Saturday, October 12, 2013

Pemikiran dan Pergerakan



PEMIKIRAN DAN PERGERAKAN
Integralisasi Iman, Ilmu, Amal  di Masjid Salman

Armahedi Mahzar (c) 2013

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiimtEbtwJpna1o8TVYklnrI481wG4eKd9XMUivBFNMPt4iPdP7M6GHJxhusxHGMcO0QtdtKmT8cr-c_I_BY5RUL4scvwjpjLC5CYKoAMB5wqbalqyrkNwArOfiHL5JfYZTupsD/s1600/salman.jpg
Ketika di tahun 1961 saya masuk ITB sebagai seorang mahasiswa di departemen Fisika, mesjid Salman seperti yang ada sekarang ini belumlah ada. Namun, shalat Jum'at untuk Civitas Academica ITB sudahlah ada, walaupun tidak di dalam sebuah bangunan masjid. Kami shalat di sebuah kamar ujung tenggara  dari gedung Aula Barat ITB. Kamar itu adalah sebuah ruangan yang dipisahkan dari ruangan tengah aula dan kamar lainnya dengan penyekat semi permanen.
Mulanya hanya ada dua atau tiga shaf jama'ah. Akan tetapi jama'ahnya bertambah terus, sehingga dinding pemisah harus dibongkar dan akhirnya jama'ah seluruhnya tidak dapat ditampung dalam ruangan aula sehingga meluap ke selasar sekitar aula. Itulah sebabnya para dosen dan mahasiswa muslim berjuang untuk mendirikan sebuah masjid kampus.
Akhirnya panitia pembangunan masjid ITB berhasil menemui Bung Karno yang menyetujui untuk pembuatan masjid di kampus almamater beliau dan beliau mengusulkan memberi nama masjid yang akan didirikan itu dengan nama seorang sahabat nabi Muhammad saw yang merupakan insinyur pembuatan parit perang Chandaq: Salman al-Farisi.
Maka, masjid Salman pun dicita-citakan untuk dibangun sebagai masjid dwifungsi seperti pada masjid di zaman Rasulullah: pusat ibadat dan pusat budaya. Ibadat adalah konsekuensi Islam dari Iman. Iman yang terintegrasi dengan ilmu pengetahuan dan Islam yang terintegrasi dengan kebudayaan. Itulah yang diajarkan kepada para mahasiswa baru yang menerima kuliah agama Islam yang akhirnya berhasil diperjuangkan sebagai mata kuliah wajib di perguruan tinggi pada waktu itu.
Dalam kuliah agama itulah ditekankan hadits untuk mencari ilmu dari lahir hingga liang lahat dan mencari ilmu walaupun harus ke negeri Cina sekali pun. Dalam kuliah agama dan khutbah-khubah jum'at di ITB ditekankan pula kesatuan iman, ilmu dan amal sebagai  ruh penggerak kebudayaan Islam. Itulah sebabnya dari semula aktivis Salman tidak pernah memikirkan keterpisahan pemikiran dan pergerakan dalam semua aktivitasnya sehari-hari.
Iman adalah bagian dari rasionalitas seorang ilmuwan dan teknolog dan Islam sebagai ruh dari pengamalan ilmu sebagai bagian dari kebudayaan seutuhnya. Gerakan sosial yang menyatukan antara agama, sains dan budaya secara kolektif adalah realisasi dari gerakan pemikiran mengenai kesatuan iman, ilmu dan amal secara individual.
Berikut ini akan dibahas bagaimana gerakan pemikiran sekaligus gerakan sosial itu bisa terwujud secara serasi, selaras dan sepadu. Bagaimana gerakan pemikiran tentang kesepaduan vertikal individu dan gerakan sosial mengarah kesepaduan horisontal kolektivitas itu menyatu dalam gerakan hidup aktivis Salman sehari-hari.
Pertama-tama rukun iman itulah yang menjadi perekat kesepaduan indvidual vertikal. Kedua rukun Islam itulah yang menjadi penggerak kesepaduan horisontal kolektif. Inti dari rukun iman adalah tauhid dan inti dari rukun Islam adalah tazkiyah. Tauhid itu adalah bagian dari tasyahhud dan tazkiyah adalah ruh dari ta'abud. Kesaksian melalui tasyahhud dan pembersihan melalui ta'abbud adalah penyatu ibadat dan budaya Islam. 
Kesatuan dan kesepaduan kegiatan agama dan budaya inilah yang menyebabkan Salman menjadi salah satu simpul dari jejaring kebangkitan Islam di Indonesia yang diharapkan menjadi inisiator kebangkitan kembali peradaban Islam dalam skala dunia.

Tasyahhud:
Esensi Pemikiran Islam


Dalam rukun Iman, kita dituntut untuk percaya pada Tuhan, malaikat, kitab-kitabNya dan rasul-rasulnya serta alam akhirat serta taqdir yang menyatukan semuanya dalam suatu proses inna lillahi wa inna 'ilaihi raji'un: semuanya dari Allah dan kepadaNya kita semua kembali. Dengan keimanan yang integratif ini maka kita melihat semua fenomena alam sebagai sunatullah atau perbuatanNya yang mengikuti hukum-hukumNya sebagai manifestasi dari sifat-sifatNya yang mencerminkan kesatuan zatNya yang maha gaib. Zat, sifat, perintah dan perbuatanNya itulah yang menciptakan semua benda di alam semesta.
Proses penciptaan itu berjalan senantiasa dan berkelanjutan dengaan pemunculan kompleksitas secara bertahap seperti yang diamati sains dalam evolusi kosmologis, geologis, biologis, psikologis dan sosio-teknologis yang berturutan.
Evolusi kosmologis melahirkan berbagai bahan dasar material bagi proses energetik geologis dan informasi genetik kehidupan biologis serta ilmu informatik dan nilai-nilai normatif  keyakinan dalam kesadaran psikologjs yang diwujudkan dalam pranata kelembagaan sosiologis dan kompleksifikasi sistemik teknologis sebagai sarana ibadat manusia untuk kembali.kepadaNya sebagai sumber dan tempat kembali segala yang ada. 
Bahan dasar itulah yang disebut sebagai kausa material atau illat al-maddiyah oleh para filosof ilmuwan Islam. Proses geobiologis itulah yang disebut kausa efisien atau illat al-fa’iliyah dan informasi genetik, psikhik dan teknik itulah yang disebut kausa formal atu illat al-suriyah. Norma dan nilai itulah yang merupakan kausa final atau illat al-gha’iyah dari semua proses. Kausa final itulah yang berasal dari kausa primal atau illat al-tammah sumber segalanya .
Pengurutan yang material ke yang energetik melalui yang informatik dan normatif menuju tujuan yang gaib ini jugalah lah merupakan proses penyatuan vertikal tumbuh kembang manusia secara individual. Bermula dari jasad embrionik dalam rahim, hingga bayi yang bergerak senso motorik, lalu pembelajaran bahasa dan ilmu anak remaja yang bersekolah menggunakan akal mereka berakhir dengan bekerja mengembangkan nilai-nilai normatif bertujuan.
Proses tumbuh kembang pribadi manusia adalah proses bertahap yang mengulangi pentahapan semesta raya yang ditemukan para ilmuwan secara bertahap pula. tahap-tahap itu merupakan kesatuan vertikal antara kategori-kategori integral materi, energi, informasi, nilai dan sumber yang masing-masingnya diwakili oleh tubuh material, naluri energetik, kesadaran informatik, keyakinan normatif dan ruh esensi setiap individu.
Tasyahhud itu adalah kesaksian atas Arkan Al-Iman yang meliputi
1.       Iman kepada Allah yang disebut sebagai Metakosmos Pencipta dab Maha Sumber segala hal
2.       Iman kepada malaikat yang menjalankan pengaturan alam semesta atau Makrokosmos
3.       Iman kepada kitab-kitabNya yang merupakan landasan bagi peradaban atau Mesokosmos
4.       Iman kepada rasul-rasulNya yang merupakan individu atau Mikrokosmos
5.       Iman kepada Qiyamat/’Akhirat sebagai kehancuran makrokosmos memasuki Suprakosmos
6.       Iman kepada Qadar dan Qadha’ sebagai ketentuan Integrasi Kosmik
Sehingga dapatlah kita simpulkan bahwa arkan al-Iman menyiratkan pengakuan akan Kesepaduan Realitas.

Ta'abbud:
Esensi Pergerakan Islam


Dalam rukun Islam kita dituntut untuk melakukan lima jenis ritual: mengucapkan dua kalimat syahadat, melakukan shalat wajib lima waktu, berpuasa selama bulan ramadhan, mengeluarkan zakat dan menunaikan ibadah haji.
Dengan demikian, tasyahhud  yang merupakan rukun pertama dari arkanul Islam, esensinya adalah Tauhid (Laa ilaha ilallah) dan Risalah (Muhammadar Rasulullah). Tauhid menghubungkan rukun Islam dengan rukun pertama dari Iman. Sedangkan Risalah menghubungkan seorang mu'min dengan realisasi Tauhid melalui keempat rukun Islam yang berikutnya.
Esensi arkan al-Islam itu adalah sebuah kerangka pentahapan abadi pembangunan peradaban atau Tazkiyah al-Madaniyati. Arkan Al-Islam itu meliputi
1.       Syahadatain sebagai landasan bagi pembinaan individu atau Tazkiyah al-Nafsi
2.       Shalat sebagai sarana pembinaan kelompok atau Tazkiyah al-Jama'ati
3.       Shaum sebagai sarana pembinaan Masyarakat yang adil atau Tazkiyah al-Ijtima'i
4.       Zakat sebagai landasan pembangunan Negara bangsa yang sejahtera atau Tazkiyah al-Ummati
5.       Hajji sebagai sarana pembangunan Peradaban antar bangsa yang damai atau Tazkiyah al-Madaniyati

Dengan demikian, dapatlah dikatakan bahwa rukun Islam di samping merupakan sarana penghubung kita dengan Allah atau 'ubudiyah, dia juga merupkan sarana pembangunan Peradaban melalui mu’amalah.
Jika rukun Islam dapat dilihat sebagai kerangka pembangunan peradaban berdasarkan rukun Iman, maka Ihsan dapat dilihat sebagai kerangka pembangunan pribadi yang mendekatkan diri pada Sang Peciptanya melalui ibadah dimana diharapkan
1.                             Kita beribadat seolah-olah melihat Tuhan, atau
2.                             Kita beribadat karena dilihat Tuhan
beribadah seolah melihat Tuhan adalah simbol dari beribadah karena Cinta dan beribadah karena dilihat Tuhan adalah simbol dari beribadah karena Takut pada Allah swt.

Ihsan adalah esensi Thariqah untuk mendekatkan diri pada Allah dengan cara mentransformasi rasa takut menjadi rasa cinta secara bertahap. ‘Aqidah adalah landasan bagi pasangan proses Syari'ah sebagai transformasi religio-kultural peradaban dan Thariqah transformasi psiko-spiritual individu. Kedua bentuk transformasi itu dasarnya adalah tauhid seutuhnya.

Tauhid Seutuhnya:
Landasan Pembangkitan Peradaban


Keseluruhan Tauhid itu adalah sebuah Tauhid Wahdatiyah yang susunannya terlukis dalam gambar berikut ini: landasan Din al-Islam adalah Tauhid Diniyah. Sebagai landasan peradaban Tauhid adalah Tauhid Madaniyah. Kedua Tauhid itu terintegrasi dengan Tauhid Uluhiah sebagai landasan terdasar dari keseluruhan Tauhid yang juga meliputi Tauhid Rububiyah sebagai dasar semua ilmu dan Tauhid Mu’amalah sebagai pengamalan ilmu.


Sebenarnya, kelima aspek Tauhid itu berkaitan dengan kelima nama dan sifat Tuhan yang tercantum dalam tiga ayat pertama dari surat pertama Al-Quran Al-Karim: Allah, Al Rabb, Al-Rahman, Al-Rahim dan Al-Malik. Keterkaitannya adalah sebagai berikut
1.       Asma ALLAH berkaitan dengan  Tauhid Uluhiyah sebagai kesaksian atau tasyahhud akan keesaan Allah subhana wa ta’ala yang diwujudkan dalam pengabdian atau ta’abbud yang kita laksanakan seumur hidup kita secara sepenuhnya dalam perjalanan kembali menuju haribaanNya
2.       Asma Al-RABB berkaitan dengan  Tauhid Rububiyah sebagi kesaksian bahwa Zat Allah yang transenden sebagai pencipta seluruh alam-alam nyata dan gaib dalam bentuk pelimpahan Sifat-sifatNya melalui Perintah-perintahNya berupa hukum-hukum alam yang ditaati oleh semua perbuatanNya berupa gejala-gejala alam yang menghasilkan semua ciptaanNya berupa benda-benda alami dari yang terkecil hingga yang terbesar
3.       Asma AL-RAHMAN  berkaitan dengan  Tauhid Mu’amalah sebagai kesaksian bahwa Cinta Allah mewujud dalam kehidupan seluruh makhluk hidup yang bersifat individual dan sosial yang harus direalisasi manusia melalui tazkiyah al-nafsi atau pembersihan diri mencapai nafs al-muthma’innah atau jiwa yang tenang dan melalui tazkiyah al-ijtima’i atau pembersihan masyarakat mencapai qawm al-marhamah yaitu masyarakat yang dikasihi Allah
4.       Asma AL-RAHIM berkaitan dengan  Tauhid Madaniyah sebagai kesaksian bahwa Allah menyayangi manusia yang merealisasikan tugasnya sebagai khalifah Allah atau wakilNya di muka bumi melalui ta’allum atau pencarian ilmu dalam bentuk sains dan budaya yang diikuti dengan tasyakkur atau berterima kasih dalam bentuk pengembangan teknologi dan seni sebagai komponen-komponen peradaban yang Islami dalam rangka memakmurkan bumi melalui peradaban.
5.       Asma AL-MALIK berkaitan dengan  Tauhid Diniyah sebagai kesaksian bahwa Allah adalah pemilik al-dunya dan al-akhirat yang harus kita jalani sebagai ‘Abd Allah atau abdiNya melalui Din al-Islam yang terdiri dari ‘Aqidah fondasional, Syari’ah kolektif dan Thariqah individual

Akhirul Kalam


Apa yang yang saya sampaikan di atas adalah pemikiran pribadi yang tak ada sangkut pautnya dengan pengurus-pengurus Salman, kecuali dengan Bang Imad almarhum sebagai salah seorang pendiri masjid Salman dan dosen agama Islam saya di kampus ITB,  yang menekankan sifat antroposentris Tauhid dengan menekankannya sebagai sikap manusia untuk mengesakan Allah sebagai satu-satunya ilah bukan sebagai wawasan teologi tradisional  teosentris yang menekankan sifat 20.

Kritik saya pada pandangan itu adalah karena pandangan itu telah membelah Tasyahhud dan mengambil penggalan pertamanya sebagai fondasi Islam.  Pemikiran pribadi itu sesuai dengan pengamatan saya akan menyatunya pemikiran dan pergerakan dalam aktivisme Salman.
Belakangan pandangan saya tentang Tasyahhud itu berkembang menyempurna menjadi penerimaan arkan ul-Islam sebagai inti Syari’ah (yang dipelajari oleh ilmu Fiqh) dan arkan al-iman sebagai inti ‘Aqidah (yang dipelajari oleh ilmu Kalam) yang disempurnakan oleh ihsan sebagai inti Thariqah (yang dipelajari oleh Tasawuf) berupa motivasi internal Syari’ah.

Kesatuan Aqidah-Syari’ah-Thariqah itulah yang merupakan Din al-Islam yang seutuhnya. Din al-Islam itulah yang merupakan ruh penggerak Madaniyah al-Islam atau peradaban Islam sebagai tubuh kolektif ummat Islam. Semoga sumbangan pemikiran ini bisa mengilhami generasi-generasi muda di Nusantara untuk membangkitkan kembali peradaban Islam dunia di masa datang. Amin ya Rabb al-‘alamin.
Disampaikan pada
Seminar Nasional Milad Emas 50 Tahun Masjid Salman ITB
Kamis 4 Juli 2013 di Masjid Salman ITB, Jl. Ganesha no. 7. Bandung.

No comments:

Post a Comment