SUPERORGANIK
(motor listrik) |
NEOTEKNIK
(revolusi Faraday) |
|
Informatik
|
MEGAORGANIK
(media elektronik) |
MEGATEKNIK
(revolusi Marconi) |
METAORGANIK
(jaringan telematik)
|
METATEKNIK
(revolusi Von Neuman)
|
Kalau kita mengikuti Francois Lyotard, maka era metateknik sekarang adalah era pos-modern yang dicirikan oleh budaya serba pecah (fragmentarisme), serba nisbi (relativisme), serba campur (sinkretisme) dan serba sementara (temporerisme). Di era posmodern ini perubahan-perubahan teknologi berlangsung serba cepat yang dipercepat (akseleratif) sesuai dengan hukum Moore yang berujung pada singularitas teknologi di mana kecerdasan mesin mengatasi kecerdasan manusia.
Singularitas teknologi untuk sementara orang dianggap sebagai krisis lahirnya
peradaban baru teknologi di mana manusia akan menjadi abdi-abdi teknologi. Untuk
yang lain peristiwa ini adalah kejang-kejang lahirnya makhluk baru di mana
semua manusia melebur dengan mesin-mesin dalam satu mega-pribadi transhumanis.
Tampaknya,
tumbuh-kembang peradaban manusia menuju kelahiran mega-pribadi ini mengikuti
pola tumbuh-kembang organisme manusia sebagai individu yang mengulangi pola
evolusioner biosfera secara keseluruhan. Pada mulanya manusia hidup sebagai
makhluk satu sel yang terus memperbanyak diri menjadi janin multiseluler dengan
teknologi penyerapan pangan didalam rahim sebagai lingkungannya. Ini adalah
tahap pertama tumbuh kembang yang bersifat materi.
Kemudian
dia lahir sebagai bayi, mulailah tahap kedua tumbuh kembang seorang anak yang
bersifat energetik. Dalam tahap ini si anak yang mengembangkan kemampuan organ
luarnya, yaitu kaki dan tangan, sebagai teknologi penyaluran energi internalnya
menjadi gerak terkoordinasi. Lalu pada tahap ketiga, yaitu tahap informatik,
dia tumbuh sebagai anak-anak yang belajar berbicara dan kemudian bersekolah.
Berbicara adalah teknologi komunikasi natural, yaitu bahasa lisan, dan menulis
adalah teknologi informasi kultural.
Akhirnya,
pada tahap keempat dan terakhir yaitu tahap normatif, manusia menjadi individu
dewasa belajar mengembangkan pola-pola koordinasi kerja-sama dalam bentuk
asimilasi nilai-nilai kelompok-kelompok sosial multi-organismik secara
berjenjang dari keluarga, sekolah, kantor, pasar, negara dan dunia manusia
beradab menyeluruh yang meliputi seluruh muka bumi.
Dengan
demikian tampak jelas bahwa manusia secara individu berkembang dari fase
material janin, melalui fase energetik anak-anak dan fase informatik remaja
sesudahnya menuju fase normatif di masa dewasa. Keempat fase itu menunjukan
perkembangan integral di mana hasil dari fase yang terdahulu menjadi bagian
penting bagi perkembangan fase yang terkemudian.
Dilihat
dari sisi ini etika keluarga, peraturan sekolah, kode etik profesional, hukum
dan undang-undang negara serta hukum internasional dan agama dapat dilihat
sebagai bagian dari teknologi normatif kolektif yang dimiliki manusia
melengkapi teknologi informatik kultural yang dikembangkan manusia sebagai sel-sel
peradaban.
Transformasi Religio-Kultural:
Integralisasi Peradaban Teknologi
Kalau
kita perhatikan perkembangan peradaban manusia juga mengikuti fase-fase yang
sama. Tiga fase pertama, yaitu fase-fase prateknik, prototeknik dan eoteknik
mengembangkan teknologi material. Tiga fase berikutnya, yaitu fase-fase
eoteknik, arkeoteknik, paleoteknik dan neoteknik mengembangkan
teknologi-teknologi energi. Sedangkan dua fase terakhir megateknik dan meta
teknik adalah pengembangan teknologi informasi.
Tampaknya fase informatik ini harus dilengkapi dengan fase normatif yang
menyangkut nilai-nilai. Fase inilah yang saya sebut sebagai fase integralisasi.
Mengingat teknologi itu ibarat nafs dari peradaban sebagai mega-organisme,
maka proses integralisasi peradaban itu bisa diibaratkan sebagai proses
reunifikasi individu manusia terhadap Tuhan penciptanya, maka tahap-tahap
proses itu akan mengulangi tahap-tahap reunifikasi individu berupa transformasi
psiko-spiritual yang biasanya disebut sebagai pencerahan mistis. Mistisisme
dalam Islam disebut tasawuf yang esensinya adalah tazkiyatul nafs. Oleh
karena itu proses integralisasi peradaban itu saya sebut sebagai tazkiyatul
madaniyah.
Karena perkembangan peradaban teknologi itu mengulangi tumbuh-kembang
peribadi manusia, maka sudah selayaknya tahap-tahap tazkiyatul madaniyati
meniru tahap-tahap tazkiyatul nafs dalam thariqah. Salah satu model untuk tazkiyatul nafs adalah tahap-tahap
spiritual yang diajukan oleh Imam al-Ghazali dalam bukunya: Ihya
Ulumuddin alias Revitalisasi
Ilmu-ilmu Agama.
Tahap awal dari thariqah adalah taubat
(reorientasi) dan tahap akhirnya adalah ridha (akseptasi). Tahap
pertama adalah reorientasi tujuan peradaban dari eksploitasi alam menjadi
harmonisasi antara alam dan manusia dalam perdamaian yang tunduk pada Yang Maha
Pencipta.
Tahap-tahap lainnya adalah shabr/syukr
(tabah/terima-kasih) yang menyangkut kondisi dan situasi diri, faqr/zuhd
(miskin/prihatin) yang menyikapi lingkungan material, tauhid/tawakkal (pengesaan/pasrah)
yang menyikapi kondisi dan situasi eksternal masa kini, khauf/raja' (takut/harap)
yang menyikapi masa depan dan berujung pada ridha/ikhlas dalam
menyikapi keseluruhan hidup sebagai anugrah Ilahi.
Shabr dalam hal peradaban adalah reorientasi
peradaban dengan menerima keterbatasan sumber daya alam dan syukr
dalam peradaban berarti mempertahankan semangat inovasi dalam rangka
memakmurkan bumi dengan cara mengangkat alam menjadi bermanfaat bagi
kemanusiaan. Faqr peradaban berarti tidak melakukan konsumsi sumber daya
alam secara berlebihan dan zuhd peradaban adalah meningkatkan
efisiensi dan efektivitas teknologi.
Tauhid peradaban berarti memandang semua sumber-daya
alam, manusia dan teknologi sebagai amanat yang diberikan Yang Maha Pencipta
sebagai karunia yang harus dimanfaatkan demi pelaksanaan perintah-perintahNya
dan menghindari larangan-laranganNya. Tawakkal peradaban adalah semua
keadaan mulai dari sukses tenologi hingga bencana alam adalah ujian dan cobaan
dari Yang Maha Pencipta agar kita selalu serasi dengan KehendakNya. Khauf
peradaban berarti bahwa kita harus selalu waspada akan dampak-dampak samping
negatif dari teknologi di masa depan dan Raja' peradaban berarti bahwa kita
harus selalu optimis akan kemampuan manusia untuk mengendalikan dampak-dampak
negatif teknologi.
Tahap terakhir ridha peradaban berarti
kita harus selalu memandang peradaban teknologi sebagai anugerahNya yang
senantiasa dan sebagai sarana untuk melaksanakan perintah-perintahNya dan
menghindari larangan-laranganNya mencari keridhaanNya. Dengan demikian kita
meletakkan peradaban teknologi sebagai perantara antara Yang Maha Pencipta dan
alam CiptaanNya sebagai sarana kita untuk memuji dan mengabdi Dia sebagai
satu-satunya Pencipta dan Penguasa sekalian alam. Landasan bagi seluruh tahap
reintegralisasi peradaban itu adalah Tauhid Wahdatiyah.
Tauhid Wahdatiyah:
Landasan Integralisasi Peradaban
Tauhid Wahdatiyah mempunyai susunan seperti yang terlukis dalam gambar
berikut ini: landasan Din al-Islam adalah Tauhid Diniyah. Tauhid
ini adalah landasan bagi peradaban Tauhid adalah Tauhid Madaniyah. Kedua
Tauhid itu terintegrasi dengan Tauhid Uluhiah sebagai landasan
terdasar dari keseluruhan Tauhid yang juga meliputi Tauhid Rububiyah sebagai
dasar semua ilmu dan Tauhid Mu’amalah sebagai pengamalan
ilmu.
Tauhid Wahdatiyah |
Sebenarnya, kelima aspek Tauhid itu berkaitan
dengan kelima nama dan sifat Tuhan yang tercantum dalam tiga ayat pertama dari
surat pertama Al-Quran Al-Karim: Allah, Al Rabb, Al-Rahman, Al-Rahim dan
Al-Malik.
Keterkaitannya adalah sebagai berikut
1. Asma ALLAH berkaitan dengan Tauhid Uluhiyah sebagai kesaksian
atau tasyahhud akan keesaan Allah subhana wa ta’ala yang diwujudkan dalam
pengabdian atau ta’abbud yang kita laksanakan seumur hidup kita secara
sepenuhnya dalam perjalanan kembali menuju haribaanNya
2.
Asma Al-RABB berkaitan dengan
Tauhid Rububiyah sebagi kesaksian bahwa Dzat Allah yang transenden
sebagai pencipta seluruh alam-alam nyata dan gaib dalam bentuk pelimpahan
Sifat-sifatNya melalui Perintah-perintahNya berupa hukum-hukum alam yang
ditaati oleh semua perbuatanNya berupa gejala-gejala alam yang menghasilkan
semua ciptaanNya berupa benda-benda alami dari yang terkecil hingga yang
terbesar
3.
Asma AL-RAHMAN berkaitan
dengan Tauhid Mu’amalah sebagai
kesaksian bahwa Cinta Allah mewujud dalam kehidupan seluruh makhluk hidup yang
bersifat individual dan sosial yang harus direalisasi manusia melalui tazkiyah
al-nafsi atau pembersihan diri mencapai nafs al-muthma’innah atau
jiwa yang tenang dan melalui tazkiyah al-ijtima’i atau
pembersihan masyarakat mencapai qawm al-marhamah yaitu masyarakat
yang dikasihi Allah
4.
Asma AL-RAHIM berkaitan dengan
Tauhid Madaniyah sebagai kesaksian bahwa Allah menyayangi
manusia yang merealisasikan tugasnya sebagai khalifah Allah atau wakilNya di
muka bumi melalui ta’allum atau pencarian ilmu dalam bentuk sains dan budaya
yang diikuti dengan tasyakkur atau berterima kasih dalam bentuk pengembangan
teknologi dan seni sebagai komponen-komponen peradaban yang Islami dalam rangka
memakmurkan bumi melalui peradaban.
5.
Asma AL-MALIK berkaitan dengan
Tauhid Diniyah sebagai kesaksian bahwa Allah adalah pemilik al-dunya
dan al-akhirat
yang harus kita jalani sebagai ‘Abd Allah atau abdiNya melalui Din
al-Islam yang terdiri dari ‘Aqidah fondasional, Syari’ah
kolektif dan Thariqah individual
Akhirul Kalam
Integralisasi peradaban adalah
sebuah keharusan di masa kini, karena dia telah sampai pada tahap informatik
global. Oleh karena itu hal itu bisa dilaksanakan jika dilaksanakan secara
global pula. Untuk itu kita harus dapat menguasai kemudian memproduksi
teknologi informasi alternatif mulai
dari piranti lunak protokol internet hingga piranti keras prosesor yang menjadi
jantung komputer-komputer yang menjadi simpul-simpul internet alternatif.
Untuk penguasaan teknologi itu,
untuk pertama kalinya adalah memanfaatkan perkuliahan massal online yang sedang
mulai menjamur dewasa ini, serta memanfaatkan internet untuk pembentukan
jaringan belajar untuk berbagai disiplin ilmu sehingga menjadi simpul-simpul
peningkatan pengetahuan, kemampuan dan kesadaran ummat Islam sehingga sanggup
membangkitkan kembali peradaban Islam yang integral untuk yang ketiga kalinya. Semoga Allah meridhai usaha kita bersama
ini. Amin
ya Rabbal ‘alamin.
No comments:
Post a Comment