Catatan kedua Umrah 2012
Armahedi Mahzar (c) 2012
Umrah kami tahun ini berbeda dengan umrah sepuluh tahun yang lalu,
karena pada waktu itu umrah adalah bagian dari ibadah haji dan memakai
pakaian ihramnya di airport Jeddah. Kali ini, kami melakukan dua umrah.
Umrah yang pertama didahului dengan wisata spiritual ke Madinah, jadi
kami miqat di Bir Ali dan shalat umrah di dalam masjidnya . Umrah kedua kesokan harinya, setelah menginap di hotel di Mekkah, miqatnya di Ji'ronah
yaitu sebuah kampung yang terletak 16 km dari Mekkah, Merupakan tempat
miqat atau perbatasan wilayah di mana harus memakai pakaian ihram dan
berniat ihram, sebagai syarat memasuki tanah suci Mekkah bagi orang
asing atau tempat miqat bagi penduduk ahli Mekkah, untuk Umrah atau
Haji. Ji’ronah merupakan miqat paling tinggi derajatnya dibanding miqat
yang lain. Ji’ronah adalah nama seorang wanita yang mengabdikan dirinya
untuk membersihkan dan menjaga mesjid tersebut.
Setelah talbiyah selama perjalanan dari tempat miqat menuju Masjidil Haram, akhirnya kami thawaf mengelilingi ka'bah selama tujuh kali lalu shalat di maqam Ibrahim dan minum air zamzam kami melakukan sya'i , mengulangi perjalanan siti Hajar yang sedang mencari air, berakhir dengan tahalul atau potong rambut tanda larangan-larangan selama umroh menjadi halal lagi.
Itu adalah dimensi spiritual yang kami alami selama beribadah umrah di Makkah al Mukaramah tahun ini. Namun, dimensi sosial tak kalah menariknya. Misalnya, tahun ini adalah tahun kiamat kata orang kafir, akan tetapi buat muslim Indonesia, menurut cerita burung, ini ada tahun terakhir menjelang ditutupnya kota mekah tahun 2013 bagi ibadah umrah karena adanya pembangunan kembali besar-besaran.
Ketika sampai di Mekah, hatiku berbunga-bunga karena melihat banyaknya jamaah umrah dari berbagai pelosok Indonesia. Bukan dari indonesia saja, dari seluruh dunia pun banyak. Sedemikian banyaknya sehingga yang thawaf begitu banyak sampai-sampai memenuhi seluruh halaman sekitar kabah seperti pada musim haji.
Selain itu, istriku pun hatinya berbunga-bunga, karena hampir semua penjaga toko mengerti tawar menawar dalam bahasa indonesia. Ini disebabkan oleh karena begitu banyaknya jemaah haji dari Indonesia sehingga mereka bisa belajar bahasa Indonesia secukupnya. Jemaah Indonesia terkenal royal dalam berbelanja.
Yang aneh bagiku adalah kelakuan segelintir jamaah umrah indonesia. Misalnya, ada yang menggunakan mukena mewah berwarna kuning bersulam-sulam selagi sa'i. Ada pula yang bermukena putih tetapi bagian bawahnya menggunakan celana panjang senam ketat berwarna putih. Tetapi itu yang kulihat ketika di hotel. Ku tidak tahu apakah mereka dibolehkan masuk Masjidil Haram oleh askar wanita yang menjaga pintu masuk masjid.
Yang jelas, kebanyakan dari jamaah umrah, dari mana saja dia berasal, menggunakan HP berkamera dan menjepret kiri kanan, suatu hal yang tak pernah saya jumpai 10 tahun yang lalu, karena hal itu dilarang. Sekarang, nampaknya para askar sulit untuk melarangnya. Bahkan, pada akhirnya, kini jama'ah yang thawaf pun ada yang mengabadikan ka'bah dalam foto melalui kamera HPnya.
Yang paling unik adalah pengalamanku ketika bisa minum zamzam bersama seekor kucing yg sedang minum air zamzam dari gelas kertas yang diberikan oleh petugas masjid. Ini mengingatkanku pada kenyataan bahwa kucing adalah binatang kesayangan Rasulullah saw.
Setelah talbiyah selama perjalanan dari tempat miqat menuju Masjidil Haram, akhirnya kami thawaf mengelilingi ka'bah selama tujuh kali lalu shalat di maqam Ibrahim dan minum air zamzam kami melakukan sya'i , mengulangi perjalanan siti Hajar yang sedang mencari air, berakhir dengan tahalul atau potong rambut tanda larangan-larangan selama umroh menjadi halal lagi.
Itu adalah dimensi spiritual yang kami alami selama beribadah umrah di Makkah al Mukaramah tahun ini. Namun, dimensi sosial tak kalah menariknya. Misalnya, tahun ini adalah tahun kiamat kata orang kafir, akan tetapi buat muslim Indonesia, menurut cerita burung, ini ada tahun terakhir menjelang ditutupnya kota mekah tahun 2013 bagi ibadah umrah karena adanya pembangunan kembali besar-besaran.
Ketika sampai di Mekah, hatiku berbunga-bunga karena melihat banyaknya jamaah umrah dari berbagai pelosok Indonesia. Bukan dari indonesia saja, dari seluruh dunia pun banyak. Sedemikian banyaknya sehingga yang thawaf begitu banyak sampai-sampai memenuhi seluruh halaman sekitar kabah seperti pada musim haji.
Selain itu, istriku pun hatinya berbunga-bunga, karena hampir semua penjaga toko mengerti tawar menawar dalam bahasa indonesia. Ini disebabkan oleh karena begitu banyaknya jemaah haji dari Indonesia sehingga mereka bisa belajar bahasa Indonesia secukupnya. Jemaah Indonesia terkenal royal dalam berbelanja.
Yang aneh bagiku adalah kelakuan segelintir jamaah umrah indonesia. Misalnya, ada yang menggunakan mukena mewah berwarna kuning bersulam-sulam selagi sa'i. Ada pula yang bermukena putih tetapi bagian bawahnya menggunakan celana panjang senam ketat berwarna putih. Tetapi itu yang kulihat ketika di hotel. Ku tidak tahu apakah mereka dibolehkan masuk Masjidil Haram oleh askar wanita yang menjaga pintu masuk masjid.
Yang jelas, kebanyakan dari jamaah umrah, dari mana saja dia berasal, menggunakan HP berkamera dan menjepret kiri kanan, suatu hal yang tak pernah saya jumpai 10 tahun yang lalu, karena hal itu dilarang. Sekarang, nampaknya para askar sulit untuk melarangnya. Bahkan, pada akhirnya, kini jama'ah yang thawaf pun ada yang mengabadikan ka'bah dalam foto melalui kamera HPnya.
Yang paling unik adalah pengalamanku ketika bisa minum zamzam bersama seekor kucing yg sedang minum air zamzam dari gelas kertas yang diberikan oleh petugas masjid. Ini mengingatkanku pada kenyataan bahwa kucing adalah binatang kesayangan Rasulullah saw.