Samudera Pasai:
Kerajaan Islam Pertama di Indonesia
Lambang Kerajaan Samudera Pasai
dirancang oleh Sultan Samudera Pasai Sultan Zainal Abidin.
Kepala burung itu bermakna Basmallah,
dirancang oleh Sultan Samudera Pasai Sultan Zainal Abidin.
Kepala burung itu bermakna Basmallah,
Sayap dan kakinya
merupakan ucapan dua kalimat Syahadat.
Badan burung itu
merupakan Rukun Islam.
1. Sejarah
Kerajaan
Samudera Pasai terletak di Aceh, dan merupakan kerajaan Islam pertama
di Indonesia. Nama lengkapa kerjaan samudera pasai adalah “Samudera Aca
Pasai”, yang artinya “Kerajaan Samudera yang baik dengan ibukota di
Pasai” (H.M. Zainuddin, 1961:116).
peta letak Kesultanan Samudera Pasai
Kerajaan
ini didirikan oleh Meurah Silu pada tahun 1267 M. Dalam buku berjudul
"Runtuhnya Kerajaan Hindu-Jawa dan Timbulnya Negara-negara Islam di
Nusantara", Slamet Muljana menulis bahwa Nazimuddin Al Kamil, Laksamana
Laut dari Dinasti Fathimiah di Mesir, berhasil menaklukkan sejumlah
kerajaan Hindu/Buddha yang terdapat di Aceh dan berhasil menguasai
daerah subur yang dikenal dengan nama Pasai. Nazimuddin Al-Kamil
kemudian mendirikan sebuah kerajaan di muara Sungai Pasai itu pada 1128
Masehi dengan nama Kerajaan Pasai. Alasan Dinasti Fathimiah mendirikan
pemerintahan di Pasai berdasarkan atas keinginan untuk menguasai
perdagangan di wilayah pantai timur Sumatra yang memang sangat ramai.
Menurut pengisahan yang terdapat dalam Hikayat Raja Pasaai, kerajaan
yang dipimpin oleh Sultan Malik Al Salih mula-mula bernama Kerjaan
Samudera. Adapun Kerajaan Pasai adalah satu pemerintahan baru yang
menyusul kemudian dan mengiringi eksistensi Kerajaan Samudera.
Salinan halaman pertama Hikayat Raja Pasai
Bukti-bukti
arkeologis keberadaan kerajaan ini adalah ditemukannya makam raja-raja
Pasai di kampung Geudong, Aceh Utara. Makam ini terletak di dekat
reruntuhan bangunan pusat kerajaan Samudera di desa Beuringin, kecamatan
Samudera, sekitar 17 km sebelah timur Lhokseumawe. Di antara makam
raja-raja tersebut, terdapat nama Sultan Malik al-Saleh, Raja Pasai
pertama. Sebelum memeluk agama Islam, nama asli Malik Al Salih adalah
Marah Silu atau Meurah Silo. "Meurah" adalah panggilan kehormatan untuk
orang yang ditinggikan derajatnya, sementara "Silo" dapat dimaknai
sebagai silau atau gemerlap. Marah Silu adalah keturunan dari Suku Imam
Empat atau yang sering disebut dengan Sukee Imuem Peuet, yakni sebutan
untuk keturunan empat Maharaja/Meurah bersaudara yang berasal dari Mon
Khmer (Champa) yang merupakan pendiri pertama kerajaan-kerajaan di Aceh
sebelum masuk dan berkembangnya Agama Islam. Berkuasa lebih kurang 29
tahun (1297-1326 M). Kerajaan Samudera Pasai merupakan gabungan dari
Kerajaan Pase dan Peurlak, dengan raja pertama Malik al-Saleh.
Batu nisan Malik al-Saleh
Seorang
pengembara Muslim dari Maghribi, Ibnu Bathutah sempat mengunjungi Pasai
tahun 1346 M. Informasi lain juga menyebutkan bahwa, Sultan Pasai
mengirimkan utusan ke Quilon, India Barat pada tahun 1282 M. Ini
membuktikan bahwa Pasai memiliki relasi yang cukup luas dengan kerajaan
luarPada masa jayanya, Samudera Pasai merupakan pusat perniagaan penting
di kawasan itu, dikunjungi oleh para saudagar dari berbagai negeri,
seperti Cina, India, Siam, Arab dan Persia. Di samping sebagai pusat
perdagangan, Samudera Pasai juga merupakan pusat perkembangan agama
Islam. Rentang masa kekuasan Samudera Pasai berlangsung sekitar 3 abad, dari abad ke-13 hingga 16 M. Seiring
perkembangan zaman, Samudera mengalami kemunduran, hingga ditaklukkan
sekitar tahun 1360 M oleh Majapahit dengan dipimpin Gajah Mada sebagai
Mahapatih. Pada tahun 1524 M ditaklukkan oleh kerajaan Aceh.
Wilayah kekuasaan Imperium Majapahit, termasuk Samudera Pasai
2. 2. Silsilah Raja-raja
Berikut nama-nama sultan/sultanah yang diketahui pernah memimpin Kesultanan Samudera Pasai:
1. Sultan Malik Al-Salih (1267-1297)
2. Sultan Muhammad Malikul Zahir (1297–1326)
3. Sultan Malikul Mahmud
4. Sultan Malikul Mansur
5. Sultan Ahmad Malik Az-Zahir (1346-1383)
6. Sultan Zain Al-Abidin Malik Az-Zahir (1383-1405)
7. Sultan Shalahuddin (1405– 1412)
8. Sultanah NAhrasiyah atau Sultanah Nahrisyyah (1420-1428)
9. Sultan Abu Zaid Malik (1455)
10. Sultan Mahmud Malik Az-Zahir (1455-1477)
11. Sultan Zain AL-Abidin (1477-1500)
12. Sultan Abdullah Malik Az-Zahir (1501-1513)
13. Sultan Zain Al-Abidin (1513-1524)
Silsilah sultan/sultanah Kesultanan Samudera Pasai
3. Saksi Sejarah Kejayaan Pasai
Sebagai
kerajaan Islam pertama yang pernah berjaya di bumi Nusantara, Samudera
Pasai meninggalkan berbagai peninggalan penting. Berikut adalah saksi
sejarah kejayaan Samudera Pasai.
* Deureuham atau Dirham
Dirham
merupakan alat pembayaran dari emas tertua di Asia Tenggara. Mata uang
ini digunakan Samuedera Pasai sebai alat pembayaran pada masa Sultan
Muhammad Malik al-Zahir. Pada satu sisi dirham atau mata uang emas itu
tertulis; Muhammad Malik Al-Zahir. Sedangkan di sisi lainnya tercetak
nama Al-Sultan Al-Adil. Diameter Dirham itu sekitar 10 mm dengan berat
0,60 gram dengan kadar emas 18 karat.
* Cakra Donya
Cakra
Donya adalah hadiah yang diberikan Kaisar Cina kepada Sultan Samudera
Pasai. Hadiah berupa bel itu terbuat dari besi dan diproduksi pada tahun
1409 M. Bel itu dipindahkan ke Banda Aceh sejak Portugis dikalahkan
oleh Sultan Ali Mughayat Syah.
* Makam Sultan Malik Al-Saleh .
Makam
Malik Al-Saleh terletak di Desa Beuringin, Kecamatan Samudera, sekitar
17 km sebelah timur Lhokseumawe. Nisan makam sang sultan ditulisi huruf
Arab.
* Makam Sultan Muhammad Malik Al- Zahir
Malik
Al-Zahir adalah putera Malik Al- Saleh, Dia memimpin Samudera Pasai
sejak 1287 hingga 1326 M. Pada nisan makamnya yang terletak bersebelahan
dengan makam Malik Al-Saleh, tertulis kalimat; Ini adalah makam yang
dimuliakan Sultan Malik Al-Zahir, cahaya dunia dan agama. Al-Zahir
meninggal pada 12 Zulhijjah 726 H atau 9 November 1326.
* Malik Al-Saleh
Menurut
Marco Polo, Malik Al-Saleh adalah seorang raja yang kuat dan kaya. Ia
merupakan sultan pertama Kerajaan Samudera Pasai. Awalnya, sang Sultan
bernama Merah Silu. Setelah masuk Islam, ia diberi sebuah nama yang
biasa digunakan Dinasti Ayyubiyah di Mesir.
Konon,
dia diangkat menjadi sultan di Kerajaan Samudera Pasai oleh seorang
Laksamana Laut dari Mesir bernama, Nazimuddin Al-Kamil. Malik Al-Saleh
menikah dengan puteri raja Perlak. Hikayat Raja-raja Pasai menceritakan
bagaima Merah Silu memutuskan untuk memeluk agama Islam.
Menurut
legenda masyarakat itu, suatu hari Malik Al-Saleh bermimpi bertemu
dengan Rasulullah SAW. Setelah itulah, ia lalu memutuskan untuk masuk
Islam. Ketika berkuasa, Malik Al-Saleh menerima kunjungan Marco Polo.
Menurut Marco Polo, Malik Al-Saleh menghormati Kubalai Khan — penguasa
Mongol di Cina.
Konon,
seorang putera Malik Al- Saleh ada yang memutuskan untuk hijrah
menyeberangi lautan menuju Beruas (Gangga Negara). Di wilayah itu, sang
pangeran mendirikan kesultanan. Bukti-bukti arkeologis menunjukkan makam
Malik Al-Saleh berada di desa Beuringin, Kecamatan Samudera, sekitar 17
km sebelah timur Lhokseumawe.
* Sultan Malik Al-Zahir
”Sultan
Mahmud Malik Al-Zahir adalah seorang pemimpin yang sangat mengedepankan
hukum Islam. Pribadinya sangat rendah hati. Ia berangkat ke masjid
untuk shalat Jumat dengan berjalan kaki. Selesai shalat, sultan dan
rombongan biasa berkeliling kota untuk melihat keadaan rakyatnya,”
begitu Ibnu Battuta menggambakan sosok Al-Zahir.
Di
bawah kekuasaannya, Samudera Pasai mencapai Kejayaannya. Bagi Ibnu
Batutta, Al-zahir adalah salah satu dari tujuh raja yang memiliki
kelebihan luar biasa. Raja Romawi yang sangat pemaaf; Raja Melayu Malik
Al-Zahir yang dinilainya berilmu pengetahuan luas dan mendalam, serta
raja Turkistan.Sebagai raja, Al-zahir juga merupakan sosok yang sangat
saleh, pemurah, rendah hati, dan mempunyai perhatian kepada fakir
miskin.
4. Daerah Kekuasaan
Pada
kurun abad ke-14, nama Kesultanan Samudera Pasai sudah sangat terkenal
dan berpengaruh serta meiliki wilayah kekuasaan yang sangat luas.
Wilayah kekuasaan Kesultanaan Samudera Pasai pada masa kejayaannya
terletak di daerah yang diapit dua sungai besar di Pantai utara Aceh,
yaitu Sungai Peusangan dan Sunga Pasai. Daerah kekuasaan Kesultanan
Samudera Pasai tersebut juga meliputi Samudera Geudong (Aceh Utara),
Meulaboh, Bireuen, serta Rimba Jreum dan Seumerlang (Perlak).
Wilayah Kekuasaan Samudera Pasai
5. Kehidupan Sosial dan Budaya
Telah
disebutkan di muka bahwa, Pasai merupakan kerajaan besar, pusat
perdagangan dan perkembangan agama Islam. Sebagai kerajaan besar, di
kerajaan ini juga berkembang suatu kehidupan yang menghasilkan karya
tulis yang baik. Sekelompok minoritas kreatif berhasil memanfaatkan
huruf Arab yang dibawa oleh agama Islam, untuk menulis karya mereka
dalam bahasa Melayu. Inilah yang kemudian disebut sebagai bahasa Jawi,
dan hurufnya disebut Arab Jawi. Di antara karya tulis tersebut adalah
Hikayat Raja Pasai (HRP). Bagian awal teks ini diperkirakan ditulis
sekitar tahun 1360 M. HRP menandai dimulainya perkembangan sastra Melayu
klasik di bumi nusantara. Bahasa Melayu tersebut kemudian juga
digunakan oleh Syaikh Abdurrauf al-Singkili untuk menuliskan
buku-bukunya.
Sejalan
dengan itu, juga berkembang ilmu tasawuf. Di antara buku tasawuf yang
diterjemahkan ke dalam bahasa Melayu adalah Durru al-Manzum, karya
Maulana Abu Ishak. Kitab ini kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa
Melayu oleh Makhdum Patakan, atas permintaan dari Sultan Malaka.
Informasi di atas menceritakan sekelumit peran yang telah dimainkan oleh
Samudera Pasai dalam posisinya sebagai pusat tamadun Islam di Asia
Tenggara pada masa itu.
Referensi : http://melayuonline.com/
Sumber foto : http://melayuonline.com/
No comments:
Post a Comment